Share

Melarikan Diri

Penulis: Nuri Atlaan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-02 07:20:00

Sore hari telah tiba, burung-burung berkicau dan terbang lebih tinggi untuk kembali ke sarangnya. Begitu juga dengan bel pulang sekolah yang telah berdering, seluruh murid di sekolah segera bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya. Begitu kelas selesai, Arthur segera menghampiri bangku Grace untuk berbicara empat mata.

Arthur menatap Grace sambil tersenyum ramah kepadanya. "Grace, ayo kita pergi dari sini." ujar Arthur yang langsung menarik tangan Grace.

Grace marah dan menghempaskan tangan Arthur. "Apa yang ingin kau lakukan! Aku sudah punya pacar! Cari saja gadis lain yang belum memiliki pacar!" teriak Grace dengan wajah yang kesal.

Namun Arthur tidak melihatnya begitu, ia melihat wajahnya yang sedih dan meminta tolong. Begitulah yang Arthur sadari di masa depan, meski ia telat menyadarinya. Arthur menundukkan kepalanya sejenak, dan ia menatap Grace dengan wajah serius.

Arthur menggenggam kembali tangan Grace dan berkata, "Aku tahu semuanya!"

Tiga kata yang diucapkan Arthur membuat Grace terkejut hingga pupil matanya membesar. Dunia seakan-akan telah berhenti begitu saja di ruangan kelas itu. Kesunyian dan rasa ingin berharap untuk bebas menggetarkan hati dan jiwanya yang tak bersalah itu.

Namun, Grace mengelaknya, "Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan."

"Aku tahu semuanya Grace. Maafkan aku, karena di kehidupan lalu aku telat menyadari penderitaanmu. Oleh karena itu aku ingin kau bisa segera lepas dari penderitaan ini, Grace!" ujar Arthur yang bersungguh-sungguh hingga matanya berbinar-binar.

Melihat Arthur yang tangguh seperti itu membuat Grace terdiam. "Kau ini bicara apa. Omong kosong yang kau katakan itu, sepertinya kau baru saja bermimpi ya." ketus Grace.

Saat mereka sedang berbincang, seseorang datang dan masuk ke dalam kelas. Dia adalah Felix Alexander, matanya melotot begitu lebar begitu melihat Arthur menggenggam tangan pacarnya. Langkahnya yang berat dan tangannya yang bersiap-siap membuat Arthur sedikit takut.

Arthur menepuk kedua pipi Grace dan berkata, "Tunggu apa lagi, Grace! Ayo ikut denganku!" ucap Arthur yang menarik tangan Grace dan pergi membawanya keluar jendela.

Tanpa sadar Grace mengikuti perintahnya dan ia berlari bersama dengan Arthur. Mereka melompat keluar jendela dan terdapat beton penyangga di bawah jendela. Saat ini mereka ada di lantai dua, dengan ketinggian sekitar empat meter dari bawah.

"Bagaimana cara kita turun ke bawah!" ujar Grace yang panik.

"Mau kemana kalian!" teriak Felix yang berteriak sambil mengejar mereka berdua.

Arthur tidak memiliki cara lain selain menggendong Grace ala tuan putri. Hup! Arthur loncat begitu saja dari lantai dua dengan harapan kakinya sanggup menahan beban dirinya dan juga Grace. Bugh! kaki Arthur mendarat dan hampir kehilangan keseimbangannya karena jatuh terlalu kencang.

Kakinya terasa sangat nyeri dan sakit, tapi Arthur terus menggendong Grace sambil membawanya lari. Sementara itu Felix yang melihat mereka berteriak-teriak dari jendela lantai dua. Felix berniat untuk loncat juga, tapi ia tidak berani yang pada akhirnya dia memilih untuk lewat tangga.

"Antar aku ke rumahku saja." ucap Grace dengan wajahnya yang datar.

"Tidak, jika aku mengantarmu ke rumahmu, maka pengorbananku akan sia-sia." balas Arthur.

Grace menatapnya dengan heran dan berkata, "Kenapa? Sebenarnya apa yang kau tahu tentangku? Kau berbicara seperti itu seolah-olah kau tahu semuanya tentangku."

Arthur menatapnya dengan tersenyum. "Karena di masa depan nanti, kau pasti akan menjadi istriku." ujar Arthur dengan percaya diri.

Arthur pergi ke parkiran sepeda untuk mengambil sepedanya, lalu mereka berdua menaiki sepeda itu bersama. Arthur mengayuh sepedanya dengan kencang keluar dari sekolah. Sementara itu Grace hanya termenung diam duduk di bangku belakangnya sambil memeluk Arthur agar tidak jatuh.

"Mau kemana kalian!" teriak Felix yang baru saja keluar dari gedung sekolah.

Arthur bersama dengan sepedanya melaju dengan kencang meninggalkan sekolah. Arthur berniat untuk membawa Grace pergi sejauh mungkin dari suatu tempat yang sekiranya tidak akan di datangi oleh Felix. Mereka terus melaju dengan kencang, hingga matahari sebentar lagi akan segera terbenam.

Setelah kabur dari Felix, mereka berdua akhirnya sampai di sebuah tempat. Tempat di mana Arthur bangkit kembali dari kematiannya, yaitu di sebuah bukit di belakang kota. Setelah sampai mereka turun dari sepeda dan duduk bersama di tepi bukit untuk melihat pemandangan kota dari atas bukit.

"Bagaimana menurutmu, pemandangan kota dari atas sini?" tanya Arthur.

Grace menjawab dengan wajah tersenyum, "Sungguh indah, aku tidak tahu kalau pemandangan kota akan terlihat indah seperti ini. Cahaya-cahaya itu terlihat sangat indah."

Arthur menghembuskan nafasnya dengan lega. "Itu tidak seberapa sampai kau melihat langit di malam hari."

"Oh, ya? Ngomong-ngomong sampai kapan kita di sini?" tanya Grace.

Benar juga, Arthur tidak terpikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Permasalahan sebenarnya di mulai saat ini, Arthur merasa seakan-akan dirinya telah terjebak. Felix dan para bawahannya pasti akan terus mencari dirinya dan juga Grace setiap harinya.

Sekolah bukan lagi tempat yang aman bagi buat mereka berdua. Tidak mungkin jika mereka berdua harus terus pergi seperti ini. Arthur juga harus pulang ke rumah dan kembali ke sekolah agar orang tuanya tidak khawatir, begitu pula dengan Grace sendiri.

Seketika isi kepala Arthur banyak sekali pikiran yang mengganggunya. "Aku ingin tahu. Mengapa kau sampai melakukan semua ini untukku? Padahal kita tidak pernah berbicara sebelumnya selama ini." tanya Grace dengan wajah penasaran.

Arthur tersenyum dan mencoba untuk menghilangkan semua pikiran yang mengganggunya saat ini. Di hadapannya saat ini, terdapat seseorang yang sangat berarti untuknya. Membuatnya seolah-olah menghilangkan semua beban pikirannya.

Tentang bagaimana ke depannya, dan apa yang harus mereka lakukan. Lebih baik memikirkan hal itu nanti saja, yang terpenting Arthur harus membuat Grace bahagia mulai saat ini. Itulah yang ada dipikiran Arthur sampai akhir Felix dan para bawahannya menemukan mereka berdua.

"Jahat sekali, kalian piknik berdua saja tanpa mengajakku." ucap Felix yang datang entah dari mana.

Arthur terkejut dan segera berdiri lalu melindungi Grace di belakangnya. Ia tidak mengira bahwa mereka berdua akan ditemukan secepat ini oleh Felix dan para bawahannya. Ternyata masalah yang lebih besar datang langsung di hadapan mereka saat ini.

Arthur mencoba untuk bersikap tenang. "Tenanglah, aku hanya berniat mengajak Grace untuk menikmati pemandangan kota dari sini." ujar Arthur yang terlihat begitu tenang.

Kemudian Felix melangkah maju dan berdiri di sampingnya sambil melihat pemandangan kota. "Kau benar, pemandangan kota dari atas sini benar-benar indah." jawab Felix.

"Haha, sudah kubilang kan."

Felix menatap Arthur sambil tersenyum ramah. "Tapi, pemandangannya akan lebih indah jika kau mati sekarang juga!" teriak Felix yang tiba-tiba saja ia mendorong Arthur dengan tangannya sekuat tenaga.

"Arthur!" teriak Grace sambil menangis.

Arthur terjatuh bebas dari atas bukit, ia hanya bisa melihat Grace yang semakin jauh semakin ia terjatuh. Ia melihat Felix memukuli Grace karena kesal, hal itu membuat amarah Arthur menjadi meledak-ledak. Tapi, tidak ada yang bisa Arthur lakukan saat ini, hingga akhirnya kepalanya terbentur batu dan pecah.

Saat itu juga, Arthur dinyatakan telah meninggal dunia. Ia tidak menepati janjinya untuk menyelamatkan Grace dari Felix lebih awal. Kata-kata yang memberikan harapan besar kepada Grace hanya menjadi omong kosong. Semua yang terjadi saat ini menjadi sia-sia, tidak ada yang tersisa lagi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Geng Berandalan

    Di malam hari, si sebuah tempat yang sunyi dan gelap, hanya sedikit penerangan. Sebuah bangunan tua terbengkalai yang letaknya cukup jauh dari perkotaan. Dahulu bangunan ini adalah bangunan yang belum jadi, masih dalam tahap konstruksi, tapi tidak dilanjutkan dan ditinggalkan.Kini tempat ini menjadi tempat bersemayamnya para berandalan yang membawa Arthur. Mereka semua berjumlah sekitar 13 orang, mungkin sisanya sedang pergi keluar. Arthur melihat para berandalan ini yang terlihat menyedihkan, hidup melarat tanpa tujuan sama seperti dirinya.Bos berandalan itu menggendong Arthur di punggungnya dan kemudian menyapa semua orang yang ada di dalam bangunan tua ini. "Bagaimana kerja kalian hari ini? Apakah ada sesuatu yang menarik?" ujarnya kepada para bawahannya.Salah satu orang menjawabnya dengan wajah riang. "Aku mendapatkan banyak perhiasan dari seorang wanita kaya. Kita bisa menjual semua perhiasan ini dan menjadi kaya!" ucapnya yang terlihat sangat bersenang-senang dengan perhiasan

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Keputusasaan

    Di suatu kota yang asing pada malam hari, seorang anak berjalan antah-berantah. Ia tak memiliki tujuan kemana ia akan pergi, ia terus berjalan dengan pikiran kosong. Seperti mayat hidup yang terus bergerak entah kemana, ia terus berjalan.Arthur, sudah benar-benar kehilangan harapannya, dia tidak tahu harus kemana lagi. Ia sudah menahan lapar selama 3 hari lamanya dengan perut yang tak terisi. Tanpa makan dan minum, dengan tubuhnya yang lemas dan bibirnya yang kering.Seseorang di jalan menemuinya dan merasa kasihan padanya. "Nak, apakah kau baik-baik saja? Ini ada sedikit makanan dan minuman untukmu." ucap seseorang yang datang memberikan roti dan sebotol air.Arthur menatapnya dengan tatapan kosong dan mengambil pemberiannya. Dia berhenti bergerak untuk pertama kalinya, dan beristirahat sebentar untuk makan dan minum. Duduk di seberang jalan, sambil melihat mobil-mobil mewah melintas di depannya."Dahulu aku juga memilikinya, bahkan lebih baik dari mobil itu." gumam Arthur dengan su

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Jalan Buntu

    Sebuah malam yang indah, malam yang diharapkan akan menjadi momen yang luar biasa. Malam hari yang diharapkan itu kini sudah bukan lagi malam yang indah bagi Arthur. Langit malam yang penuh dengan bintang yang bercahaya itu bagaikan neraka baginya. Ini adalah malam keempat kalinya ia melihat langit di bawah rimbunya dedaunan. Duduk dengan tatapan dan pikiran yang kosong, melamun melihat langit. Wajahnya terlihat sangat pucat dan tidak baik-baik saja. Ia bergumam, "Apa yang harus aku lakukan? Aku hanya ingin Grace mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Tapi apa yang aku dapatkan? Pengkhianatan? Penderitaan? Ketidakadilan? Aku kehilangan segalanya." Arthur segera pulang ke rumahnya dengan tubuh yang sudah lemas. Ia pergi menuruni bukit sambil melamun karena banyak pikiran di benaknya. Dirinya sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa, ia merasa begitu buntu. Sepulang dari rumah, ayah dan ibunya menyambutnya dengan wajah bahagia. Arthur sudah melihat momen ini untuk keempat kalinya

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Kesalahan Fatal

    Arthur tidak pernah menyangka atau bahkan ia tidak pernah memikirkan hal seperti ini. Melihat wanita pujaan hatinya menikah dan hidup bahagia dengan pria lain bahkan sampai memiliki anak. Berapa terlukanya hati Arthur melihat hal itu, hingga membuat air mata hampir keluar. Mata mereka berdua bertemu untuk sesaat, namun dari reaksi Grace sepertinya ia tidak mengenal dirinya. Arthur berniat untuk berbicara dengannya langsung, tapi ia tidak ingin merusak hubungan keluarganya. Terlebih lagi ada anak-anak mereka, jadi Arthur menahan diri dan menunggu kesempatan untuk berbicara. "Ada apa denganmu, kawan?" tanya Ethan. Arthur tersenyum dan menjawab, "Tidak ada apa-apa, aku hanya teringat sesuatu." Kata-katanya tidak mengandung hal apapun. Tapi wajah dan tatapan matanya tidak bisa berbohong. Saat sore hari telah tiba, tiba-tiba saja Grace berjalan sendirian untuk melihat progres rumahnya. Saat itu juga Arthur mengambil kesempatan untuk berbicara kepadanya. Arthur menghampirinya dengan se

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Melanjutkan Kehidupan

    Malam hari telah tiba, seorang anak terbangun di sebuah bukit. Ia segera berdiri dan menatap sekitar dengan wajah yang kebingungan, keringatnya bercucuran begitu deras. Wajahnya seakan-akan mengatakan bahwa semua hal yang berlalu bukanlah kenyataan. Arthur memegangi wajahnya, "Aku, hidup kembali? Bagaimana bisa? Apakah lagi-lagi aku diberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku?" ujar Arthur yang bertanya-tanya kepada dirinya. Ingatannya di kehidupan sebelumnya masih teringat jelas dan masih hangat diingatannya. Arthur merenung memikirkan kembali apa yang baru saja terjadi pada dirinya barusan. Ia terjatuh lalu mati karena Felix mendorongnya, kemudian Felix memukuli Grace. Seketika hatinya terbakar, saat ini Arthur dipenuhi oleh amarah yang meledak-ledak. Dia sudah memantapkan hatinya untuk segera memberi Felix pelajaran yang setimpal. Arthur segera mengambil sepedanya dan melaju dengan kencang menuruni bukit. Di malam hari itu Arthur berkeliling kota menggunakan sepedany

  • Terperangkap Dalam Siklus Waktu    Melarikan Diri

    Sore hari telah tiba, burung-burung berkicau dan terbang lebih tinggi untuk kembali ke sarangnya. Begitu juga dengan bel pulang sekolah yang telah berdering, seluruh murid di sekolah segera bersiap-siap untuk pulang ke rumahnya. Begitu kelas selesai, Arthur segera menghampiri bangku Grace untuk berbicara empat mata. Arthur menatap Grace sambil tersenyum ramah kepadanya. "Grace, ayo kita pergi dari sini." ujar Arthur yang langsung menarik tangan Grace. Grace marah dan menghempaskan tangan Arthur. "Apa yang ingin kau lakukan! Aku sudah punya pacar! Cari saja gadis lain yang belum memiliki pacar!" teriak Grace dengan wajah yang kesal. Namun Arthur tidak melihatnya begitu, ia melihat wajahnya yang sedih dan meminta tolong. Begitulah yang Arthur sadari di masa depan, meski ia telat menyadarinya. Arthur menundukkan kepalanya sejenak, dan ia menatap Grace dengan wajah serius. Arthur menggenggam kembali tangan Grace dan berkata, "Aku tahu semuanya!" Tiga kata yang diucapkan Arthur m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status