Share

BAB 65

Author: Atdriani12
last update Last Updated: 2025-08-07 22:45:40

Callista menatap lembar demi lembar dokumen yang terbuka di layar laptop. Matanya tidak benar-benar membaca, tapi jemarinya tetap menggulir. Ada gemuruh di kepalanya yang tak kunjung mereda, meski di sampingnya, Adrian duduk tenang, mencatat beberapa poin di buku kecil.

“Aku ngerasa kayak orang yang baru belajar hidup,” gumam Callista.

Adrian berhenti menulis, menoleh. “Karena kamu memang lagi mulai hidup. Yang kamu pilih sendiri.”

Callista tersenyum kecil, tapi tidak menjawab. Ia hanya menutup layar laptop perlahan, lalu menyandarkan tubuh ke sandaran sofa.

“Aku jadi mikir… dulu aku belajar banyak hal. Tapi nggak pernah ada yang ngajarin gimana caranya punya suara sendiri. Tanpa takut ditenggelamkan.”

Adrian mengangguk pelan. “Karena dunia suka suara yang seragam. Dan kita dilatih buat jadi gema, bukan jadi nada asli.”

Callista menoleh, matanya jernih. “Tapi sekarang aku pengen jadi nada. Meski fals. Meski nggak enak didengar. Tapi milikku.”

Adrian mengulurkan tangan, menggenggam jem
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 73

    Adrian mengeratkan pelukan, membiarkan keheningan mengisi ruang di antara mereka. Bahunya menjadi sandaran, dadanya menjadi jangkar, dan napasnya menjadi ritme yang membuat Callista tetap tenang.“Aku rasa… aku siap hadapi apa pun selama kamu tetap di sini,” ulang Callista, kali ini lebih pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.Adrian menunduk sedikit, mencium pucuk rambutnya. “Aku tetap di sini bukan karena dunia aman. Aku di sini justru karena dunia berisik, dan kamu butuh tempat buat diam.”Callista mengangkat kepalanya, menatapnya lama. Sorot mata itu memantulkan sesuatu yang lebih dari sekadar ucapan manis—ada janji di sana. Janji yang tidak perlu disegel dengan sumpah, tapi hidup lewat cara pria itu menggenggam jemarinya.Tangannya bergerak, menyentuh rahang Adrian perlahan, seperti memetakan garis yang sudah ia hafal tapi tidak pernah bosan dirasakan. “Kalau suatu saat aku nggak bisa kuat… jangan lepasin aku, ya.”“Ka

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 72

    Callista duduk di lantai dengan laptop terbuka di depannya, kaki terlipat rapi, sementara Adrian duduk di sofa di belakangnya, tangan bertumpu di lutut, memandang layar yang sama. Daftar nama calon undangan sudah terbuka. Beberapa di antaranya diberi tanda bintang, sebagian lain masih kosong.“Kalau kita mulai dari sini,” ujar Callista sambil menunjuk tiga nama teratas, “mereka bisa bawa lingkarannya sendiri. Nggak besar, tapi cukup buat bikin ruangan penuh.”Adrian mengangguk. “Aku setuju. Tapi jangan lupa, ini bukan soal jumlah orang. Ini soal siapa yang mau tetap di sini setelah acara berakhir.”Gadis itu mengetik pesan singkat untuk undangan pertama, lalu menatap Adrian. “Aku kirim sekarang?”“Kirim. Dan langsung ke yang kedua. Jangan kasih waktu terlalu lama buat mikir. Kalau terlalu lama, mereka bisa keburu dengar gosip dari luar.”Callista menekan tombol kirim, lalu langsung berpindah ke nama kedua. Jemarinya bergerak cepat, tapi m

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 71

    Callista masih berada di bawah selimut, matanya menatap ke arah meja yang kini bersih dari tumpukan kertas. Hanya ada satu benda yang tertinggal di sana—sketsa logo yang ia buat sambil iseng beberapa hari lalu.“Aku nggak nyangka, cuma gambar iseng malah bikin aku semangat,” gumamnya.Adrian menoleh, sudut bibirnya terangkat sedikit. “Karena itu datang dari tanganmu sendiri. Nggak ada orang lain yang nyuruh atau ngatur.”Gadis itu menarik napas panjang. “Aku nggak mau semangat ini hilang kalau nanti kita kena hantam.”“Kalau kena hantam, kita jatuh. Tapi bangun lagi. Aku nggak janji jalannya gampang, tapi aku janji aku nggak akan ninggalin.”Callista menatapnya, lama, seolah memastikan janji itu bukan sekadar kata-kata. “Aku percaya. Tapi aku juga pengen kita realistis. Kalau nanti orang-orang mulai menyerang lembaga ini, gimana cara kita hadapi?”Adrian mengambil sketsa di meja, memutar kertas itu, lalu meletakkannya di pangkuan

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 70

    Callista menutup ponselnya dan mendorongnya menjauh, seperti menyingkirkan suara asing yang mencoba menyusup. Di hadapannya, catatan lembaga masih terbuka, tinta di beberapa halaman mulai memudar terkena sentuhan tangan mereka berulang kali.“Aku nggak mau semua ini cuma jadi mimpi di kertas,” ucapnya, nadanya datar tapi matanya penuh arah.Adrian memindahkan duduknya, kini bersandar lebih dekat. “Kita mulai dari yang bisa kita pegang. Bukan dari yang kita harap-harap.”Callista menatap daftar program awal yang mereka susun. Ada beberapa coretan, tanda revisi, bahkan lingkaran di poin-poin yang mereka anggap prioritas. “Aku pengen kita punya acara perdana yang sederhana, tapi orang yang datang ngerasa… ini beda dari yang pernah mereka lihat.”Adrian mengangguk. “Kita nggak perlu undang ratusan orang. Sepuluh yang datang dengan hati terbuka lebih berharga dari seratus yang cuma penasaran.”Callista menatapnya lama. “Kamu selalu ngomong kay

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 69

    Callista masih terbaring di sofa, tubuhnya belum sepenuhnya tenang. Napasnya mulai kembali teratur, tapi debar di dadanya belum mau berhenti. Adrian tidak bergerak jauh, hanya memiringkan tubuhnya agar bisa melihat wajah gadis itu lebih jelas.“Kamu nyaman?” tanyanya pelan, suaranya seperti bisikan yang hanya untuknya.Callista mengangguk, bibirnya membentuk senyum kecil. “Nyaman banget. Tapi… kayaknya aku mulai kebal kalau cuma nyaman.”Alis Adrian terangkat sedikit. “Kebal?”Gadis itu menatapnya lama, jemarinya menelusuri garis rahang pria itu. “Karena nyaman itu udah pasti. Yang aku butuhin sekarang… ruang buat kita tetap jadi diri kita sendiri, meskipun semua orang nyinyir.”Adrian tidak langsung menjawab. Ia hanya menunduk sedikit, mengecup ujung hidungnya, lalu berbisik, “Itu artinya kita harus lebih kuat dari apa pun yang mereka lempar.”Callista menarik napas panjang, lalu bangun perlahan, duduk bersisian dengannya. Selimut yang setengah menutupi tubuhnya ia rapikan, lalu ia m

  • Terperangkap Dalam Gairah Dosen Muda   BAB 68

    Adrian tidak melepas tatapan itu bahkan ketika bibirnya sudah kembali menemukan bibir Callista. Ciuman mereka kali ini lebih dalam, lebih menuntut, seakan setiap inci udara di paru-paru harus saling mereka bagi. Jemarinya bergerak di sepanjang garis punggung gadis itu, menekan lembut di beberapa titik, membuat napas Callista tak beraturan.Tubuhnya merespons tanpa ia suruh—bahunya naik turun, dadanya mencari ruang untuk bernapas di tengah derasnya gelombang yang datang beruntun.“Adrian…” suaranya pecah di antara desahan.Ia hanya membalas dengan gumaman rendah, satu tangan menahan pinggangnya agar tetap dekat, sementara tangan lain menjelajahi lekuk yang selama ini ia kenal, tapi selalu ia perlakukan seolah itu wilayah suci.Ciuman itu bergeser lagi, turun dari bibir ke garis rahang, lalu ke leher. Setiap sentuhan bibirnya meninggalkan sensasi panas yang merayap naik, membuat Callista tanpa sadar memiringkan kepalanya, memberi ruang lebih.Desahan pendek lolos ketika Adrian menekan b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status