Isha menikmati lagu yang sedang ditunjukkan anak kecil di sebelahnya. Karena mendengarkan dengan airphone, suara lagu tersebut terdengar begitu nikmat sekali.“Wah … suara kamu bagus sekali.” Isha melepaskan airphone dan memberikan pada anak kecil.“Aku mau audisi. Jadi aku sedang banyak belajar.” Dengan percaya diri anak kecil itu bercerita.“Semoga kamu menang.” Isha membelai lembut rambut anak kecil itu.Di saat Isha sedang menikmati waktu bersama seorang anak kecil yang ditemui di kursi tunggu, Danish sedang sibuk mencari Isha. Danish mencari di setiap sudut toko sampai ke depan toko.Beruntung akhirnya dia mendapatkan Isha di kursi ruang tunggu. Tampak dia bersama anak kecil, tetapi anak kecil itu segera pergi. Meninggalkan Isha sendiri.Danish yang gemas dengan sang istri segera menghampiri. Dia langsung menarik tangan Isha. Membuat wanita itu cukup terkejut.“Pak Danish.” Isha mengulas senyum ketika akhirnya melihat Danish di depannya.“Apa kamu tidak dengar jika ada panggilan
Mendapati pertanyaan itu Isha jadi ragu untuk menjawab. Namun, tentu saja dia harus menjelaskan apa yang membuatnya datang mencari Danish.“Kita belum malam pertama. Jadi aku ke mencarimu untuk mengajakmu malam pertama.” Ragu-ragu Isha menjelaskan apa yang membuatnya datang mencari Danish.Danish menyunggingkan senyum di sudut bibirnya. Ternyata istrinya itu mencarinya jauh-jauh untuk meminta malam pertama.“Apa kamu sudah tidak sabar untuk malam pertama denganku?” Danish mengikis jarak di antara mereka.Melihat Danish yang semakin dekat membuat Isha benar-benar berdebar. Aroma parfum maskulin perpaduan aroma woody dan manisnya vanila. Tercium lembut dan menggoda.“Aku bukan tidak sabar. Aku ingin suamiku cepat keluar dari penjara.”Seketika tawa Danish terdengar. Tawa itu terdengar meledek sekali. “Apa kamu lupa jika dia adalah mantan suamimu?” tanyanya meledek. Dia merasa geli mendengar Isha memanggil pria berengsek yang sudah mengambil uang perusahaan itu dengan sebutan ‘suamiku’.
Isha membuka pintu kamar dengan segera. Tak mau sampai Danish lama menunggu. Tak mau kejadian di malam pertama kala itu terulang.Isha hanya membuka pintu sedikit saja, mengingat memakai bathrobe saja. Saat pintu terbuka, tampak Danish berada di balik pintu tersebut. Untuk sejenak Isha terpesona dengan Danish. Pria itu memakai baju santai dan tampak berbeda sekali. Tubuh Danish yang dibalut dengan kaos memperlihatkan bentuk tubuhnya.“Apa kamu akan diam saja dan tidak membuka lebar pintunya?” Danish melemparkan pertanyaan bernada sindiran.Buru-buru Isha membuka pintu kamarnya agar Danish dapat masuk. Tak mau membuat Danish kesal dan berujung membatalkan acara malam ini.Danish segera masuk ke kamar setelah Isha melebarkan pintunya. Aroma manis dari sabun tercium begitu enak ketika masuk. Danish menduga jika sepertinya Isha mandi dengan bersih seperti yang dia minta.“Sepertinya kamu benar-benar sudah bersiap.” Danish menyindir Isha.“Bukankah bagus jika aku cepat bersiap. Jika kita
Danish menikmati kucuran air yang mengguyur tubuhnya. Sesekali helaan napas berat mengiringinya ketika mengingat baru saja dia menikmati malam panas dengan Isha.“Maafkan aku,” gumam Danish seraya menyugar rambutnya.Ini adalah pertama kali setelah sekian lama dia tidak melakukan hubungan intim dengan wanita. Danish merasa ini adalah sebuah pengkhianat yang begitu berat dilakukan pada mendiang istrinya. Padahal Danish sudah berjanji jika dia tidak akan pernah menikah lagi. Tidak akan pernah menyentuh wanita selain istrinya. Namun, semua harus dilanggarnya demi memiliki keturunan.Sejak kematian sang istri, Danish memang menutup hatinya rapat-rapat hatinya. Sayangnya, desakkan keluarga membuat Danish tidak punya pilihan. Dia harus memberikan keturunan untuk keluarga Fabrizio.Pemilihan Isha sebagai alat untuk membuat anak adalah pilihan yang tepat baginya. Karena mereka punya kepentingan masing-masing. Danish hanya butuh anak, sedangkan Isha butuh suaminya bebas. Semua akan selesai jik
Baru juga Danish datang, sudah diberikan pertanyaan seperti itu. Temannya itu benar-benar menyebalkan sekali.“Sudah.” Danish menjawab singkat.Dino berbinar mendengar jawaban temannya itu. “Apa senjatamu berfungsi dengan benar?” Dino menatap Danish penasaran.Danish langsung melemparkan tatapan tajam. Merasa pertanyaan itu menghinanya sekali. “Kamu pikir aku sudah sejompo itu sampai milikku tidak berfungsi?” Dia benar-benar kesal sekali dengan temannya itu.“Bukan begitu, Nish. Kamu sudah cukup lama tidak melakukannya. Jadi aku memastikan apakah berfungsi dengan baik atau tidak. Jika tidak berfungsi dengan baik, aku siap mengantarkanmu untuk terapi.” Dino menyeringai menggoda temannya itu. Jika di kantor mungkin Dino tidak akan seberani ini, mengingat Danish adalah atasannya.“Sial.” Danish hanya bisa mengumpat. “Jelas saja milikiku masih bagus dan masih berfungsi dengan baik.”Dino hanya bisa tertawa melihat reaksi Danish. “Pasti sekarang tubuhmu sakit semua.” Dia masih terus meled
Danish menatap tajam pada Isha yang menyiram tubuhnya dengan air. Masalahnya, air yang dituang adalah air dingin. Jadi dia merasa kedinginan ketika air mengenai tubuhnya.Isha menelan salivanya sambil melihat tubuh Danish yang basah. Isha melihat jelas jika celana Danish basah. Celana Danish yang basah itu membuatnya melihat sesuatu yang tercetak di bawah sana. Sesuatu yang menonjol di antara pangkal paha Danish.“Maaf, Pak.” Isha langsung mengambil tisu untuk mengelap tubuh Danish yang basah. Secara impulsif dia mengelap celana Danish yang basah juga.Apa yang dilakukan Isha itu membuat Danish menegang. Dia segera memundurkan tubuhnya untuk menjauh dari Isha. Tampak terkejut ketika Isha memegang batang kejantanannya.“Maaf, Pak.” Isha merasa malu sekali ketika menyadari baru saja memegang sesuatu yang menonjol di bawah sana. Yang di pikirannya hanya mengeringkan air yang terkena di tubuh Danish. Tidak sama sekali berpikir aneh-aneh. “Kamu sengaja menggodaku?” Danish melihat Isha. Di
Dino mengalihkan pandangan pada Danish. Seingatnya waktu itu dia sudah memberitahu Danish. Namun, waktu itu Danish mengabaikannya.“Bukankah waktu itu kamu tidak tertarik?” Dino mengulas senyum. Meledek temannya itu.Danish terdiam. Memang sejak awal dia tidak tertarik sama sekali tentang Isha. Hanya informasi penting-penting saja yang disimpan di otak Danish.“Itu dulu, sekarang lain.”“Apa kamu mulai jatuh cinta padanya?” Dino melebarkan senyum manisnya. Dia begitu penasaran dengan temannya itu.Danish memicingkan matanya. “Aku hanya ingin tahu saja. Tidak lucu bukan jika ada yang tanya dia punya toko apa, dan aku tidak tahu.” Danish mengelak tuduhan temannya itu.Dino percaya. Mengingat tidak akan semudah itu temannya itu jatuh cinta. Dino tahu pasti jika Danish masih begitu mencinta mendiang istrinya.“Isha buka toko baju anak-anak. Toko itu disewanya setiap tahun. Dia memiliki satu pegawai. Pegawainya itu adalah teman sekolah Isha.” Dino menjelaskan pada Danish beberapa informasi
“Selamat datang di toko Kaula.” Ina menyambut Danish yang masuk ke toko.Danish masuk ke toko milik Isha langsung disambut seorang wanita muda. Dia yakin jika wanita itu adalah karyawan satu-satunya toko Isha yang diceritakan oleh Dino.“Cari baju untuk anak laki-laki atau perempuan, Pak?” Ina dengan sopan bertanya padanDanish.“Aku cari Isha.” Ditanya apa, jawabnya apa. Itulah yang terjadi saat ini. Saat ditanya oleh Ina produk yang dicari, Danish justru mengatakan mencari sang istri.Ina bingung siapa gerangan pria tampan di depannya yang mencari Isha. Jika dilihat dari penampilannya, jelas seperti orang kaya, dan Ina tahu pasti jika Isha tidak kenal pria-pria kaya. Jadi aneh jika ada yang mencari Isha.“Sebentar, saya akan panggilkan.”Ina langsung buru-buru pergi ke gudang. Tadi Isha memberitahu ingin mengecek barang sebelum pulang. Jadi dia pergi ke gudang untuk mencari Isha.Saat karyawan Isha pergi ke gudang, Danish memilih untuk melihat-lihat toko Isha. Toko tampak rapi, meski