Terima kasih. Semoga suka. Update lagi siang atau sore. Hehehe.
Amira dan Kristian terlihat bercanda dan tertawa bersama. Keduanya bernostalgia dengan tarian yang mereka tampilkan dengan penuh semangat.โSiapa kamu?โ tanya Giorgio menarik kursi duduk di samping Kristian.โHalo, saya Kristian. Pembisnis kecil yang sedang belajar di perusahaan Wijaya.โ Kristian mengulurkan tangan kepada Giorgio.โGiorgio. Apa kalian saling kenal?โ tanya Giorgio melihat pada Amira dan Kristian.โYa. Kami adik dan kakak tingkatan di kampus,โ jawab Kristian.โOh pantas saja. Kalian terlihat sangat kompak. Benar-benar membuat iri,โ ucap Giorgio.โKenapa kalian memilih kursi di sini?โ tanya Wijaya yang juga menghampiri meja Amira dan Kristian.โAku ke kamar mandi dulu.โ Amira berdiri. Dia tidak nyaman sendirian seorang wanita diantara tiga pria.โAku temani,โ ucap Wijaya.โApa?โ Amira kebingungan dengan sikap Wijaya. Dia melihat kepada Giorgio dan Kristian. Wanita itu berharap dua pria di depannya tidak salah paham.โTidak perlu. Aku bisa sendiri. Kamar mandi di sebelah s
Luna mencuci tangan dan menatap bayangannya di depan cermin. Dia cukup lama menenangkan diri untuk menahan amarah dan cemburu berlebihan pada Amira. Wanita itu keluar dari kamar mandi dan bertemu dengan Kristian.โKristian.โ Luna tersenyum pada Kristian.โKenapa Anda memukul Amira?โ tanya Kristian.โApa?โ Luna terkejut dengan pertanyaan Kristian.โApa wanita rendahan itu mengadu kepada kamu?โ Luna menatap tidak suka pada Kristian karena terlihat akan membela Amira.โDia tidak mengadu, tetapi bekas tamparan yang Anda berikan terlihat jelas di pipinya yang putih,โ jelas Kristian.โItu bagus. Agar dia tidak menjadi penggoda suami orang.โ Luna tersenyum. Wanita itu berlalu begitu saja. Dia benar-benar puas bisa menampar Amira. Rasa cemburunya tersalurkan. โAmira benar-benar sudah dalam bahaya.โ Kristian melihat kepergian Luna.Giorgio mencari keberadaan Amira hingga menyusul kamar mandi. Pria itu sudah tidak sabar menunggu terlalu lama dan Wijaya pun sudah pergi.โLuna.โ Giorgio bertemu d
Pagi hadir dengan mudah mengusir malam. Amira benar-benar malas untuk bangun. Tubuhnya terasa lelah. Mata bengkak dan wajah sembab. Dia yakin Keano sudah mendapatkan perawatan dari bibi.โApa masih sakit?โ Wijaya mencium pipi Amira.โTidak.โ Amira menghindari Wijaya. Dia memutar tubuh membelakangi pria itu.โSantailah. Tidak perlu bangun lebih awal. Keano tidak akan menggangu,โ bisik Wijaya dengan tetap mencium pipi Amira berkali-kali.โAku mau tidur lagi,โ ucap Amira.โYa.โ Wijaya turun dari kasur. Pria itu melihat Amira yang menutupi diri dengan selimut. Dia masuk ke kamar mandi.โHari ini rasanya aku tidak mau melakukan apa pun,โ ucap Amira di dalam hati. โPerjalananku baru mulai.โ Amira memejamkan matanya. Dia menghela napas dengan berat dan kasar. โHah! Aku harus bagaimana menghadapi ibu Luna?โ tanya Amira pada dirinya sendiri. Dia duduk di tepi kasur dengan wajah dan rambut yang berantakan, tetapi tidak mengurangi kecantikan wanita itu. โKenapa melamun?โ tanya Wijaya merapika
Luna dan Bella serta Dira sudah berkemas. Mereka akan kembali ke kota. Tidak ada yang perlu ditunggu lagi di puncak. Semua orang sudah melanjutkan aktivitas di hari libur. โApa sudah siap, Luna?โ tanya Bella melihat Luna yang sudah menutupi wajah dengan masker. โApa mobil Wijaya sudah meninggalkan villanya?โ Luna balik bertanya. Wanita itu masih terlihat sedih karena terluka akibat pukulan Wijaya. Ada sakit di pipi dan hati. โBelum. Sepertinya, Wijaya belum akan pulang,โ ucap Bella. โPadahal semua orang sudah meninggalkan tempat ini.โ Luna tampak berpikir. โApa dia meninggalkan Keano?โ tanya Luna di dalam hati. โAku akan membawa Keano pergi.โ Luna yang duduk di sofa segera beranjak dan bersemangat. โApa sudah mau pulang?โ tanya Bella. โYa. Aku mau kembali ke rumah. Mengambil harta karun yang paling berharga dalam hidup Wijaya.โ Luna tersenyum bahagia. โDia harus memecat Luna jika menginginkan Keano.โ Luna tidak tahu bahwa Wijaya tidak pernah meninggalkan Keano berlama-lama kec
Mobil mewah Wijaya berhenti di depan pintu utama. Pria yang masih memangku laptop itu melihat Amira dan Keano yang terlelap dari tidur. Anak dan ibu itu benar-benar bisa tidur nyenyak selama perjalanan sehingga tidak sadar sudah tiba di rumah.โHm.โ Wijaya membuka pintu. Pria itu menggendong Amira. Keano bersama bibi. Dia membawa istri tercinta yang sedang marah langsung ke kamar tanpa mengganggu tidurnya. Merebahkan di atas kasur dengan hati-hati dan menyalakan pendingin ruangan. Mencium dahi dan pipi dengan lembut.Wijaya membuka jas dan kemeja. Masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri karena hari yang memang sudah sore. Pria itu hanya mengenakan baju handuk dan duduk di tepi kasur. Dia memperhatikan pipi Amira yang sudah tidak merah lagi.โAku sudah membalas tamparan yang sama kepada Luna,โ ucap Wijaya pelan. Dia benar-benar tidak ingin membangunkan Amira. Membiarkan sang sekretaris terus terlelap agar bangun dengan tenang dan tidak marah lagi.Amira membuka mata dan langsung me
Wijaya menyadari bahwa Luna mengikutinya dari belakang sehingga pria tidak ingin menyusul Amira. Dia tidak mau tempat tinggal mereka ketahuan sehingga kehidupan yang indah akan menjadi kacau.โSial! Apa yang diinginkan Luna?โ Wijaya menghentikan mobil. Dia membiarkan Amira menjauh.โAku harap Amira pulang ke rumah.โ Wijaya benar-benar bingung dan khawatir. Dia tidak ingin Amira pergi, tetapi tidak mau juga berurusan dengan Luna.โHarusnya aku memberikan Amira ponsel lain khusus untuk diriku dan dirinya saja,โ ucap Wijaya memperhatikan mobil Luna yang juga berhenti di belakangnya.โKenapa Wijaya tiba-tiba pergi dan berhenti?โ Luna tampak berpikir. Dia mengingat mobil mewah yang melewati mereka.โApa mobil tadi dikendarai oleh Amira?โ Jantung Luna berdebar tidak karuan. Dia semakin luka dan kecewa. Mobil dengan edisi terbatas dan harga yang fantastis itu diberikan Wijaya kepada seorang sekretaris.โTidak. Tidak mungkin. Itu bukan Amira.โ Luna berusaha menenangkan diri. Hatinya benar-bena
Wijaya kesal melihat Luna yang masih bertahan di belakangnya. Pria itu segera menghubungi bibi untuk menanyakan tentang Amira.โHalo, Bi. Apa Amira sudah kembali?โ tanya Wijaya.โBelum, Pak,โ jawab bibi.โBeritahu aku jika Amira sudah tiba di rumah,โ ucap Wijaya.โBaik, Pak.โ Panggilan ditutup.Wijaya keluar dari mobil dan mendekati kendaraan Luna. Pria itu benar-benar marah karena diikuti sang istri pertama. Dia sangat tidak suka pada ibu kandung Keano yang telah mensia-siakan putranya.โKeluar!โ Wijaya mengetuk kaca mobil Luna.โJaya.โ Luna membuka pintu mobil Luna dan menarik istrinya keluar dengan kasar.โAah!โ Luna terkejut dengan sikap kasar Wijaya. Wanita itu khawatir tertangkap kamera para wartawan.โApa yang kamu inginkan, Luna? Apa tidak ada perkerjaan yang bisa dilakukan selain mengikutiku?โ Wijaya menatap tajam pada Luna yang ketakutan.โAkuโฆ.โ Luna sangat gugup. Dia teringat kembali pada tamparan keras yang diberikan Wijaya padanya.โApa kamu tidak tertarik untuk menyelesa
Wijaya menatap Amira yang sudah basah kuyup. Kaos putih yang dikenakan memperlihatkan pakaian dalam Amira. Wanita itu memeluk lututnya. Tubuhnya menggigil karena kedinginan. Dimandikan sang suami di tengah malam.โKenapa kamu menangis?โ Wijaya mengangkat dagu Amira. Dia mengecup bibir yang pucat.โApa aku menyakiti kamu?โ bisik Wijaya di telinga Amira dan memberikan gigitan pelan.โApa kamu tidak sadar telah melukaiku tanpa menyentu, Amira?โ Wijaya memeluk erat tubuh Amira. Mereka duduk di lantai kamar mandi dengan air terus mengalir membasahi keduanya.โKenapa diam, Amira? Apa hukuman ini masih kurang?โ tanya Wijaya membuka kaos yang dikenakan Amira.โHah!โ Amira terkejut.โAku tidak mau kamu masuk angin.โ Wijaya mematikan keran air.โBuka celana kamu!โ perintah Wijaya yang telah bertelanjang dada. Pria itu memegang handuk. โTinggalkan aku sendiri,โ tegas Amira dengan suara bergetar. Dia benar-benar kedinginan dengan tubuh yang basah. Ditambah lagi dengan pendingin ruangan yang aktif
Keano dan Devano berada di kelas yang berbeda. Pihak sekolah tidak ingin kesulitan membuat dua saudara itu bersaing.โKita dipisah lagi.โ Devano tersenyum setelah tiba di depan kelas sang adik.โGuru akan kebingungan jika kita berada di kelas yang sama.โ Keano masuk ke dalam ruang kelasnya.โYa.โ Devano pun melanjutkan langkah kaki yang sempat terhenti.Semua mata tertuju kepada dua bersaudara itu. Baik lelaki atau pun perempuan pasti mengagumi mereka. Tidak ada yang berani bersaing karena telah mengetahui kemampuan anak dari Wijaya Kusuma yang sangat terkenal.โAku sekelas dengan Keano.โ Luci melihat Devano yang melewati ruang kelasnya.โPadahal aku lebih tertarik kepada Devano.โ Luci melirik Keano. Dia merasa tertekan dan takut ketika berada di dekat adik Devano.โCih!โ Keano menarik kursi. Remaja itu benar-benar tidak menutupi diri ketika tidak suka pada seseorang. Dia akan memperlihatkannya secara langsung.โAku harus menjadi siswi tercerdas di kelas ini. Aku dibayar mahal, tetapi
Keano dan Devano duduk di depan computer mereka. Dua anak lelaki itu telihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan tidak saling mengganggu.โApa Papa boleh masuk?โ Wijaya mengetuk pintu kamar yang terbuka.โYa,โ ucap Keano dan Devano melihat kepada papa mereka.โTerima kasih.โ Wijaya masuk ke dalam kamar Keano dan Devano. Pria itu duduk di sofa dan kedua putranya mendekat.โAda apa, Pa?โ tanya Devano.โDi mana Mama?โ Keano pun bertanya.โMama di kamar adik kembar. Duduklah.โ Wijaya menunjukkan sofa yang berada tepat di depannya.โApa ada kejadian yang janggal di sekolah?โ tanya Wijaya.โYa. Seorang wanita berusaha mendekati Keano. Dia mengatakan bahwa Keano mirip anaknya yang hilang,โ jawab Devano.โBagaimana perasaan kamu, Keano?โ Wijaya menatap Keano.โAku tidak suka dengan wanita itu,โ tegas Keano.โBagus. Kamu bisa menyelidikinya dan memastikan dia tidak akan berani mendekat. Apalagi sampai melukai perasaan mama kalian,โ ucap Wijaya tersenyum.โTentu saja, Pa. Kami sedang menyel
Amira dan anak-anak menyelesaikan kegiatan pembukaan ajaran baru di sekolah. Mereka bersiap untuk pulang ke rumah. Leon sudah menunggu di mobil dan melihat istri Wijaya bersama dua putra keluar dari gerbang gedung.โNyonya sudah kembali.โ Leon tersenyum. Pria itu tidak sadar bahwa dirinya semakin dekat dengan Amira dan anak-anak. Dia terbiasa berada di sisi istri dan anak Wijaya. Ada rasa tenang dan senang ketika bisa melihat wanita itu di depan matanya.โSiapa wanita dan anak itu? Kenapa dia terus mengikuti Nyonya?โ Leon sangat teliti memperhatikan orang-orang di dekat Amira dan anak-anak.โMencurigakan.โ Leon segera mengirim data kepada anak buahnya. Mengambil gambar orang yang terlalu dekat dengan Amira dan anak-anak. Dia benar-benar harus sangat berhati-hati dan tidak mudah mempercayai siapa pun.โApa kita langsung pulang?โ tanya Leon membuka pintu untuk Amira.โYa.โ Amira memberikan jalan untuk Keano dan Devano untuk masuk lebih dulu ke dalam mobil.โWanita duluan,โ ucap Devano.โ
Amira yang menyadari bahwa dia terlalu lama di dalam kamar meminta izin untuk kembali kepada anak-anaknya. Dia tahu segala sesuatu harus diperhitungkan karena akan berakibat fatal.โAku harus pergi sekarang. Pemisi.โ Amira tersenyum dan keluar dari kamar mandi. Langkah kakinya terhenti melihat seorang wanita yang sedang berinteraksi dengan Keano.โMaaf.โ Luna menangis.โKenapa Anda menangis?โ tanya Devano dengan lembut.โDia sangat mirip dengan putraku yang hilang,โ jawab Luna.โTetapi aku bukan putra Anda,โ tegas Keano benar-benar tidak suka dengan keberadaan Luna.โBagaimana jika kamu adalah putraku yang hilang?โ tanya Luna menatap Keano.โItu tidak mungkin. Kami adalah putra dari Wijaya Kusuma dan Amira Salsabila,โ tegas Devano menepis tangan Luna yang sangat ingin memeluk Keano.โAku punya mama yang luas biasa dan bukan kamu!โ Keano beranjak dari kursi dan mendorong Luna hingga jatuh ke lantai.โHah!โ Dewi, Amira dan Luciana sangat terkejut. Tenaga Keano benar-benar kuat.โJangan p
Amira memperhatikan keranjang buah yang dibawa Keano. Anak lelakinya duduk dengan tenang dan meletakkan keranjang buah di atas paha sang ibu.โApa ini, Sayang? Apa kamu mau memakan semuanya?โ tanya Amira tersenyum.โBuah-buah ini tidak ada di rumah,โ jawab Keano.โHahaha.โ Amira mencubit pipi Keano dengan gemasnya. Wanita itu tertawa melihat tinggah yang tampak lucu. Dia tahu putranya miliki rasa penasaran yang tinggi.โIni buah-buah dari desa yang hanya dijual di pasar tradisional dan pinggir jalan. Bibi dapur biasa belanja di supermarket sehingga tidak akan menemukan buah-buah local, Sayang.โ Amira menyentuh buah-buahan yang ada di keranjang.โOh.โ Keano memperhatikan buah-buahan.โRasanya manis dan asam. Enak dan segar, Sayang. Coba saja.โ Amira memberikan buah cempedak kepada Keano.โCempedak.โ Keano menaikkan alisnya. Dia bisa mencium aroma yang kuat dari buah cempedak.โCobalah.โ Amira mendekati buah cempedak ke mulut Keano dan sang anak pun membuka mulutnya. โMm. Aku tidak suka
Acara penyambutan telah dimulai. Beberapa siswa menampilkan kemampuan mereka sehingga bisa masuk ke sekolah unggulan. Walaupun swasta, tetapi merupakan sekolah internasional yang mengutamakan mutu dan tidak semua orang bisa masuk. Ada seleksi ketat yang harus dilewati.โDevano dan Keano akan menampilkan apa?โ tanya Amira dengan lembut.โTidak ada,โ jawab dua bersaudara itu kompak.โOh.โ Amira terkejut dengan jawaban cepat dari dua putranya.โNama mereka paling atas, tetapi tidak akan menampilkan apa pun. Padahal keduanya menguasai semua elemen.โ Amira tersenyum. Dia berbisik di telinga Wijaya.โSayang, mungkin anak-anak tidak mau terlalu menonjol di awal tahun ajaran baru ini.โ Wijaya mengusap pipi Amira dengan lembut.โKita mau fokus belajar, Ma. Keahlian lain bisa diasah di rumah saja,โ jelas Devano tersenyum.โIya, Sayang.โ Amira mencium dahi Devano dan Keano. Wanita itu harus bersikap adil. Sentuhan dan ciuman serta pujian harus diberikan kepada kedua putranya. Tidak boleh hanya sa
Devano dan Keano sudah bersiap masuk sekolah. Dua remaja itu memilih sekolah swasta. Wijaya rela membayar mahal untuk Pendidikan anak-anaknya.โSelamat pagi.โ Amira masuk ke kamar dua putranya.โMama.โ Keano dan Devano menoleh kepada Amira.โApa sudah siap berangkat sekolah?โ tanya Amira mendekati Keano dan Devano yang bersiap keluar kamar.โYa, Ma.โ Keano dan Devano memeluk Amira.โAnak-anak Mama benar-benar tampan dan menawan.โ Amira menciu pipi Keano dan Devano yang harum.โBaiklah. Kita sarapan dulu ya.โ Amira menggandengan kedua anaknya dari kamar dan pergi ke ruang makan.โApa Mama akan mengantarkan kami ke sekolah di hari pertama?โ tanya Devano.โTentu saja, Sayang. Mama kana menemani kalian ke sekolah.โ Amira menarik kursi untuk kedua anaknya.โTerima kasih, Ma. Aku bisa,โ ucap Devano yang sudah lebih dulu menarik kursi untuk dirinya sendiri. Wijaya memperhatikan dua putrnaya.โSayang, mereka sudah besar. Bisa melakukan semuanya sendiri. Apalagi hanya menarik kursi,โ ucap Wija
WARNING 21++++Amira dan Wijaya telah berada di dalam kamar mereka. Anak-anak pun telah tidur, tetapi Keano dan Devano masih sibuk dengan alat baru yang diberikan oleh papa mereka.โSayang, anak-anak sudah tidur dan ada baby sister juga. Apa kita bisa mulai?โ Wijaya memeluk Amira dari belakang. Wanita itu baru saja melepaskan pakaian dan akan diganti dengan dress malam yang cantik.โSayang, apa kamu tidak lelah?โ tanya Amira tersenyum dan memutar tubuh menghadap Wijaya. Dia menggantungkan tangan di leher suaminya.โApa kamu meremehkan aku, Sayang? Aku bahkan mampu main sampai pagi. Membuang berkali-kali.โ Wijaya segera melahap bibir Amira. Wanita itu bahkan belum sempat mengenakan baju tidurnya. Dia mengangkat sang istri ke dalam gendongannya.โMmm.โ Mahira melingkarkan kedua kaki di pinggang sang suami. Menikmati ciuman hangat dari Wijaya Kusuma.โAaahhh!โ Wijaya berpindah ke leher jenjang Amira. Pria itu benar-benar sangat bergairah. Satu minggu tidak menyentuh istrinya membuatnya ha
Wijaya tidak heran lagi dengan banyaknya makanan dan minuman karena sudah mendapatkan laporan dari orang-orangnya.โSayang, apa kamu tidak lelah?โ tanya Wijaya duduk bersama sang istri dan anak-anaknya di ruang keluarga.โTidak lelah. Tidak ada yang aku lakukan selain bermain bersama anak-anak.โ Amira tersenyum.โMama sangat merindukan Papa,โ ucap Devano.โPapa tahu itu, Sayang.โ Wijaya mengusap kepala Devano.โKarena senang kamu pulang. Jadi, aku masak banyak.โ Amira telah menyajikan kue keju kesukaan Wijaya dan anak-anak di atas meja ruang keluarga.โPadahal, papa di rumah saja. Mama tetap rajin membuat kue kesukaan kami,โ tegas Keano.โTentu saja, Sayang. Itu karena Mama sayang dan cinta kalian semua.โ Amira memeluk putranya.โPapa, oleh-oleh mana?โ tanya Wiliam dan Wilona yang berlari mendekati Wijaya.โOh, oleh-oleh sudah berada di ruang bermain,โ jawab Wijaya mencium pipi Wiliam dan Wilona.โHore.โ Dua anak kembar berlari ke kamar bermain mereka.โApa kalian tidak minta oleh-oleh