MasukPerlahan Sera membuka mata dan terdiam lama saat mendapati sosok tampan sedang memeluknya erat di sebelah. Beberapa kali Sera menghela napas sambil menata hatinya.“Ya Tuhan … apa yang aku lakukan,” batin Sera.Matanya mengerjap beberapa kali sambil mengubah posisi tubuhnya. Kini ia terbaring sambil menatap Axel yang tengah terlelap di sampingnya. Entah berapa kali mereka mencapai puncak klimaks bersama, yang pasti Axel terlihat kelelahan.Lembut jemari Sera membelai wajah Axel. Alis indahnya yang membingkai mata pekat itu begitu kokoh tergambar di sana. Ditambah hidung mancung yang tegak berdiri dan bibir nan seksi menggoda. Semua detil di wajah Axel bagai ornament karya agung sang Dewa.Wanita manapun yang melihatnya pasti tergoda, begitu juga Sera. Namun, hingga saat ini ia selalu menyangkal perasaannya. Apa yang ia lakukan dengan Axel hanya sebagai hubungan simbiosis yang saling menguntungkan.Axel butuh pelepasan hasratnya, sedangkan Sera melakukan ini semua untuk tujuan tersendi
“Apa maksudmu?” tanya Sera.Regan tersenyum sambil mengelus leher Sera dengan lembut. Wajah Regan yang tadi tegang tiba-tiba melunak. Sera benar-benar bingung dibuatnya.“Kamu sedang menuduhku, Regan?”Tidak ada jawaban dari Regan. Ia hanya tersenyum sambil menatap Sera dengan sinis.“Tidak perlu menjawab, aku yakin kamu tidak akan punya nyali melakukannya. Dari dulu kamu penakut, Sera. Mana berani kamu melawanku apalagi sampai berselingkuh dengan putraku,”Sera menghela napas sambil menatap Regan dengan tajam. Sejak dulu Regan selalu meremehkannya dan menganggapnya lemah. Apa mungkin sudah saatnya Sera mengaku jika ia memang berselingkuh dengan Axel?Baru saja Sera hendak membuka suara, tiba-tiba Regan lebih dulu bertutur.“Lebih baik kamu bantu aku bujuk Axel agar mau bertunangan dengan Sophie.”Sera sontak membisu, melipat tangan di depan dada sambil menatap Regan dengan tajam.
Pukul lima sore saat jam kerja berakhir, Sera sedang sibuk berkemas saat Axel masuk ke ruangannya. Sera menoleh sambil melempar senyuman.“Sudah mau pulang sekarang?” tanya Sera.Axel mengangguk sambil berjalan mendekat kemudian langsung memeluk Sera dari belakang. Sera mengulum senyum sambil menggelengkan kepala saat pria tampan ini beberapa kali mengecup bahunya.“Xel, nanti ada Sophie yang lihat.”“Dia sudah pulang sejak tadi siang. Gak akan tahu yang kita lakukan sekarang.”Sera menghela napas, menghentikan gerakannya dan memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Axel.“Mulai sekarang, kamu harus mengurangi hal seperti ini, Xel.”Axel mengulum senyum sambil mengecup bibir Sera beberapa kali.“Hal seperti apa maksudmu? Hmm … .”Sera berdecak sambil mendorong tubuh Axel menjauh. Axel terkekeh melihat ulahnya.“Temani aku tidur malam ini!!!”Sera menggeleng sambil mengurai pelukan Axel.“Jangan gila!! Kamu sebentar lagi tunangan dengan Sophie. Kalau dia tahu, gimana?”Axel tersenyum.
“Jadi selama ini Tuan Regan melakukan KDRT terhadap Anda?” tanya Joice.Sera mengangguk dengan mantap. Tatapannya tajam dan penuh kebencian. Ia sudah lama menunggu saat ini dan tidak mau menundanya lagi.“Kenapa tidak dari awal Anda katakan ke saya?” imbuh Joice.Sera menghela napas sambil menyibak rambutnya. Belum sempat Sera menjawab, Joice kembali bersuara.“Apa dia mengancam Anda?”Sera tidak menjawab, tapi dari gestur tubuhnya sudah menunjukkan jawaban darinya. Joice terdiam sambil berulang menggelengkan kepala.“Saya tidak pernah menduga kalau Tuan Regan seperti itu. Selama ini Adelaine tidak pernah menceritakan apa pun pada saya.”“Terserah Anda percaya atau tidak, tapi kalau Anda butuh saksi, saya bisa menyiapkannya,” sahut Sera.Joice kembali tercengang kaget dan menatap Sera dengan bingung.“Jadi ada yang tahu soal KDRT ini?”Sera me
“Xel, aku turun di sini saja!!”Tiba-tiba Sera membuyarkan perdebatan Axel dan Sophie. Axel terkejut, melirik Sera melalui kaca spion dan terdiam lama.“Ini masih jauh ke kantor. Kenapa kamu turun di sini?” tanya Axel.Sera tersenyum dengan lembut membalas tatapan Axel di kaca spion.“Apa kamu lupa kalau hari ini aku ada janji dengan dinas perijinan?”Axel terdiam. Ia tidak ingat tentang jadwal harian Sera, tapi ia ingat jika ada hal yang harus diurus Sera di kantor perijinan.“Ya sudah, aku ikut.”Axel langsung memutar mobil dan kini tampak mengarah ke kantor yang baru saja ia lewati. Tentu saja Sera tercengang dan menggeleng dengan cepat.“Kalau kamu ikut ke sini, bagaimana dengan janjimu yang lain?”“Aku bisa mengerjakannya usai dari sini.”Sera berdecak sambil menggelengkan kepala.“Xel, jadwalmu padat dan banyak yang harus dikerjakan hari ini. Jika kamu ikut menunggu di sini, rasanya tidak akan selesai. Apalagi setelah ini akan ada hari libur panjang. Takutnya semua rencanamu ber
Keesokan paginya, Sera dan Axel tampak menikmati sarapan bersama di ruang makan. Mereka duduk saling berhadapan fokus dengan makanannya. Hanya kursi Regan yang kosong kali ini.“PAGI!!!”Tiba-tiba suara yang sangat dikenal terdengar dari arah pintu. Sera dan Axel menoleh berbarengan. Mereka langsung terkejut saat melihat Sophie sedang berdiri di sana.“Babe, kamu ganteng banget hari ini,” puji Sophie sambil menatap Axel dengan genit.Axel hanya diam, pura-pura tidak dengar dan kembali sibuk dengan makanannya. Sementara Sera tampak tersenyum menyapa Sophie.“Selamat pagi, Sophie. Apa kamu mau sarapan bersama kami juga?” tawar Sera dengan santun.“Terima kasih, Tante. Aku tidak akan menolaknya.”Sophie langsung menarik kursi dan duduk di sebelah Axel. Axel berdecak sambil meliriknya dengan sinis. Sementara Sophie terlihat acuh dan tampak mulai menikmati sarapan.“Kemana Om Regan? Kenapa dia tidak ikut sarapan?”Kini Sophie bertanya sambil melihat kursi kosong di sebelah Sera.“Oh … dia







