“Bayarlah hutang suamimu dengan menikah denganku. Lahirkan anak untukku maka aku akan bebaskan suamimu dari penjara.” Isha membulatkan matanya ketika mendengar apa yang ditawarkan atasan suaminya itu. Bagaimana bisa dia mendapat tawaran itu padahal dia sudah menikah. Niatnya datang ke sini adalah untuk meminta Danish membebaskan suaminya. Bukan untuk menerima tawaran konyol itu. “Apa Anda lupa jika saya ini istri manajer keuangan? Bagaimana bisa Anda meminta saya untuk menikah, padahal saya sudah menikah?” Isha masih tidak habis pikir dengan apa yang diinginkan Danish. “Ini bisnis. Tidak ada orang mau rugi saat berbisnis. Suamimu sudah menghabiskan banyak uang perusahaan dan artinya aku sudah rugi. Jadi aku ingin ganti yang setimpal. Tidak peduli kamu sudah menikah atau belum.” Danish tersenyum menyeringai. Isha benar-benar merasa Danish begitu kejam sekali. Ganti rugi yang diminta Danish benar-benar adalah hal yang sulit baginya.
Lihat lebih banyak“Tolong bebaskan manajer keuangan, Pak. Saya bersedia menggantikan uang perusahaan yang diambil. Asalkan jangan penjarakan dia.” Isha mengatupkan kedua tangannya di depan dada. Memohon pada Pak Danish, CEO IZIO Grup, perusahaan perabot rumah tangga yang memiliki banyak cabang di Indonesia.
Danish menarik senyum tipis mendengar permintaan itu. Entah taktik apa yang digunakan mantan manajer keuangan perusahaannya, sampai-sampai meminta seseorang datang ke ruangannya untuk membebaskan dari penjara.
“Siapa namamu?” tanya Danish.
“Nikeisha Kaula, Pak.”
Danish Morgan Fabrizio itu melihat Isha dari atas sampai ke bawah. Dilihat dari wajah wanita di depannya tampak masih sangat muda sekali.
“Dia tidak bekerja di sini, Pak.” Dino, sang asisten yang kebetulan berdiri di samping Danish, memberitahu.
Pantas Danish tidak pernah melihat wanita itu di kantornya. Namun, untuk ukuran seorang yang tidak bekerja di perusahaannya, wanita itu cukup berani dengan datang ke ruangannya. Walaupun sempat ada drama dengan memaksa masuk ke ruangannya.
“Kamu adiknya atau istrinya?” Danish menatap Isha yang berdiri tak jauh dari meja kerjanya.
“Saya istrinya.” Isha memberanikan diri menjawab pertanyaan bosnya.
Pria berusia empat puluh tahun itu mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengetukkan pulpen yang berada di tangannya. Dia akhirnya tahu jika ternyata wanita di depannya adalah istri dari manajer keuangan.
“Kamu mau mengganti uang perusahaan yang diambil manajer keuangan?” Danish memastikan terlebih dahulu.
“Iya, saya bersedia bekerja di IZIO tanpa digaji untuk membayar semua uang yang dihabiskan oleh suami saya.” Isha dengan percaya diri menjawab menawarkan pertukaran itu agar suaminya dapat bebas.
Danish tersenyum menyeringai. Mengejek ucapan wanita di depannya itu.
“Kamu tahu berapa uang yang diambil manajer keuangan. Maksud aku, suamimu itu?” Danish ingin tahu sejauh apa wanita itu tahu persoalan ini.
“Tidak, Pak.” Isha menggeleng.
“Dua milyar.” Danish mengucapkan dengan penuh penekanan.
Isha sontak membulatkan matanya. Terkejut mendengar berapa banyak uang yang diambil suaminya. Dia benar-benar tidak menyangka jika ternyata uang yang diambil sang suami berjumlah fantastis. Sang suami tidak mengatakan sama sekali jika uang yang diambil sebanyak itu.
Isha memang datang ke ruangan Danish karena permintaan suaminya. Sang suami memintanya membujuk Danish agar mau membebaskan dari penjara. Dengan polosnya Isha mau melakukannya.
Saat ini manajer keuangan yang dibicarakan sedang berada di penjara. Perusahaan melaporkan jika pria itu telah mengambil uang perusahaan dan mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan.
Dalam hal ini, sebagai istri, Isha berusaha untuk membantu agar sang suami dapat keluar dari penjara. Banyak mimpi yang sedang mereka rangkai. Jika sampai sang suaminya di penjara, semua pasti akan sirna.
“Tadi kamu bilang jika kamu mau mengganti uang perusahaan yang diambil. Kira-kira berapa bulan kamu akan membayarnya?” tanya Danish meledek.
“Jika dia menjadi karyawan tetap dengan gaji empat juta, artinya dia akan bekerja selama lima ratus bulan. Itu hampir sekitar empat puluh dua tahun.” Dino menjelaskan pada Danish berapa lama wanita itu akan bekerja pada Danish untuk membayar hutang suaminya.
Isha menelan salivanya ketika mendengar berapa lama dia harus membayar. Empat puluh dua tahun bukan waktu sebentar. Jelas itu akan sangat sulit dikerjakan.
“Berapa umurmu sekarang?” tanya Danish ketus. Dia sudah cukup bermain-main dengan gadis di depannya itu.
“Dua puluh lima tahun, Pak.” Isha takut-takut menjawab.
“Dua puluh lima ditambah empat puluh dua tahun. Artinya kamu akan berhenti bekerja umur enam puluh tujuh tahun.” Danish menghitung sendiri umur Isha jika wanita itu ingin membayar utang suaminya.
Rasanya Isha tidak bisa bayangkan jika harus bekerja tanpa mendapatkan bayaran dalam jangka waktu selama itu. Isha pikir uang yang dipakai suaminya tidak banyak. Jadi mungkin hanya butuh beberapa tahun untuk menggantinya. Karena itu dengan percaya diri dia menawarkan diri untuk mengganti. Pikir, Isha tidak mendapatkan gaji untuk beberapa tahun bukan hal yang masalah, asalkan suaminya bisa keluar dari penjara. Setelah itu mereka bisa mewujudkan mimpi-mimpi mereka.
“Kamu siap?” tanya Danish.
Isha memilih diam. Bingung memikirkan apa yang harus dilakukan saat ini. Ini adalah pilihan berat untuk Isha.
Danish melihat keraguan dari sorot mata Isha. Tadi gadis itu datang dengan percaya diri. Namun, kini nyalinya langsung ciut ketika mendengar kerugian yang dilakukan suaminya.
Sejenak ruangan hening. Mereka semua dalam pikiran masing-masing. Tak ada yang bicara sama sekali.
Danish beralih pada asistennya yang sedari tadi berdiri di sebelahnya. “Keluarlah,” pintanya.
Dino yang mendapatkan perintahkan oleh Danish. Meninggalkan Danish dan Isha berdua di dalam ruangan.
Saat hanya berdua di dalam ruangan, Danish berdiri. Dia berjalan menghampiri Isha yang berdiri tepat di depan meja kerjanya.
Mendapati Danish yang berjalan ke arahnya membuat Isha benar-benar takut sekali. Isha berusaha untuk menatap Danish. Diakui Isha jika Danish begitu tampan, tetapi auranya begitu dingin. Apalagi tatapannya begitu menakutkan. Benar-benar definisi atasan seram seperti yang digambarkan suaminya.
Danish berdiri tepat di depan Isha. Menatap Isha yang berdiri dengan cemas. “Ada cara lain agar kamu tidak perlu bekerja di sini selama itu empat puluh dua tahun. Mungkin satu atau dua tahun kamu bisa membayar hutang suamimu.” Tiba-tiba Danish memecah keheningan dengan membuka suaranya.
Isha berbinar ketika mendengar ada cara lain yang Danish tawarkan. Terlebih lagi dia dengar waktunya lebih cepat. Tentu saja dia mau jika ada cara lain.
“Bagaimana caranya saya membayar hutang suami saya lebih cepat?” tanya Isha.
“Bayarlah hutang suamimu dengan menikah denganku. Lahirkan anak untukku maka aku akan bebaskan suamimu dari penjara.”
Tanpa terasa Dario sudah sebelas bulan. Dia susah mulai berdiri-diri. Berpegangan beberapa barang yang ada di sekitarnya. Pagi ini, dia bermain dengan sang mami dan papinya di taman belakang. “Minggu depan pembukaan toko. Apa yang harus aku persiapkan?” Pembangunan toko milik Isha, akhirnya selesai juga. Walaupun sedikit meleset dari perkiraan, tapi tidak banyak kendala yang terjadi. “Tidak perlu menyiapkan apa-apa. Siapkan dirimu saja. Aku sudah siapkan semua.” Danish selalu ingin yang terbaik untuk istrinya. “Terima kasih.” Isha merasa sangat beruntung sekali karena sang suami selalu mempermudah semuanya. Danish memegangi Dario yang sedang berdiri. Karena senangnya berdiri-diri, anaknya itu memang selalu meminta untuk berdiri. Saat sedang berpegangan pada sang papi, tiba-tiba Dario melepaskan tagannya yang berpegang pads sang papi. Danish dan Isha tampak terkejut ketika melihat hal itu. “Rio ....” Isha memanggil anaknya itu. Dario yang dipanggil pun segera mengayunkan langkah
“Aaaccchhh ....”Suara indah yang keluar dari mulutnya keduanya menandakan jika pelepasan sempurna didapat oleh keduanya.Tubuh Danish seketika lemas dan terjatuh di atas tubuh sang istri. Mengatur napas yang terengah-engah.Isha pun merasakan hal yang sama. Tubuhnya lelah dan butuh waktu untuk beristirahat. Mengatur napasnya yang seperti baru saja lari kiloan meter.Butuh waktu beberapa saat untuk mengembalikan tenaganya. Hingga akhirnya, membersihkan diri.****Isha dan Danish memutuskan pulang saat sore hari. Seharian mereka memanfaatkan waktu untuk mencari kenikmatan. Melepaskan hasrat yang terpendam beberapa bulan.“Aku malu sekali mau pulang.” Tiba-tiba saja Isha merasakan hal itu.“Bersikaplah tenang. Nanti mereka akan curiga jika kamu bersikap seperti itu.”Isha bersikap tenang seperti yang suaminya katakan. Dia tidak mau membuat kakak iparnya curiga.Mereka sampai di rumah. Tampak mobil Liam-suami Loveta sudah di depan rumah. Isha dan Danish berusaha untuk tenang seperti tida
Pagi-pagi Loveta sudah sampai di rumah Danish. Semalam, dia dikabari oleh adiknya itu untuk membantu menjaga Dario. “Kak Loveta.” Isha menyapa kakak iparnya itu. “Mana Iyoo?” Loveta senang sekali karena akhirnya diminta jaga keponakannya. “Baru saja tidur, Kak.” Isha segera mempersilakan kakak iparnya untuk masuk ke rumah. Menyajikan teh sambil menunggu Danish bersiap. Beberapa saat kemudian, Danish keluar dari kamarnya. Kemudian menghampiri sang istri. “Kak Lolo sudah datang, kalau begitu ayo pergi.” Danish menatap istrinya. Isha masih diam. Dia masih tidak enak sekali dengan kakak iparnya karena harus menjaga sang anak. “Sudah, kalian pergi saja. Serahkan anak kalian padaku.” Loveta berusaha untuk meyakinkan adik iparnya. Saat mendapati ucapan itu, Isha segera bersiap untuk meraih tasnya yang berada di sofa ruang keluarga. “Titip Rio yang, Kak.” Sebelum berangkat dia menitipkan lagi anaknya. “Iya.” Loveta mengangguk. Isha dan Danish segera pergi. Danish mengendarai mobiln
Levon dan Luel semakin nyaman menjalani hubungan setelah mendapatkan restu. Perjalanan masih panjang untuk hubungan mereka ke jenjang serius. Mereka lebih memilih untuk menikmati hubungan. Apalagi mereka harus fokus pada kuliah mereka.Isha semakin nyaman menikmati perannya sebagai ibu rumah tangga. Anaknya semakin gembul sekali. Apalagi sang anak minum ASI.Kehadiran Dario membuat rumah menjadi ramai. Keluarga sering datang ke rumah untuk bertemu Dario. Mulai Nessia, Loveta, atau pun Mami Neta.Seperti hari ini, Loveta datang untuk berkunjung. Dia terus bermain dengan Dario.“Iyoo ... Iyooo ....” Loveta memanggil keponakannya itu.“Mi, namanya Dario, kenapa dipanggil Iyoo?” Ve melemparkan protesnya.“Susah jika dipanggil Dario. Seperti namamu saja. Singkat. Hanya ‘Ve’.” Loveta menjelaskan pada sang anak.Ve hanya bisa menggeleng heran. Ternyata itulah yang membuat sang mami memanggilnya singkat. Agar lebih mudah.Isha yang mendengar perdebatan itu hanya tersenyum saja.“Kak Loveta su
Mendapati pertanyaan sang anak, Dona terdiam sejenak. Memandang Luel.Luel yang melihat mama Levon menunggu jawaban dari wanita itu. Penasaran apa jawaban yang akan diberikan.“Iya, Mama tidak marah.” Dona langsung membenarkan apa yang diucapkan oleh Levon.Luel merasa lega sekali mendengar hal itu. Rasanya ketakutan yang dirasakannya menguap.Tok ... tok ....Suara ketukan pintu terdengar. Luel, Levon, dan Dona mengalihkan pandangan merek. Dilihatnya Isha yang mengetuk pintu.“Minumannya aku taruh di meja. Silakan diminum.” Isha melebarkan pintu untuk memberitahu di mana ditaruh minumannya.“Terima kasih, Aunty.” Levon mengangguk.“Mama akan ke sana.” Dona menepuk bahu Levon. Kemudian mengayunkan langkahnya keluar.Levon memilih untuk tetap tinggal di kamar Luel. Menemani Luel.Dona segera keluar untuk menikmati teh yang dibuat oleh Isha. Menghargai Isha yang membuatkan minuman.Melihat Dona yang keluar dan Levon yang tetap tinggal di kamar, membuat Isha memutuskan untuk menemani Don
“Makanlah dulu.” Isha memberikan semangkuk bubur pada Luel.“Terima kasih, Aunty.” Luel segera menerima mangkuk yang diberikan. Dengan perlahan dia memakan bubur yang dibuatkan oleh aunty-nya.Isha tidak tega melihat Luel yang sakit. Padahal kemarin dia sudah mengingatkan Luel untuk makan.“Apa tidak apa-apa jika tidak mengabari mami dan papimu?” Isha memastikan pada Luel.“Iya, Aunty. Tidak perlu. Lagi pula aku sudah lebih baik.” Luel menolak tawaran sang aunty. Takut justru membuat orang tuanya khawatir atau bahkan menyalahkan paman dan bibinya.“Baiklah kalau begitu.” Isha tidak mau memaksa jika Luel tidak mau. “Kalau begitu kamu habiskan buburnya. Setelah itu kamu minum obat.”Luel segera memakan bubur yang diberikan oleh Isha. Tak lupa memakan obat dari dokter.“Istirahatlah lagi kalau begitu.” Isha segera meraih kembali mangkuk bubur yang kini sudah kosong.Isha meninggalkan Luel di kamarnya. Memberikan waktu untuk Luel beristirahat. Dia segera turun ke lantai bawah. Menyusul sa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen