Share

Episode 04

Anton menatap Agatha dengan tatapan bingung.

"Kenapa kamu merapatkan tubuhmu ke tubuh saya? Perasaan di sebelahmu itu masih luas." Anton menatap Agatha.

"Anton, biarkan saja Agatha duduk lebih dekat denganmu, dia kan sedang merindukanmu." Laura menatap Anton.

"Ma, aku ini masih mempunyai istri." jawab Anton menatap Laura.

"Istri kamu itu sudah tidak ada di sini, Anton, dia itu mengkhianati dirimu, dia sudah menyakitimu, sadarlah, Anton, jangan bodoh karena cinta." Laura merasa marah dengan anaknya.

"Ah jadi mereka beneran akan bercerai, ini peluang yang sangat bagus untuk aku kembali bersama Mas Anton." batin Agatha.

"Sudah jangan bertengkar, jangan sampai Zargie mengetahui kedua orang tua nya akan berpisah, dia masih kecil." Hasan mengakhiri pertengkaran antara ibu dan anak.

"Maaf, jika Mas Anton tidak nyaman dengan keberadaan ku." Agatha mengusap lengan kekar milik Anton.

"Agatha, tolong menjauhkan duduk mu dari saya, jangan seperti ini." Anton merasa risih dengan Agatha yang duduk sangat dekat dengan dirinya dan mengusap lengan nya.

"Iya Mas, sekali lagi aku minta maaf ya." Agatha duduk menjauh dari Anton.

Anton tidak menjawab Agatha, dia memfokuskan pandangan nya ke tv, Agatha terus memerhatikan Anton.

"Sepertinya aku harus memiliki banyak kesabaran untuk menghadapi sikap Mas Anton, dia sudah tidak tertarik lagi denganku, padahal dulu, Mas Anton sangat manja kepadaku. Tapi sekarang apa? Dia sangat dingin kepadaku." batin Agatha.

"Ini sudah jam makan siang, ayo kita makan siang, Agatha, kamu panggil Zargie untuk makan siang ya." pinta Hasan.

"Baik, Om." jawab Agatha tersenyum kepada Hasan.

Agatha berdiri dan berjalan ke arah halaman belakang untuk memanggil Zargie yang sedang bermain pesawat terbang dengan Bibi.

"Ayo kita ke ruang makan untuk makan siang bersama, dan kamu,  Anton, tolong hargai Agatha, awas saja jika kamu menyinggung perasaan nya." ancam Laura menatap Anton dengan tatapan tajam.

Anton tidak menjawab Laura, mereka bertiga berdiri dan berjalan ke arah ruang makan, sedangkan Agatha baru saja sampai di halaman belakang. Agatha tersenyum melihat Zargie yang sedang bermain pesawat yang dia belikan untuknya.

"Zargie, ayo kita makan siang terlebih dahulu, nanti lanjut main lagi." Agatha mendekati Zargie.

"Baik Tante. Namun, aku sedang menunggu Mama pulang dari pasar." jawab Zargie menurunkan pesawat yang terbang.

"Kita menunggu Mama kamu di ruang makan ya, Kakek, Nene, dan Papamu sudah ada di ruang makan. Mereka sedang menunggu mu." jeas Agatha menggendong tubuh Zargie.

"Baiklah Tante, ayo kita ke ruang makan. Siapa tau Mama sudah ada di sana." ajak Zargie.

Agatha mengangguk sembari tersenyum, Agatha berjalan masuk ke dalam rumah dan menuju ke ruang makan. Sesampainya di ruang makan. Agatha menurunkan perlahan tubuh kecil Zargie.

"Sayang, kemari lah, duduk di sebelah Papa." pinta Anton.

"Baik, Papa." jawab Zargie lalu berjalan ke arah Anton.

Setelah sampai di sebelah Anton, tubuh Zargie di angkat sama Anton lalu mendudukkan Zargie dengan perlahan di atas kursi sebelah nya.

"Aku ambilkan ya, Mas, makanan nya." tawar Agatha sembari tersenyum kearah Anton.

"Saya bisa mengambil sendiri, Agatha, kamu duduk dan makan saja." Anton berdiri dan mengambilkan makanan untuk anaknya terlebih dahulu.

"Kamu ingin pakai lauk apa, Sayang?" tanya Anton kepada Zargie.

"Nugget sama sayur kol saja, Papa." jawab Zargie.

"Tidak dengan ayam goreng? Ini enak loh, Sayang, kesukaan kamu juga." Laura menatap cucu kesayangan nya.

"Tidak ingin, aku hanya ingin makan dengan itu saja." jawab Zargie.

"Baiklah, jagoan Papa." Anton mengambilkan nugget dan sayur kol yang Zargie minta.

"Ini, Sayang, habiskan ya. Jika tidak habis nanti makanan nya akan menangis." Anton meletakkan piring isi makanan Zargie di hadapan Zargie.

"Memangnya makanan bisa menangis, Pa?" tanya Zargie mantap Anton dengan tatapan polosnya.

"Tentu saja bisa, Sayang. Kan mereka sedih jika dia tidak di habiskan sama kamu." jawab Agatha sembari mengusap rambut Zargie.

"Owh begitu, baiklah aku akan menghabiskan makanan nya supaya mereka tidak merasa sedih terus menangis." jawab Zargie.

"Cucu Kakek sangat pintar, jangan lupa membaca doa terlebih dahulu ya, Sayang." pinta Hasan.

Zargie mengangguk lalu mulai membaca doa sebelum makan. Laura berdiri dan mengambilkan makanan untuk Hasan suaminya, Anton juga mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

"Anto, biarkan Agatha yang mengambilkan makanan untukmu." Laura.

"Tidak perlu, Ma, aku bisa mengambil makanan sendiri, kamu makan saja, Agatha." Anton menatap Agatha dengan tatapan datar.

"Iya Mas." jawab Agatha sembari tersenyum kepada Anton. 

Tidak ada balasan senyum dari Antln, Agatha berdiri dan mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

"Papa, kenapa Mama belum juga pulang, ini kan jam makan siang. Apa Mama sudah makan?" tanya Zargie menatap Anton.

Tidak ada jawaban dari Anton, Anton menatap Zargie dengan tatapan sendu, Laura paham jika Anton tidak sanggup menjawab pertanyaan Zargie.

"Sayang, Mama kan sedang ke pasar, pasti dia sudah makan, atau mungkin sedang makan siang di sana." jawab Laura tersenyum.

"Kenapa sangat lama, kan belanjanya tidak terlalu banyak." jawab Zargie menatap Laura.

"Banyak, Sayang, maka dari itu Mamamu lama." jawab Hasan.

"Sekarang habiskan makananmu setelah itu tidur siang ya." pinta Anton.

"Baiklah, tidur dengan Papa ya,, di temani Papa." Zargie menatap Anton.

"Iya, Sayang, Papa akan menemanimu sampai kamu tertidur." jawab Anton mengusap rambut Zargie sembari tersenyum.

Mereka melanjutkan makan siang dengan tenang, tidak ada yang berbicara, mereka semua fokus dengan makan siang yang sedang mereka santap.

10 menit kemudian, mereka sudah selesai makan siang, Anton berdiri dari duduk nya dan menggendong tubuh kecil Zargie.

"Dadah Kakek, dadah Nenek, aku akan tidur siang bersama Papa." Zargie melambaikan tangan ke arah Laura dan Hasan.

"Dadah, Sayang, bobo yang nyenyak ya, jangan lupa membaca doa sebelum tidur. " pinta Laura sembari membalas lambaian tangan Zargie.

"Siap Nenek." jawab Zargie.

Anton keluar dari ruang makan dan menuju ke kamar Zargie yang ada di lantai satu, Anton sengaja meletakan kamar Zargie di lantai satu. Karena jika kamar Zargie ada di lantai dua itu akan sangat berbahaya, karena jika menuruni anak tangga atau ke balkon kan ya pasti berbahaya, takut ada kejadian yang tidak diinginkan, lebih baik mencegah daripada mengobati. Anton membuka pintu kamar Zargie lalu masuk kedalam, tidak lupa juga menutup kembali pintunya, Anton berjalan ke arah ranjang Zargie, perlahan Anton menidurkan tubuh Zargie di atas kasur.

"Nah, sekarang bobo siang ya, Sayang. Papa akan menemanimu sampai tertidur." Anton tiduran di samping Zargie lalu memeluk tubuh Zargie.

"Iya Papa. Namun, jika Mama sudah pulang, Papa harus membangunkan ku ya, karena aku sangat merindukan Mama." jawab Zargie.

Hati Anton rasanya sangat tidak tarian mendengar jawaban dari anak tunggalnya ini. Namun, Anton berusaha tersenyum.

"Iya, Sayang, jika Mama sudah pulang,  Papa akan langsung membangunkan mu." Anton mengusap pelan punggung Zargie lalu menepuk nepuk pelan pantat Zargie.

Zargie mengangguk, mata Zargie mulai menutup, tidak membutuhkan waktu lama Zargie sudah terlelap. Atom mencium kening Zargie lalu menaikkan selimut sampai dada Zargie, karena suhu AC di kamar Zargie lumayan dingin.

"Maafkan Papa ya nak, Papa dan Mama akan berpisah. Namun, Papa janji kepadamu, Papa tidak akan melarang mu untuk bertemu dengan Mama. Namun, jika kamu meminta untuk bertemu dengan Mama setiap hari Papa tidak akan mengizinkan nya, Papa hanya mengizinkanmu bertemu dengan Mama satu minggu dua kali saja." Anton menatap Zargie yang sudah terlelap tidur.

Sedangkan di dapur, Agatha sedang mencuci piring bekas dia dan keluarga Watson makan, Bibi mendekat ke arah Agatha.

"Nyonya, sudah jangan di cuci, biar saya saja yang mencucinya." Bibi merasa tidak enak kepada Agatha.

"Tidak Bi, ini sudah menjadi kebiasaan saya setelah makan, Bibi melakukan hal lain saja." jawab Agatha sembari tersenyum.

Laura yang baru saja masuk ke dapur tersenyum mendengar jawaban Agatha.

"Kamu memang menantu idaman, Agatha, sudah cantik, baik, penyayang sama anak kecil, rajin pula, jika Anton tidak menikahi mu, itu sangat-sangat rugi, kamu juga menjadi menantu idaman Tante." jelas Laura.

"Ah Tante ini berlebihan, aku hanya melakukan apa yang sudah biasa aku lakukan di Apartemen, Tante." Agatha meletakan perlahan piring yang sudah di cuci bersih ke rak piring.

"Sangar rajin, sekarang ayo kita menonton tv, Bibi... tolong buatkan kami jus mangga ya, dengan cemilan nya sekaligus." pinta Laura.

"Baik, Nyonya, saya akan segera menyiapkan nya." jawab Bibi.

Laura mengangguk, Agatha mengelap tangan nya dengan tisu, lalu mereka berdua keluar dari dapur dan menuju ke ruang tengah.

"Aku akan menanyakan apa masalah Mas Anton dan istrinya yang akan berpisah." batin Agatha sembari duduk di sebelah Laura.

"Tante, boleh aku bertanya sesuatu kepadamu?" Agatha menatap Laura dengan tatapan serius.

"Tentu saja boleh, silakan." jawab Laura.

"Sebenarnya, apa masalah Mas Anton dan istrinya yang akan bercerai?" Agatha dengan nada lembut.

Takut Laura tersinggung dengan pertanyaan nya, jika dia salah menggunakan nada bicara.

"Jadi begini, Tante akan menceritakan semua kepadamu, karena kamu juga sudah Tante anggap seperti keluarga, Anton dan Rani bercerai itu, karena Rani berkhianat kepada Anton, istilahnya ya selingkuh dari Anton, awalnya Rani mengelak, jika dirinya sudah mengkhianati Anton. Namun, bukti sudah jelas di pegang sama Anton untuk bukti di pengadilan nanti." jelas Laura.

"Bukti? Bukti apa, Tante?" tanya Agatha penasaran.

"Bukti berupa beberapa foto Rani yang telanjang dengan pria selingkuhan nya itu, kata Anton, itu tempatnya di ranjang hotel." Laura menatap Agatha.

"Ya ampun, itu sangat parah sekali, Tante, aku yakin 100%, Rani dan pria itu sudah melakukan hubungan intim, bukan aku menuduh atau memfitnah Rani, Tante. Namun, Tante pikir saja pakai logika, posisi telanjang, di atas ranjang hotel, tidak mungkin kan mereka tidak melakukan hal itu." jelas Agatha.

Laura berpikir sejenak tentang apa yang Agatha jelaskan kepada dirinya.

"Benar juga yang kamu jelaskan, Agatha, tidak mungkin mereka tidak melakukan hubungan intim." jawab Laura.

Agatha mengangguk-angguk, tidak lama Bibi datang ke ruang tengah dengan membawa nampan isi dua gelas jus mangga dan satu piring isi cemilan.

"Silakan di nikmati, Nyonya." Bibi meletakan satu persatu isi nampan di atas meja.

"Terimakasih, Bibi." Agatha tersenyum kepada Bibi.

"Sama-sama, Nyonya." jawab Bibi lalu keluar dari ruang tengah.

Agatha dan Laura lun bersantai sembari menonton acara tv, Agatha merasa sangat senang, karena memiliki peluang yang sangat bagus untuk kembali mendekati Anton.

Bersambung.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
mau jual cucur kayaknya si LACUR ini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status