Share

Episode 03

Anton melihat wanita itu mendekat ke arahnya, Anton berdiri dari duduknya.

"Ada perlu apa kamu kemari, Agatha?" tanya Anton kepada wanita yang bernama Agatha.

Agatha Margaretha. Dia adalah mantan kekasih Anton waktu Anton belum mengenal Rani. Rani  juga mengetahui Agatha, karena Agatha pernah hadir di acara ulang tahun Zargie yang ke 1 dan ke 2 tahun.

"Duduk saja, Mas, aku kemari hanya rindu dengan mu dan Zargie." jawab Agatha mendudukkan kembali Anton di kursi kerjanya.

"Kenapa merindukan saya? Kita tidak mempunyai hubungan apa-apa Agatha, jika kamu merindukan Zargie, dia sedang bersama Nenek nya di kamar khusus mainan nya." Anton membuka laptopnya dan menyalakan nya.

"Ah begitu, dimana istri mu? Kenapa aku tidak melihat nya di rumah ini?" tanya Agatha.

Anton mengepalkan kedua tangan nya lalu fokus ke layar laptop.

"Dia sudah pergi dari sini, dan kami juga akan segera bercerai." jawab Anton dengan nada dingin dan mata yang fokus ke layar laptop.

"Apa! Kalian akan bercerai? Ada masalah apa sampai kalian akan bercerai." Agatha mengusap lembut bahu sebelah kiri Anton.

"Itu urusan pribadi kami, Agatha. Kamu itu orang asing, jadi kamu tidak perlu tau apa sebab kami bercerai." jawab Anton sembari menyingkirkan tangan Agatha yang sedang mengusap bahunya.

"Baiklah jika begitu, aku akan menemui Zargie dulu, aku membawakan dia mainan baru, sampai jumpa." Agatha tersenyum lalu berjalan ke arah pintu.

Agatha keluar dari ruang kerja Anton dan menuju ke kamar khusus mainan Zargie, setelah sampai di depan kamar nya, Agatha langsung masuk ke dalam.

"Halo, Zargie." Agatha dengan senyuman nya.

"Tante Agatha." Zargie berjalan ke arah Agatha lalu memeluk kaki Agatha. 

Karena tinggi Zargie sepaha Agatha, Agatha berjongkok lalu menggendong tubuh kecil Zargie.

"Hay, semakin tampan saja kamu." Agatha mencubit pipi Zargie pelan.

"Tante juga cantik." jawab Zargie.

"Tumben sekali kamu kemari, Agatha." Laura tersenyum ramah kepada Agatha.

"Iya Tante, aku merindukan Mas Anton dan Zargie." jawab Agatha sembari menurunkan Zargie dari gendongan nya.

"Ah begitu, jangan sungkan ya untuk datang kemari." pinta Laura.

"Terimakasih, Tante sudah mengizinkan aku untuk datang ke rumah ini." Agatha tersenyum ke Laura.

"Sama-sama Agatha. Jangan pulang dulu ya, manti kita juga akan makan siang bersama." pinta Laura.

"Baik Tante, Zargie, ini Tante membawa kan mu mainan, tadi Tante ke mall terus melihat toko mainan. Tante teringat sama kamu, jadi Tante membelikan nya untukmu." jelas Agatha sembari memberikan Zargie papar bag isi mainan yang dia beli untuk Zargie.

"Asik mainan baru... terimakasih Tante." Zargie menatap Agatha.

"Sama-sama, Sayang." Agatha mencium pipi cabi Zargie dengan gemas.

"Nenek, aku akan menunjukkan mainan ini kepada Papa." Zargie menatap Laura.

"Baiklah, Sayang, jangan berlarian ya, nanti kamu terjatuh." Laura mengusap rambut cucu kesayangan nya ini.

"Siap Nenek." jawab Zargie tersenyum.

"Papa kamu ada di ruang kerja, tadi Tante sudah bertemu dengan Papamu di sana." Agatha memberitahu Zargie jika Anton di ruang kerjanya.

"Iya Tante. Nenek, aku ke sana dulu ya." Zargie keluar kamar dan menuju ke ruang kerja Anton.

"Ayo kita ke ruang tengah, kita duduk sembari minum teh di sana." ajak Laura.

"Iya ayo, Tante." jawab Agatha.

Laura dan Agatha keluar dari kamar khusus mainan Zargie, mereka berjalan ke arah ruang tengah sembari mengobrol. Setelah sampai di ruang tengah, Laura melihat suaminya sedang menonton tv acara sepak bola kesukaan sang suami.

"Halo,  Om Hasan." Agatha menyapa Hasan.

"Eh, halo juga, Agatha, tumben sekali datang kemari." Hasan terkejut melihat Agatha datang ke rumahnya.

Karena Agatha sudah 1 tahun  tidak datang ke rumah keluarga Watson, terakhir Agatha datang ke rumah keluarga Watson, waktu acara ulang tahun Zargie yang ke 2 tahun.

"Iya Om, aku rindu dengan Mas Anton dan Zargie." jawab Agatha lalu duduk di sofa.

Sedangkan Laura duduk di sebelah Hasan.

"Sering-sering saja main kemari ya." pinta Hasan.

"Siap Om. Namun, aku takut Mas Anton terganggu dan tidak nyaman, jika aku sering kemari." jawab Agatha sembari menatap sendu ke arah Laura dan Hasan.

"Dia tidak akan terganggu dan tidak nyaman, Anton kan sebentar lagi akan menjadi duda." Laura dengan nada sedikit keras.

"Hah! Duda? Jadi benar yang di katakan Mas Anton tadi, jika dia akan bercerai dengan istrinya?" tanya Agatha memastikan.

"Benar sekali, Anton pasti sangat kesepian setelah bercerai dengan Rani, dan kamu bisa mendekatinya kembali. Zargie juga menyukaimu kan? Dan Tante perhatikan kamu memiliki sifat keibuan saat bersama dengan Zargie." jelas Laura.

"Benar, Agatha, kamu dekati kembali Anton. Setelah kalian merasa cocok, kalian langsung menikah saja." lanjut Hasan.

"Terimakasih, kalian sudah memberi aku lampu hijau untuk bersama Mas Anton, iya kita lihat saja ke depan nya bagaimana, Om, Tante." Agatha merasa sangat senang karena kedua orang tua Anton sudah memberi nya lampu hijau untuk kembali menjalin hubungan bersama Anton.

Laura dan Hasan mengangguk lalu mereka bertiga lanjut mengobrol.

Zargie meminta pembantu yang di rumah untuk membukakan pintu ruang kerja Anton, karena Zargie masih sangat pendek dan kenop pintunya sangat tinggi bagi Zargie.

"Terimakasih Bibi, sudah membantu Zargie." Zargie tersenyum kepada Bibi.

"Sama-sama Tuan muda." jawab Bibi membalas senyuman majikan kecilnya yang sangat tampan dan menggemaskan.

Zargie masuk ke dalam ruang kerja Papa nya dan menutup pintunya dengan cara di dorong.

Anton yang mendengar suara pintu ruang kerjanya di buka dan di tutup, langsung menatap ke arah pintu. Anton tersenyum saat melihat jagoan nya yang masuk ke dalam ruang kerjanya.

"Eh anak Papa, tumben kemari, Sayang?" tanya Anton melihat anak kesayangan nya berjalan ke arah nya.

"Iya Papa, aku ingin memberitahu sesuatu kepada Papa." Zargie yang sudah sampai di depan Anton yang sedang duduk di kursi kerjanya.

Anton tersenyum lalu mengangkat tubuh kecil Zargie, Anton mendudukkan Zargie di pangkuan nya.

"Memberitahu apa, Sayang? Itu apa yang kamu bawa?" tanya Anton lagi dan menunjuk ke paper bag yang Zargie pegang.

"Ini mainan Papa, ini dari Tante Agatha." jawab Zargie.

"Sayang, jika kamu ingin mainan baru, kan kamu bisa minta sama Papa, Papa pasti akan langsung membelikan nya untukmu." Anton mengusap rambut Zargie.

"Iya Papa. Namun, ini aku tidak minta kepada Tante Agatha, dia yang memberikan nya kepadaku, apa aku salah menerima nya, Pa??" tanya Zargie menatap Anton dengan mata bulat dan bola mata yang bening.

"Kamu tidak salah, Sayang, Papa hanya memberitahu mu saja, jika kamu ingin mainan baru, kamu katakan saja kepada Papa ya, Sayang." pinta Anton, dan bicara dengan nada lembut kepada Zargie.

"Baiklah, Papa." jawab Zargie sembari mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sekarang ayo kita buka mainan nya." ajak Anton.

"Yeay...  asik." Zargie bersorak kegirangan.

Anton tertawa lalu membuka paper bag nya, Zargie melihat Anton membuka bungkusnya, karena mainan nya di bungkus seperti kado. 

"Wah... pesawat-pesawatan, ini yang memakai remote ya, Pa?" tanya Zargie.

"Iya, Sayang, ini remote nya, sebentar Papa masukan baterai nya terlebih dahulu." Anton membuka tutup untuk memasukkan batu baterai 

Setelah tutupnya berhasil di buka, Anton memasukkan batu baterai satu persatu. Isi batu baterai nya ada tiga buah, setelah ketiga batu baterainya terpasang dengan benar, Anton mengambil tutupnya dan menutup kembali. Anton mulai mencoba pesawat nya terlebih dahulu, takut tidak menyala, dan pesawat menyala lalu terbang, pesawat terbang menyusuri ruangan kerjanya. 

"Wah... sangat bagus, keren, Papa, aku sangat menyukai nya." Zargie bertepuk tangan karena merasa senang memiliki pesawat dengan remote kontrol.

Anton tersenyum lalu melihat ke arah jam yang ada di dinding ruangan. 

"Sekarang waktunya kita menonton tv bersama Kakek dan Nenek, ayo kita ke raung tengah, main pesawat nya nanti lagi di halaman belakang, supaya kamu bisa leluasa." jelas Anton.

"Oke, Papa, sambil menunggu Mama pulang kan, Pa." jawab Zargie menatap Papa nya.

Wajah Anton yang tadinya tersenyum berubah menjadi sedih. Namun, demi buah hatinya, Anton berusaha tersenyum.

"Iya, Sayang, kita akan menunggu Mama pulang." Anton meletakan remote kontrol pesawat mainan Zargie di meja kerjanya.

Anton berdiri lalu menggendong Zargie, Anton keluar ruang kerjanya dan berjalan menuju ruang tengah. Setelah sampai di ruang tengah, Anton duduk di sofa dan di sebelah Agatha, Anton mendudukkan Zargie di pangkuan nya.

"Bagaimana? Sayang, kamu menyukai mainan nya?" tanya Agatha mengusap pipi Zargie.

"Sangat suka, Tante." jawab Zargie tersenyum kepada Agatha.

"Alhamdulillah, jika kamu menyukainya, Sayang, jika ingin mainan atau apapun itu, jangan sungkan-sungkan minta kepada Tante ya, Sayang, anggap saja Tante Mama kamu." Agatha mencium pipi Zargie.

"Iya, Tante. Namun, Mama aku hanya satu, Mama Rani, dan Mama ku hanya Mama Rani. Aku tidak ingin mempunyai Mama lagi." jawab Zargie.

Semua yang ada di ruang tengah sangat terkejut mendengar jawaban dari Zargie, terutama Anton.

"Kamu tidak perlu repot-repot. Agatha, saya masih sangat mampu membelikan anak saya mainan." Anton menatap Agatha dengan tatapan datar.

"Iya Mas, aku mengerti. Namun, tidak ada salahnya kan aku berkata seperti itu?" Agatha dengan beraninya bertanya seperti itu kepada Anton.

"Sebenarnya ada salahan nya, kamu tidak akan bisa menggantikan posisi Rani di hati Zargie." Anton mengusap-usap rambut Zargie dengan penuh kasih sayang.

"Iya, Mas." jawab Agatha dengan senyuman.

"Bibi... tolong kemari!" teriak Anton  karena takut Bibi tidak mendengar dirinya memanggil.

Tidak membutuhkan waktu lama Bibi datang.

"Iya Tuan, ada apa?" tanya Bibi.

"Tolong ajak Zargie bermain pesawat terbang di halaman belakang, pesawat sama remote kontrol nya ada di meja kerja saya." jelas Anton.

"Baik, Tuan, ayo Tuan muda kita bermain." ajak Bibi.

"Asik... ayo Bibi." Zargie langsung turun dari pangkuan Anton dan lari ke arah Bibi. 

Agatha merapatkan duduknya untuk lebih dekat dengan Anton, sedangkan Anton hanya bisa saja.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status