Share

Bab 159

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-10 13:00:28

“Aunty akan bantu Uncle urus semuanya, Nak. Aunty doakan mama mertuamu cepat pulih dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Yakinlah, ke depan kamu pasti hanya akan menyisakan kebahagiaan. Kamu anak yang hebat,” ucap Naura sambil meremas lembut tangan Angelica.

Suara perempuan paruh baya itu terdengar tulus. Tatapannya pun penuh simpati, bukan sekadar basa-basi. Ia tahu Angelica tidak sedang baik-baik saja. Siapa pun yang kehilangan orang tua kandung, apalagi keduanya sudah pergi, pasti akan merasakan kehampaan yang sulit diungkapkan.

“Terima kasih, Aunty. Terima kasih banyak,” jawab Angelica lirih.

Perempuan muda itu berusaha tersenyum, tapi senyumannya hanya sekilas, seperti asap yang lenyap dihembus angin. Matanya masih sembab, dan hidungnya sedikit merah karena terlalu banyak menangis sejak pagi.

Hanya orang yang benar-benar hidup sebagai yatim piatu yang bisa memahami isi hati Angelica sekarang. Jika orang tua kita masih hidup—meskipun ada jarak, konflik, atau rasa kecewa—selama
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 164

    “Loh, kalian sudah datang? Kenapa cepat sekali?” tanya Nyonya Maximus begitu melihat anak, menantu, dan cucu kesayangannya masuk dari pintu utama.Wajah perempuan paruh baya itu tampak sedikit pucat. Ia duduk di kursi roda, didampingi suaminya yang berdiri di samping dengan ekspresi penuh selidik. Begitu mendengar pertanyaan itu, Angelica menoleh pelan ke arah mertuanya dan mencoba tersenyum, meskipun jelas matanya masih sembab.“Iya, Ma, Pa,” jawab Angelica pelan. “Papanya Olivia harus kerja, dan kami juga nggak melakukan apa-apa lagi di sana. Jadi, kami pikir lebih baik pulang dan temani Mama.”Suaranya terdengar lemah. Bekas tangisannya masih tampak jelas di wajahnya. Alex menepuk punggungnya pelan, memberi isyarat agar istrinya tidak terlalu memaksakan diri.Tuan Maximus mengamati Angelica dengan seksama. “Bagaimana keadaan Papamu, Nak?” tanyanya kemudian, suaranya berat.Angelica menunduk. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Alex pun hanya menghela napas panjang, seolah sedan

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 163

    “Sayang, bagaimana kalau aku nggak usah kerja? Aku kan sudah dapat banyak uang darimu, bukankah sebaiknya aku hanya menjadi pemuas hasrat mu, sayang?” tanya Wulan pelan, sesaat setelah mereka selesai melakukan permainan panas di atas ranjang.Nafasnya masih belum sepenuhnya teratur, tubuhnya masih bersandar di dada Markus yang sedang duduk bersandar di kepala ranjang, menghisap rokok dengan ekspresi lelah tapi puas. Sementara tubuhnya sudah sepenuhnya tenggelam dalam kenyamanan kasur hotel yang empuk, suara AC terus berhembus dari atas, tapi hawa panas tetap terasa karena aktivitas mereka sebelumnya benar-benar menguras tenaga.Markus hanya diam sejenak, matanya menatap langit-langit sambil menghembuskan asap rokok pelan. Ia tahu, pertanyaan seperti itu cepat atau lambat pasti akan keluar dari mulut Wulan. Sudah bisa ditebak. Perempuan yang merasa sudah diberi segalanya, biasanya akan ingin dimanjakan sepenuhnya.“Aku justru nggak suka sama perempuan manja,” jawab Markus. “Meskipun ak

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 162

    Markus berhenti sejenak di depan gedung klub malam yang baru pertama kali ia kunjungi. Dari luar, tempat itu tampak seperti klub biasa—lampu neon menyala terang, dentuman musik terdengar dari dalam, dan antrian tidak terlalu panjang. Tapi bagi Markus, malam ini bukan malam biasa.Ia sengaja memilih klub ini karena lokasinya cukup jauh dari tempat-tempat yang biasa ia datangi. Ia tahu betul, makin sering ia muncul di tempat yang sama, makin besar pula risiko orang-orang mencurigainya. Belakangan, Markus jadi lebih berhati-hati. Ia menyadari bahwa rumor tentang penyakitnya mulai tersebar pelan-pelan. Sudah dua kali ia ditolak masuk ke klub favoritnya. Bahkan dua orang yang dulu biasa duduk bersamanya di bar, kini memilih menjauh.Itu sebabnya, malam ini ia tidak ingin ambil risiko. Ia ingin tempat baru. Orang-orang baru. Dan yang terpenting: tak ada yang mengenalinya.Mobil yang ia parkir di pinggir jalan tidak mencolok, cukup mewah tapi bukan yang biasa ia gunakan. Ia turun dengan tena

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 161

    “Apa kau ini sudah gila, Markus? Kau sengaja ingin menyebarkan virus HIV/AIDS yang kau derita pada orang lain? Ini benar-benar jahat!” bentak Sophia dengan suara yang sudah naik satu oktaf.Wajahnya memerah. Tangannya gemetar karena emosi. Dia berdiri di tengah ruang tamu sambil menunjuk pria yang baru saja masuk ke rumah tanpa rasa bersalah sedikit pun. Markus hanya berdiri di depan pintu, tersenyum santai, seolah apa yang ia dengar barusan adalah lelucon biasa.Lalu pria itu mendekat ke arah wanita yang menolak untuk dia nikahi.“Kau sudah menularkan virus ini padaku. Sekarang anak kita juga. Lalu apa yang bisa bikin kamu tidak pernah kapok? Pengasuh anak kita juga ikut tertular, kau tak lupa itu kan? Sekarang lagi kau rencanakan untuk menulari orang lain juga? Kau akal-akalin seperti itu?” lanjut Sophia, suaranya bergetar karena marah dan kecewa sekaligus.Markus menarik napas pelan, kemudian berjalan ke sofa dan duduk tanpa rasa bersalah telah membuat wanita ini marah. Dia menyand

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 160

    Setelah melewati hari-hari penuh tekanan, kesedihan, dan emosi yang menguras tenaga, Angelica dan Alex akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah mereka.Keputusan itu tidak diambil dalam satu malam. Angelica butuh waktu untuk benar-benar yakin bahwa hatinya sudah siap melangkah ke babak berikutnya. Ia sadar, rasa kehilangan tak akan pernah benar-benar hilang, tapi hidup harus tetap berjalan.Sebelum berangkat, Angelica menyerahkan sepenuhnya urusan administrasi dan hukum kepada Davin Abimanyu. Ia sudah menandatangani surat kuasa. Semua pengalihan aset, pengesahan surat wasiat, dan proses hukum akan dikawal langsung oleh pria yang kini sudah seperti ayahnya sendiri itu.“Biarkan Aunty dan Uncle urus semuanya. Kamu tenang saja, ya,” kata Naura saat melepas kepergian mereka dari rumah.Angelica mengangguk sambil tersenyum tipis. Matanya tampak lebih tenang dibanding hari-hari sebelumnya. Rasa duka memang masih ada, tapi kini ia sudah berdamai dengan kenyataan. Yang terpenting sekarang ad

  • Terperangkap Gairah Liar Mantan Atasan   Bab 159

    “Aunty akan bantu Uncle urus semuanya, Nak. Aunty doakan mama mertuamu cepat pulih dan bisa beraktivitas seperti biasanya. Yakinlah, ke depan kamu pasti hanya akan menyisakan kebahagiaan. Kamu anak yang hebat,” ucap Naura sambil meremas lembut tangan Angelica. Suara perempuan paruh baya itu terdengar tulus. Tatapannya pun penuh simpati, bukan sekadar basa-basi. Ia tahu Angelica tidak sedang baik-baik saja. Siapa pun yang kehilangan orang tua kandung, apalagi keduanya sudah pergi, pasti akan merasakan kehampaan yang sulit diungkapkan.“Terima kasih, Aunty. Terima kasih banyak,” jawab Angelica lirih.Perempuan muda itu berusaha tersenyum, tapi senyumannya hanya sekilas, seperti asap yang lenyap dihembus angin. Matanya masih sembab, dan hidungnya sedikit merah karena terlalu banyak menangis sejak pagi.Hanya orang yang benar-benar hidup sebagai yatim piatu yang bisa memahami isi hati Angelica sekarang. Jika orang tua kita masih hidup—meskipun ada jarak, konflik, atau rasa kecewa—selama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status