Share

Terperangkap Gairah Dokter Tampan
Terperangkap Gairah Dokter Tampan
Author: Lil Seven

1. Dokter Muda Psikopat!

Author: Lil Seven
last update Huling Na-update: 2023-11-30 18:19:22

"Akhirnya kita bertemu lagi, Jeany Sayang."

Dante Richardo ... pria yang aku hindari karena kesalahan di masa lalu kini menyapaku dingin. Senyum di bibirnya tak lagi membuatku terpana seperti dulu, melainkan merinding seketika.

Senyumnya yang sekarang seperti seorang psikopat.

Dia sangat berbeda dengan saat kami sama-sama kuliah di jurusan manajemen bisnis. Pria yang dulu terlihat polos itu kini tiba-tiba berubah menjadi seorang dokter muda dengan aura yang benar-benar berbeda.

Aku pernah mendengar bahwa dia ganti jurusan kuliah setelah putus denganku, tapi aku tak menyangka, dia akan berubah se-drastis ini.

Auranya yang sekarang luar biasa. Hanya melihatnya berdiri diam di depanku, sudah membuat saraf-sarafku tegang seketika.

Sungguh.

Bagaimana seseorang bisa berubah sebanyak ini?

Senyum manis yang dulu selalu dia berikan padaku kini menghilang tanpa bekas. Aku seperti melihat sosok berbeda dari seorang Dante Richardo. Pria dingin di depanku ini, aku benar-benar tak mengenalnya.

"D-Dante Richardo.... "

Tanpa sadar, tenggorokanku tercekat saat menyebutkan nama itu.

Rasa bersalah karena memanfaatkan kepolosannya membuat aku tak berani menatap matanya.

Selain itu, pisau bedah yang dia pegang sangat menakutkan.

Hey, kenapa dia harus membawa pisau bedah untuk memeriksaku saat aku hanya sedang menderita kram perut?

Pria yang tampaknya masih menaruh dendam padaku itu, tidak sedang berencana untuk merobeknya perutku dengan pisau bedah yang dia pegang, kan??

Aku sangat merinding sampai tanda sadar memegang perut sebagai pertahanan diri. Meski itu sia-sia.

Pria itu tersenyum sinis, seperti menyadari ketakutan di wajahku, dengan dingin dia menjawab.

"Bagus sekali. Kamu masih ingat namaku rupanya. Apa kamu juga masih ingat rasa sakit yang kamu berikan padaku, Sayang?"

Dia masih memanggilku sayang, tapi kata-katanya setajam pisau bedah yang dia pegang, membuat tubuhku membeku tanpa sadar.

Dante Richardo.

Pria yang dulu imut dan manis sepertinya anjing, kini berubah menjadi serigala buas yang siap mencabik-cabik tubuhku kapan saja.

Kebenciannya padaku sepertinya benar-benar tak tertahankan. Aku merasa menyesal kenapa tadi pergi ke rumah sakit ini untuk memeriksakan sakitku, jika akhirnya bertemu dengan pria yang sepertinya ingin membunuhku kapan saja itu.

"Rich.... "

Aku memandang dirinya dengan tatapan memohon, sambil berharap semoga dia segera menyingkirkan pisau bedah yang menakutkan itu dari tangannya.

Sayangnya, harapanku sia-sia. Dante Richardo bahkan memain-mainkan pisau itu di tangannya, seperti sengaja menakut-nakuti.

"Ap-apa yang terjadi di antara kita dulu itu hanyalah sebuah kesalahpahaman. S-sebenarnya, aku... dulu.... "

Sial.

Aku tak bisa mengakui bahwa aku mendekati dirinya karena ingin memeras uang ibunya. Itu memalukan.

Rich, panggilan Dante Richardo, adalah pria muda kaya raya yang dulu cintanya kumanfaatkan demi uang. Saat kuliah, aku mendekati Richard yang masih polos, menggodanya dengan kecantikanku dan membuat dia tergila-gila, lalu setelah pria itu jatuh cinta sangat dalam padaku, ibunya yang menentang hubungan kami, menyuruh aku berpisah dari Richard dengan imbalan uang yang sangat banyak.

Tergiur dengan uang, aku segera meninggalkan Richard, tanpa peduli bagaimana dia mengalami patah hati setelah kuputuskan tanpa sebab.

Lalu sekarang, aku tak menyangka akan bertemu lagi dengannya, meski dalam situasi yang sangat berbeda.

Richard yang melihat aku tergagap, tampak tersenyum sinis.

"Apa? Bukankah dulu kamu menjual cinta tulusku dengan uang 500 juta dan membuangku begitu saja meski aku sudah memohon padamu bahkan berlutut di kakimu supaya tidak kamu tinggalkan, Jeany?"

Ucapan pria itu semakin dingin dan dingin, yang membuat punggungku kaku dan basah oleh keringat.

Dia mengatakan sebuah fakta dengan wajah datar, sehingga membuat aku semakin ketakutan.

"Aku... aku punya alasan melakukannya! Waktu itu aku.... "

Sebelum aku selesai bicara, Dante Richardo mengibaskan tangannya dengan acuh tak acuh dan aku pun membungkam mulutku sendiri dengan patuh.

"Sudahlah. Itu artinya aku juga punya alasan melakukan ini, kan, Sayang? Aku tidak menyangka kita bertemu lagi di sini. Sebagai dokter dan pasien."

Dante seperti sengaja menekankan kata 'dokter dan pasien'.

Kata-katanya itu sangat mencurigakan, membuat aku seketika berteriak dengan ekspresi ketakutan.

"Ap-apa yang mau kamu lakukan padaku, Rich?!"

Pria itu hanya mengendikkan bahu seraya menatap malas padaku.

Bertahun-tahun tak bertemu, Dante Richardo semakin tampan, tapi ketampanannya sekarang mengeluarkan aura berbahaya, aku sampai tak berani menatap matanya.

"Hmm, entahlah. Sebagai harga sakit hatiku, sepertinya satu ginjalmu tidak cukup. Haruskah aku merobek hatimu juga, Jeany?" bisiknya, mengulurkan tangan dan menekan pelan dadaku, tempat organ hati berada.

Tubuhku seketika membeku.

Aku gemetar.

"Ughh, sungguh. Apa yang.... "

Dadaku terasa sesak, sepertinya aku kekurangan oksigen.

Sedangkan Dante Richardo tersenyum dengan begitu tampan, tapi di mataku... dia seseram malaikat pencabut nyawa.

Akankah... akankah aku mati di sini??!!

"T-tidak! Tolong jangan lakukan itu, Rich! Aku... aku akan melakukan apa pun, tapi tolong jangan bunuh aku!" mohonku, berusaha duduk untuk meminta pengampunannya.

Rasa sakit di perutku bahkan tak kurasa, karena aku sangat ketakutan sekarang.

Ini rumah sakit, tapi aku bahkan tak merasa aman di sini.

"Apa pun?"

Dante Richardo mengangkat satu alisnya, tersenyum sinis.

"Ya! Apa pun! Tolonglah, jangan bunuh aku atau robek perutku, Rich! Aku... aku takut mati!" teriakku putus asa, berusaha meraih lengannya tapi langsung ditepis pria itu dengan kasar.

Aku bisa merasakan kebencian yang meluap-luap di wajahnya.

Baru kusadari bahwa dulu aku mungkin menorehkan luka yang cukup dalam padanya.

Aku menyesal, tapi bahkan sekarang, itu tak ada gunanya lagi.

"Oh, manis sekali, Jeany. Wajahmu yang sedang menangis, sangat manis," ucapnya dengan seringai kejam, membuat aku semakin merinding ketakutan.

Entah kenapa aku merasa dia seperti ingin terus melihat aku menangis di masa depan.

"Rich, please.... "

Tanganku gemetar hebat saat Richard membelai pipiku dengan senyum ala psikopat nya yang menakutkan.

"Menurutmu, hukuman apa yang cocok untuk seorang penipu seperti dirimu, Jeany?"

Dante Richardo bertanya dengan lembut, tapi tatapannya sangat beracun. Kebencian itu, terlihat meluap luap di matanya sampai dadaku sesak.

"H-hukuman... ap-apa saja! Asal jangan bunuh aku, Rich. Please," jawabku buru-buru seraya memasang wajah se memelas mungkin.

Saat ini yang bisa kulakukan hanyalah meminta pengampunan pria yang tampaknya berkuasa ini, dan menggunakan wajahku adalah hal yang paling bisa kulakukan di saat seperti ini.

Orang-orang bilang wajahku sangat cantik, dengan ekspresi memelas seperti ini, setidaknya Richard yang marah itu akan luluh, kan?

Richard mengulurkan tangan untuk membelai pipiku, tangannya sangat dingin sehingga aku gemetar lagi.

"Aku tidak akan membunuhmu semudah itu, Sayang. Bertahun-tahun aku tersiksa karena perbuatanmu, apa kamu pikir aku akan membuatmu mati dengan cepat?" tanyanya dengan suara tenang, yang justru membuat tubuhku semakin menggigil.

"Tidak.... "

Aku menjawab dengan putus asa.

Kamu lebih menakutkan jika seperti ini, tahu?!

"Rich, please. Aku menyesal sudah mempermainkan perasaanmu waktu itu, tolong, tolong beri aku kesempatan. Aku akan melakukan apa pun sebagai penebusan dosa, sungguh!" mohonku mengiba, hanya mengharap belas kasihnya.

Aku bahkan menyatukan kedua tangan dengan mata basah oleh air mata. Bahkan setelah seperti ini, apakah hatimu masih sekeras batu, Dante Richardo?!

Untungnya, ekspresi dokter muda itu sepertinya sedikit melunak saat melihat penampilanku yang sangat menyedihkan.

"Baiklah. Kalau apa pun, maka.... "

Mata pria itu berkilat, tampak sangat misterius dan menakutkan. Membuat aku tanpa sadar gemetar hebat.

Ya Tuhan, aku tak menyangka kesalahan kecil yang kuperbuat saat kuliah membuat kehidupanku jadi menyedihkan seperti ini!

Dante Richardo, bagaimana bisa kamu berubah begitu banyak! Sekarang, kamu sangat menakutkan!

Dia... dia tidak akan benar-benar membunuhku atau membuatku lumpuh untuk balas dendam, kan???

Seandainya... seandainya aku tahu masa depan akan se mengerikan ini, aku tak akan pernah melakukan hal bodoh dengan menggoda pria bernama Dante Richardo untuk menguras uang ibunya!

"Bagaimana kalau jadikan aku sebagai budakmu saja? Demi menebus kesalahan, aku bersedia menjadi budak seumur hidup untukmu, Rich!" seruku sambil memejamkan mata, sebelum Richard mengatakan apa pun.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (16)
goodnovel comment avatar
25zcam
AKU DARI MASA DEPAN
goodnovel comment avatar
Khoirul
Seru dan menarik
goodnovel comment avatar
Ida Nur
mampir dulu ya kak
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   618. Persekongkolan

    Pagi berikutnya, langit masih kelabu ketika Jupiter berjalan menuju kedai kopi dekat hotel. Ia butuh waktu sendiri. Setelah malam yang rumit dengan Lyodra, dan perasaan yang tak kunjung padam, pikirannya semakin bising. Ia tahu batasnya—Lyodra bukan miliknya. Tapi rasa itu, seperti luka kecil yang terus menganga, tak kunjung sembuh. Ia duduk di pojok ruangan, menyendok buih kopinya dengan sendok kayu saat seseorang menarik kursi di hadapannya. Seorang wanita dengan rambut sebahu yang lurus sempurna, lipstik merah menyala, dan aura percaya diri yang tajam seperti silet. “Jupiter, kan?” sapa wanita itu tanpa basa-basi. “Kita belum pernah bertemu, tapi aku sudah cukup tahu tentang kamu.” Jupiter mengangkat alis. “Kita kenal?” Wanita itu menyunggingkan senyum kecil. “Belum. Tapi kamu kenal Lyodra. Dan itu membuat kita… punya kepentingan yang sama.” Jupiter menatapnya curiga. “Kamu siapa?” “Shane,” jawabnya singkat, menyilangkan kaki. “Kita nggak perlu basa-basi, Jupiter. Aku di sini

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   617. Kebencian

    Malam merayap pelan ke dalam dinding hotel, membawa hawa yang lebih sunyi dibanding biasanya. Lampu-lampu lobi sudah menyala lembut, mengubah suasana menjadi lebih hangat, namun hati Lyodra tetap tak sepenuhnya tenang. Ia tidak tahu, tepat di balik kaca, pria yang paling ingin ia lindungi dari kesalahpahaman justru sedang menatapnya dari jauh—diam-diam, dengan tatapan penuh bara yang dikendalikan dengan dingin.Jamie baru tiba dari kunjungan luar kota yang panjang dan penuh tekanan, tapi rasa lelah itu mendadak menguap saat layar ponselnya menampilkan foto-foto Lyodra… bersama pria lain.Pria itu bukan siapa-siapa, bukan siapa-siapa seharusnya.Namun senyum Lyodra, caranya menunduk saat pria itu bicara, bahkan sorot matanya yang menyiratkan kenyamanan dan kehangatan—semuanya terasa terlalu familiar. Terlalu intim. Dan itu membuat napas Jamie berdesir tak nyaman, entah karena marah atau takut kehilangan.Seketika, pintu putar lobi bergerak.Lyodra masuk dengan langkah ringan, masih ter

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   616. Jebakan

    Mall itu tidak begitu ramai. Lampu-lampu terang menggantung dari langit-langit, memantulkan bayangan mereka di lantai mengilap. Jupiter memarkir motor dan melepas helm Lyodra dengan hati-hati. Dia masih berusaha tersenyum, tapi matanya menyiratkan sesuatu yang sulit dijelaskan, itu karena pandangannya terganggu pada cincin cantik di jari manis Lyodra. Dia menghela napas dalam-dalam dan berusaha bersikap biasa kepada Lyodra. “Yuk, cepat selesaiin belanjanya. Biar bisa balik ke hotel sebelum sore,” ucap Jupiter, berjalan di samping Lyodra yang kini sibuk membuka catatan belanja dari Pak Alex.“Kita harus beli... kertas undangan, bunga meja, pita-pita dekorasi, lilin aromaterapi, dan… oh, kostum pasangan untuk maskot acara,” gumam Lyodra, memicingkan mata membaca daftar panjang yang terasa mengerikan itu.“Kostum pasangan?” Jupiter mengangkat alis. “Kayak… maskot yang saling gandengan gitu?”Lyodra mengangguk pelan. “Iya. Konsep acaranya kan ‘Romantic Night’. Jadi harus bikin suasana

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   615. Masalah

    "Nggak bakal ada yang aneh-aneh setelah ini, kan? Kenapa rasanya aku malah gugup kalau semuanya selancar ini? Apakah nanti pernikahanku dengan Jamie juga akan berjalan semudah ini?" Lyodra tidak bisa begitu saja mengusir rasa cemasnya, sebab ia sudah terbiasa—jika sesuatu terasa terlalu lancar, maka biasanya akan ada badai yang menyusul. Ia gelisah tanpa alasan yang jelas, tetapi tetap mencoba menepis segala pikiran buruk. "Semua akan baik-baik saja," gumam Lyodra, menenangkan dirinya sendiri. --- Setelah libur selama tiga hari, Lyodra akhirnya kembali ke kantor. Baru saja tiba, ia langsung disambut dengan omelan dari Jupiter. “Kamu ini bisa profesional nggak, sih? Kok bisa-bisanya kamu cuti tanpa keterangan selama tiga hari, justru di saat genting seperti ini!” Sebagai atasan, Jupiter menegurnya dengan keras. Lyodra sudah berusaha menjelaskan bahwa situasinya sangat mendadak dan ia telah mendapat izin langsung dari pusat, namun Jupiter tetap melanjutkan kemarahannya, membuat

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   613. (Maaf Episodenya terbalik, ini harusnya 612) kegelisahan

    Hati Lyodra seperti tenggelam saat Jamie menanyakan hal itu, dia merasa bersalah karena membuat Jamie yang tak tahu apa-apa jadi terbebani dan berpikir kalau pernikahan ini memberatkan Lyodra. Oleh karena itu, Lyodra segera menggeleng tegas dan menatap Jamie sambil menjawab kalau itu bukan karena pernikahan mereka. "Tapi kamu nggak bakal mau bilang kan alasan kenapa kamu terlihat lesu hari ini, Ly?" Seakan tahu bahwa Lyodra tak akan jujur jika dia terus bertanya, Jamie mengatakan hal itu dengan tatapan sendu. "Ah, itu.... " Alih-alih langsung menjawab, Lyodra malah menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi bermasalah. Dia tahu ini bukan hal yang bisa dengan mudah untuk langsung memberi tahu Jamie, karena Lyodra sendiri memikirkan bagaimana dampak hubungan Luke dan Jamie jika dia mengatakan yang sebenarnya. "Kamu masih belum terlalu percaya aku, Ly?" tanya Jamie dengan lembut saat melihat Lyodra yang masih diam dan tak menceritakan alasan dia murung meski Jamie sudah membujuknya

  • Terperangkap Gairah Dokter Tampan   612. Bertemu Cakon Mertua

    Malam tiba, menjemput langit dengan kelembutan jingga yang perlahan larut dalam kelam. Seperti janjinya, Jamie datang menjemput Lyodra tepat pukul delapan.Mobil hitam milik pria itu berhenti dengan elegan di depan tempat tinggal Lyodra. Suara klakson yang lembut menyadarkannya dari lamunan, dan dengan nafas yang ditahan, Lyodra melangkah keluar, mengenakan dress sederhana berwarna nude yang membungkus tubuhnya dengan keanggunan yang tidak dibuat-buat.Jamie keluar dari mobil, tersenyum lebar sambil menghampirinya. “Gila, kamu cantik banget malam ini, Ly," ucapnya pelan, seolah tak ingin mengganggu malam yang sudah terlampau sempurna.Lyodra tersipu, membalas senyuman itu dengan anggukan kecil. “Kamu juga... kelihatan beda malam ini. Lebih... serius.”“Ya iyalah, ini malam penting,” katanya, lalu membuka pintu mobil untuk Lyodra seperti seorang pria sejati yang ingin meyakinkan gadisnya bahwa malam ini akan baik-baik saja.Di jari manis mereka masing-masing melingkar cincin couple,

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status