Share

8. TIDAK PERNAH MELIHAT WAJAH SUAMINYA

"Hellen, kemana tuanmu itu?" Dia bertanya pada Hellen, tetapi wanita itu tidak menjawab pertanyaannya. 

Anna terus melihat ke arah taman tetapi tidak ada seorangpun di sana yang datang. Keadaan semakin aneh ketika langkah kaki yang tiba-tiba berhenti di belakangnya. Anna berbalik dan seketika kedua matanya terbelalak.

Eric melihat ke belakang Anna tetapi dia tidak menjumpai siapapun di sana. Kemudian dia melihat Anna dan berkata, "Apa yang sedang kau lihat di sana?"

Anna melihat sekeliling dan tidak menjumpai Hellen di sana. Kapan wanita itu pergi? pikirnya.

Sementara Hellen tentu saja dia sudah pergi setelah diinterupsi oleh tuannya. Dia diperintahkan untuk langsung pergi ketika Eric telah sampai di rumah.

Anna menggelengkan kepala, "Hanya saja tadi kukira dia akan datang. Tapi ternyata bukan."

Eric mengikuti arah pandang Anna dan tidak melihat siapapun di sana. "Siapa yang sedang kau tunggu?"

Anna mengabaikannya, dia terdiam beberapa saat sebelum akhirnya kembali berkata, "Apa yang kau lakukan di sini? Kupikir semua pekerja sudah pulang."

"Para pekerja di sini tidak pulang. Tapi mereka tinggal di rumah belakang," Eric menjawabnya dengan lugas. 

Anna mengangguk paham, "Lalu kenapa kau masih di sini?"

"Kenapa aku harus pergi?"

Anna terdiam beberapa saat, kemudian menganggukkan kepala, "Mungkin kau baru saja selesai dari pekerjaanmu, ya. Pantas saja."

Anna berjalan melewati Eric kemudian mengambil tempat duduk di meja makan. Dia mulai menyantap makanannya seakan Eric tidak terlihat.

Eric sangat kesal dengan sikap Anna, gadis ini tidak memiliki sopan santun terhadapnya. Beberapa kali gadis ini seperti mengabaikan pertanyaannya. Bahkan dia sama sekali tidak takut. Sejak tadi pagi, istrinya ini selalu memperlakukannya seperti pesuruh.

"Hei!"

"Hei katamu?"

Anna tidak peduli, "Dimana tuanmu itu? Apakah dia tidak pulang? Kudengar dari Hellen, dia akan pulang lebih awal untuk makan malam."

Diabaikan berkali-kali, Eric menjadi tidak senang. Dia melangkah ke samping Anna dan bertolak pinggang, "Kau memanggilku 'Hei' dan sekarang mengabaikanku?"

Anna menelan makanan di mulutnya kemudian mendongak untuk melihat Eric, "Lalu, haruskah kupanggil kau 'anak mafia' saja?" 

Setelah mengatakan hal itu, Anna kembali memfokuskan dirinya pada makanan yang ada di meja makan. Dia melihat banyak makanan yang sangat enak, satu persatu dicoba olehnya dan tidak ada yang terlewat sama sekali untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Anna bersyukur karena pelayan sudah menyiapkan banyak makanan. 

Sementara Eric sangat geram dengan sikap Anna yang seperti menganggap dia sebangsa hantu yang tidak bisa dilihat dan diajak berkomunikasi.

"Beraninya kau menyebutku seperti itu. Sepertinya kamu memang tidak kenal takut padaku, ya!" 

"Kau sendiri yang menolak untuk memberitahukan namamu padaku." Anna kembali melihat ke arahnya. Dia menatap balik Eric tanpa rasa takut lalu berkata, "Aku 'kan sudah bilang tadi pagi, jika kau tidak mau kupanggil anak mafia, kau mau kupanggil pesuruh saja, ya."

Mendengar hal itu, tentu saja langsung membuat Eric naik pitam. Setelah tadi bertemu dengan Jason, hari ini lumayan melelahkan baginya di perusahaan. Tetapi ketika lihatlah sampai di rumah, malah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari istrinya.

"Hei, pesuruh! Dimana tuanmu?" Anna bertanya lagi. 

Eric menghela napas. Gadis ini benar-benar tidak kenal takut. Begitu berani bersikap tidak sopan padanya. 

Tidak mendengar jawaban apapun dari Eric, Anna menghentikan kegiatannya sejenak. Dia mendongak dan melihat pria itu menatapnya kesal. Anna berkata dengan tidak peduli, "Dimana tuanmu?"

Eric membiarkan panggilan itu berlalu, dia menatap Anna sejenak kemudian menjawab, "Sudah tidur."

"Oh," Anna menganggukkan kepalanya, dia kembali melanjutkan makan malamnya dengan bersemangat.

Anna makan dengan lahap hingga hampir setengah makanan di meja dia makan, barulah dia menghentikan kegiatannya. Di saat itu, perutnya sudah terasa penuh, Anna mulai merasa kenyang setelah sebelumnya begitu kelaparan. 

Dia melihat makanan yang sangat banyak meski dia juga sudah memakannya. Seketika hembusan napas lelah keluar dari mulutnya, "Kenapa sepertinya makanan-makanan ini malah semakin bertambah?"

Eric melihat wajah lesu Anna, gadis ini awalnya begitu bersemangat melihat makanan, dia makan dengan rakus seakan tidak akan makan untuk beberapa bulan setelahnya. 

"Karena itu, ada seorang ahli kesehatan yang pernah berkata, 'Makan sebelum lapar, berhenti sebelum kenyang,' tapi kau malah memakan semua yang ada di depanmu seakan kau tidak akan makan lagi beberapa bulan kemudian." 

Eric melihat Anna dengan tatapan cemooh, "Dasar rakus!"

Bibir Anna maju beberapa senti, dia langsung bangun dan menatapnya dengan tajam. "Kau mengataiku rakus?!" 

Eric tidak peduli dengan dia yang marah, tanpa menjawab, dia langsung saja mengambil tempat duduknya. Mulai mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

Anna melihatnya, pria ini seperti membalas dendam dengan mengabaikannya. Tetapi Anna juga sudah kekenyangan. Dia mulai kehabisan tenaga untuk berdebat.

Eric makan secara perlahan, Anna juga sudah selesai makan. Dia lalu membereskan sisa makanannya. Ketika Anna hendak kembali ke kamar, dia melihat Eric dengan terheran. 

Pria itu, kenapa dengan santai duduk di meja makan dimana ada dia yang merupakan istri dari bosnya? Apakah dia memang terbiasa seperti ini? Makan dengan Eric sehingga memperlakukan dia juga sama? 

Anna berpikir mungkin para pekerja di sini juga sudah terbiasa makan di meja makan bersama dengan majikannya. Jadi dia memilih untuk tidak mempermasalahkan. 

Selama ini ketika di rumah bersama dengan Clarissa dan ibunya, dia juga selalu dikesampingkan. Makan bersama dengan Bu Kim yang merupakan asisten rumah tangga mereka. 

Setelah beberapa saat berpikir, Anna kembali bertanya, "Pak, siapa namamu?"

"Kau tidak perlu tahu namaku," Eric menjawabnya dengan ketus. Mengambil gelasnya yang berisi air kemudian meminum hingga habis. 

Anna semakin kesal mendengarnya, "Aku serius, Pak. Jangan buat aku semakin kesal padamu! Kau tidak takut kuadukan pada suamiku? Aku bisa membuatnya memecatmu!" 

Mendengar namanya disinggung, Eric merasa tertarik. Dia menghentikan sejenak kegiatannya kemudian membalas tatapan Anna. 

"Memangnya kau pernah melihat suamimu?" Eric bertanya dengan nada mencemooh. Seperti tidak percaya dengan perkataan Anna. 

Anna kembali tersulut, pria ini meremehkan dirinya ternyata. 

"Kau pikir?" Anna memutar kedua bola matanya. Dia mendesis, detik selanjutnya dia berkata dengan penuh percaya diri, "Eric adalah suamiku. Tidak mungkin aku tidak pernah melihatnya! Meski kami tidak tidur satu kamar, tapi jelas aku bisa mengenalinya karena dia adalah suamiku!"

Eric meletakkan alat makannya, tatapan matanya sangat tajam menatap ke arah Anna. Gadis itu bahkan sampai takut jika pria di depannya ini tahu bahwa dia sedang berbohong. 

Namun, jiwa yang tidak ingin kalah kembali menyembul. Anna berdeham, dia menegakkan punggungnya, berbalik menatap Eric tanpa rasa takut. 

"Kenapa?" Anna bertanya seakan keberanian dalam dirinya masih seratus persen. 

"Jika kamu pernah melihat wajah suamimu, maka ceritakan padaku bagaimana rupa dan penampilannya."

BERSAMBUNG~~

Comments (1)
goodnovel comment avatar
jemai nik
semakin bikin penasarannn
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status