Share

Episode 02

Rani membalikkan tubuhnya lalu menatap ke arah Anton.

"Ada apa, Mas?" tanya Rani menatap Anton.

"Kamu pergi di antar dengan supir saja, jangan jalan kaki atau naik kendaraan umum, itu sangat berbahaya. Apalagi kamu membawa koper besar, Mas takut kamu di rampok." jelas Anton.

Dalam hati Rani sangat senang karena suaminya sangat khawatir dengan keadaan nya.

"Iya baiklah, aku akan meminta di antar dengan supir pribadi Mas." Jawab Rami.

Anton masih memegang tangan Rani, sungguh Anton tidak rela Rani pergi. Namun, Rani sudah membuat hati nya hancur berkeping-keping.

"Hati-hati di jalan." Anton melepaskan tangan Rani dari genggaman nya.

"Mas... boleh aku meminta sesuatu untuk yang terakhir kali nya?" tanya Rani menatap Anton dengan mata yang berkaca-kaca.

"Silakan saja." jawab Anton.

"Aku ingin di peluk sama Mas, walaupun ini pelukan yang terakhir untuk diriku." Rani meneteskan air mata nya, karena tidak sanggup menahan dirinya untuk tidak menangis.

Hati Anton terasa sakit melihat wanita yang dia cintai dan dia sayangi menangis, Anton menarik tangan Rani perlahan lalu mendekap tubuh mungil Rani.

Rani membalas pelukan Anton dengan erat, Rani membenamkan  wajahnya di dada Anton. Karena tinggi Rani sedada Anton.

"Jaga dirimu baik-baik, jangan sampai kamu sakit." ucap Anton sembari mengusap lembut punggung Rani.

"Mas juga ya, jangan sampai telat makan, jangan terlalu larut dalam pekerjaan, seringlah luangkan waktu untuk Zargie." Rani mempererat pelukan nya di tubuh Anton.

"Iya Rani, Mas akan berusaha meluangkan waktu untuk Zargie." jawab Anton.

Perlahan Anton melepaskan pelukan nya dari tubuh Rani, Anton mengusap lembut kedua pipi Rani yang basah karena air mata nya. Anton mengecup kening Rani dengan lembut, Rani memejamkan mata nya untuk menikmati kecupan hangat di kening.

"Jaga kesehatan." Anton mengusap kedua lengan Rani.

"Iya, Mas juga ya jaga kesehatan." Rani tersenyum.

Anton mengangguk, Rani menarik kopernya dan berjalan ke arah pintu utama rumah keluarga Watson. Rani keluar dari rumah dan menatap rumah keluarga Watson.

"Sudah 4 tahun aku tinggal di sini sebagai Nyonya Anton Watson, walaupun kedua mertuaku tidak terlalu menyukaiku. Namun, aku sangat bahagia tinggal di rumah ini, karena aku mempunyai suami yang sangat baik dan mempunyai buah hati yang sangat menggemaskan." gumam Rani tersenyum sembari meneteskan air mata nya kembali.

"Nyonya Rani, mobil sudah siap." tiba-tiba supir pribadi Anton datang.

"Ah iya, Pak." Rani langsung menghapus air mata nya secara perlahan.

Supir mengambil alih koper besar yang sedang Rani pegang, Rani membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil.

"Ini sangat berat bagiku, siapa yang tega menjebak ku dan memfitnah diriku." gumam Rani.

Tidak membutuhkan waktu lama mobil berjalan.

"Apa akan ke perumahan, Nyonya?" tanya Supir.

"Tidak Pak, ke rumah yang kecil saja." jawab Rani.

Supir mengangguk dan menjalankan mobilnya ke arah komplek rumah. Butuh waktu 1 jam untuk sampai ke rumah baru Rani, dan sekarang Rani sudah sampai, Rani keluar dari mobil dan menatap rumah yang sederhana dan jelek. Namum, Rani tidak mempermasalahkan itu, yang terpenting bagi Rani, rumah nyabisa melindungi dirinya dari panasnya terik matahari dan derasnya air hujan.

"Nyonya, ini kopernya, apa Nyonya yakin akan tinggal di rumah itu?" tanya supir menatap Rani.

"Iya Pak, saya sangat yakin tinggal di sini, saya sudah memesan nya dan nanti pemilik rumah akan datang kemari, dan saya akan membayarnya." jawab Rani tersenyum ke arah supir.

"Sebenarnya ada apa, Nyonya? Kenapa Nyonya pergi dari rumah keluarga Watson?" tanya supir lagi.

"Ada masalah yang menurut saya ini salah dan tidak benar, dan Mas Anton menuduh saya berselingkuh dengan pria lain, dan Mas Anton mengusir saya dari rumah, lalu menceraikan saya." jelas Rani.

"Astagfirullahaladzim, kenapa Tuan Anton sangat tega mengusir Nyonya, Tuan muda masih kecil, dia masih membutuhkan kasih sayang kedua orang tua nya." jawab Supir.

"Tidak apa-apa Pak, saya juga akan mencari tau siapa sebenarnya yang ada di balik duri rumah tangga saya dan Mas Anton." Rani menghela nafas panjang.

"Saya doakan Nyonya cepat menemukan orang itu dan membalas nya sewajarnya." supir menatap Rani sembari tersenyum.

"Aamiin. Terimakasih doa nya ya, Pak, dan iya jaga anak saya, saya harap anda menjemput anak saya tepat waktu di sekolah." pinta Rani.

"Siap Nyonya, saya akan menjaga Tuan muda dengan baik." Supir memberi hormat kepada Rani.

Rani tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah Pak, saya masuk dulu ya, Anda hati-hati di jalan." Rani menarik kopernya menuju ke arah rumah.

Supir masuk ke dalam mobilnya dan mulai menjalankan mobilnya meninggalkan halaman rumah baru Rani. Rani membuka pintunya perlahan, Rani sudah meminta pemilik rumah untuk tidak menguncinya karena supaya dia bisa langsung masuk kedalam rumah.

"Kira-kira harganya berapa ya?" gumam Rani menatap atap rumah yang mulai pada retak.

Jika di nilai dari persen 40% rumah nyaman, membuat pikiran tenang dan adem. Namun, 60% kerusakan lumayan parah.

Di rumah ini ada dua kamar, satu ruang tamu, satu ruang makan, satu kamar mandi yang cukup luas, dan satu dapur yang cukup luas, teras juga luas luas lalu halaman yang cukup luas. Di halaman terdapat dua pohon besar, yaitu pohon rambutan dan pohon mangga.

"Aku akan merenovasi rumah ini sedikit demi sedikit." gumam Rani.

Rani memasuki kamar nya yang bagian depan. Rani melihat ranjang lumayan luas. Namun, ranjang kayu dan kasur nya juga sangat keras. Rani tersenyum dan mengangkat kopernya lalu meletakan di atas kasur. Rani membuka koper nya dan mengambil kotak yang lumayan besar.

"Aku akan membuka tabunganku ini, lumayan berat si. Semoga saja isinya banyak." Rani mulai membuka kotaknya menggunakan kunci.

Karena kotak untuk Rani menabung ini memakai yang ada kunci gemboknya. Setelah Rani membuka kotaknya. Rani mulai menghitung uangnya. Isi di dalam kotak ini uangnya 100 ribu dan 50 ribu. Rani mulai menghitung uangnya perlahan dengan teliti.

Dua jam telah berlalu.

Rani sudah selesai menghitung uangnya dan mengikat uangnya dengan karet.

"Alhamdulillah, semua tabunganku jumlah nya 136 juta." Rani merasa sangat bersyukur karena tabungan nya selama 2 tahun sudah sebanyak ini.

Setiap Rani di beri uang sama Anton untuk khusus dirinya. Rani selalu menyisihkan setengahnya untuk menabung. Dan ternyata tabungan nya bermanfaat saat dia sedang mengalami kesusahan.

"Semoga saja rumah ini tidak mahal, sisa nya akan aku pakai untuk usaha berdagang dan aku akan mulai menabung lagi untuk merenovasi rumah ini,  tentu nya untuk membeli sesuatu untuk Zargie." Rani tersenyum dan memasukkan semua uang yang sudah di ikat dengan karet kedalam tas nya.

"Assalamualaikum." suara orang dari luar rumah.

Rani yang mendengar suara orang langsung keluar dari kamar dan keluar rumah.

"Waalaikumsalam... eh Bu Inah, silakan masuk, Bu." Rani mempersilakanx wanita paru baya yang bernama Inah masuk ke dalam rumahnya.

"Terimakasih, Mba Rani." jawab Bu Inah dan masuk ke dalam.

Mereka duduk di kursi kayu saling berhadapan.

"Jadi bagaimana? Apa Mba Rani menyukai rumah ini?" tanya Bu Inah.

Bu Inah adalah pemilik rumah yang akan Rani beli.

"Suka Bu. Berapa harganya?" tanya Rani balik.

"Harganya 85 juta Mba." jawab Bu Inah.

"Maaf sebelum nya Ibu. Apa tidak terlalu mahal? Maksud saya di rumah ini 60% keadaan rusak Bu, atap juga banyak yang retak apalagi bocor, kamar-kamar juga dinding dan atap retak. Jika rumah ini  di merenovasi ulang, 100 juta tidak akan cukup. Jadi saya mohon di turunkan harganya Bu, mungkin Ibu mengira saya ini adalah orang kaya karena pakaian saya, tidak Bu, saya bukan orang kaya, yang kaya adalah keluarga suami saya, bukan saya." jelas Rani sembari tersenyum.

"Benarkah? Maaf ya Mba, awalnya saya juga mengira anda adalah orang kaya. Baiklah saya akan menurunkan harganya menjadi 78 juta, itu sudah harga pas Mba." Jawab Bu Inah.

"Eum baiklah, saya setuju dengan harga segitu. Sebentar saya ambil uangnya terlebih dahulu." Rani berdiri dan masuk ke kamarnya.

Rani membuka tas nya dan mengambil uang sebanyak 78 juta, Rani menutup kembali tas nya dan keluar dari kamar.

"Ini Bu uang nya." Rani meletakan semua uang di atas meja.

"Baiklah. Mba Rani, terimakasih,  urusan sertifikat rumah akan saya urus dan akan di ganti atas nama anda. Siapa nama lengkap anda Mba?" tanya Bu Inah.

"Nama lengkap saya Rani Lismauren, Bu." jawab Rani.

Bu Inah mengangguk dan mencatat di ponselnya, Bu Inah memberikan beberapa kunci rumah dengan kunci pintu yang berbeda kepada Rani.

"Saya permisi dulu Mba, semoga nyaman dan betah di rumah ini. Anda tidak usah khawatir tentang tetangga di sekitar anda, mereka ramah-ramah, jika ada yang jilid,  abaikan saja Mba, itu tidak penting." Jelas Bu Inah.

"Baik Bu, terimakasih sekali lagi sudah memberi saya diskon." Rani tersenyum.

"Sama sama, Mba, saya permisi dulu." Bu Inah berdiri.

Rani ikut berdiri lalu bersalaman dengan Bu Inah, Rani mengantar Bu Inah sampai depan rumah nya. Rani membalikkan tubuhnya dan masuk kedalam rumahnya Rani menutup pintunya dan masuk ke dalam kamar.

"Aku akan membuat usaha dagang. Namun, dagang apa ya?" gumam Rani sembari membuka pintu lemari kayunya

"Astagfirullahaladzim, semua sudah keropos. Aku akan membeli lemari untuk menyimpan pakaian dan barang-barang berhargaku." Rani menutup kembali pintu lemari nya.

Rani keluar dari kamar lalu pergi ke dapur untuk mengambil sapu, setelah mengambil sapu, Rani mulai menyapu di setiap sudut-sudut ruangan di rumahnya.

Di Rumah Keluarga Watson.

Zargie sedang bermain bersama Laura di kamar khusus mainan nya.

"Nenek, kenapa Mama belum pulang- pulang juga dari pasar?" tanya Zargie sembari menatap Nenek nya.

"Kan belanjaan Mama banyak, Sayang." jawab Laura mengusap lembut pipi cucu kesayangan nya.

Anton adalah anak tunggal Hasan dan Laura, otomatis Zargie adalah cucu pertama Hasan dan Laura, maka dari itu Hasan dan Laura sangat memanjakan Zargie.

"Ah begitu, jika belanjaan nya masih sedikit, Mama pulangnya masih lama?" tanya Zargie lagi.

"Benar sekali, cucu Nenek memang sangat pintar." Laura tersenyum.

Zargie membalas senyuman Laura dan melanjutkan bermain, sedangkan Anton sedang melamun di ruang kerjanya yang ada di rumahnya. Anton menatap bingkai foto ukuran sedang di atas meja kerjanya, Anton mengambil bingkai tersebut dan menatap foto dirinya dengan istri dan anaknya.

"Kenapa kamu tega mengkhianati Mas, Rani. Padahal Mas sangat mencintai dan menyayangimu." gumam Anton mengusap lembut wajah Rani yang ada di foto.

"Apa Mas kurang setia kepadamu? Mas tidak pernah tertarik kepada wanita lain selain dirimu, apalagi untuk mengkhianati dirimu, sama sekali Mas tidak ada niatan untuk melakukan itu. Namun, kamu sangat tega melakukan itu, Rani. Kenapa kamu tega kepada Mas." Anton meneteskan air mata nya secara perlahan.

Ceklek.

Pintu ruangan Anton terbuka, Anton terkejut saat menatap orang yang membuka pintu ruangan kerjanya. Karena orang itu adalah.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status