Share

7. LANGKAH KAKI MILIK SANG SUAMI

Jason berbalik dan melihat sang adik, tatapan itu sejak dulu, sama sekali tidak pernah berubah. Selalu saja sinis ketika sedang memandangnya.

"Aku datang karena ada sesuatu yang ingin kulihat," Jason menjawabnya dengan santai, seakan dia tidak melihat rasa tidak suka Eric padanya.

Kedua mata Eric menyipit, maksud sang kakak, dia sama sekali tidak mengerti. "Apa maksudmu?"

Ketika dia masuk ke dalam rumah setelah meninggalkan Anna, Eric langsung mendapatkan panggilan untuk segera datang ke perusahaan. Tetapi dia enggan untuk bertemu dengan istrinya, karena yakin Anna masih berada di sana, akhirnya dia memutuskan untuk keluar melewati pintu yang lain. 

Namun, setelah sampai di garasi, dia malah bertemu dengan Jason, kakak tiri yang sangat membenci dirinya. Mendapatkan tamu yang tidak diundang, seketika membuat Eric merasa kesal. Dia sudah membayar mahal tim keamanan untuk mengamankan rumahnya, tetapi orang ini malah bisa masuk dengan mudah.

Eric melirik ke arah Liam, "Siapa yang membiarkannya masuk ke rumahku?" 

"Maaf, Tuan. Dia adalah kakak Anda, Tuan Jason. Jadi-"

"Apakah dengan begitu kalian bisa memasukkan semua orang tanpa seizinku?!" Suara teriakan Eric membuat ucapan Liam terhenti, Jason pun ikut tersentak mendengarnya. Tetapi dia dengan cepat bisa mengendalikan diri dan hanya tersenyum melihat Eric yang begitu kesal padanya. Jason seperti sudah sangat terbiasa dengan sikap Eric yang kasar. 

"Maaf, Tuan. Saya akan memberitahu tim keamanan," Liam sedikit membungkukkan tubuh kemudian pergi dari sana untuk melaksanakan tugasnya. 

Jason terkekeh mendengarnya, dia memiringkan kepala sembari terus menatap Eric dengan senyum yang tersemai di wajah. Seperti dia sama sekali tidak peduli dengan kemarahan Eric atas kehadirannya, seakan dia menikmati pemandangan di depannya.

Tak berapa lama, Liam kembali dengan dua orang pria bertubuh besar. Melihat kedua pria itu, sontak membuat tawa Jason menggelegar. Sementara asistennya langsung menciut, tubuhnya memang tidak bergerak, tetapi wajahnya memunculkan ekspresi ketakutan. 

"Tidak perlu menyuruh orang untuk mengusirku, lagipula tujuanku sudah selesai di sini. Aku hanya ingin mampir dan melihat adikku yang sudah lama tidak pulang ke rumah orang tuanya."

Eric hanya bergeming, wajahnya datar tetapi orang-orang yang ada di sana sangat tahu bahwa dia sedang marah. Sudah menjadi rahasia umum di antara para pegawai bahwa atasan mereka tidak begitu akur dengan Jason. 

Jason menyeringai, menatap Eric dengan bahagia, dia seperti telah mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Setelah beberapa saat barulah dia pergi dari sana meninggalkan Eric dengan kepala penuh dengan tanda tanya.

"Periksa apa yang sudah dilakukannya di sini. Jangan sampai dia bertemu dengan Anna," perintah Eric kemudian langsung masuk ke dalam mobil.

Sementgara itu, Anna yang sudah berada di kamarnya langsung membuka laptop dan mujlai mencari kebenaran atas kasus kematian sang ayah. Namun, dia sama sekali tidak menumpai apapun di sana. 

Waktu berlalu dengan cepat hingga tidak terasa langit malam sudah mulai mengisi angkasa. Anna melihat kamarnya yang gelap langsung bangkit dari ranjang dan menyalakan lampu kamar. Di saat itu perutnya baru memunculkan sebuah bunyi tanda lapar.

Anna melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam, pantas saja langit sudah gelap. Terakhir kali dia memasukkan makanan ke dalam perut adalah tadi pagi, wajar jika perutnya berbunyi karena lapar.

Anna memereskan pekerkaannya, ternyata hari ini dia bekerja tanpa hasil. Tidak ada hal apapun yang dia temui sebagai petunjuk mengungkap kebenaran. Anna menghela napas, lebih baik sekarang dia mencari sesuatu untuk di makan. 

Baru saja dia membuka pintu kamar, seketika dia dikejutkan dengan kehadiran Hellen di sana. Wanita itu tersenyumk melihat Anna dan sedikit membungkuk, menghormatinya.

"Selamat malam, Nyonya. Saya datang karena ingin mengabarkan makan malam sudah siap. Anda ingin makan di meja makan atau di kamar seperti tadi pagi?" Hellen dengan ramah bertanya.

Tanpa pikir panjang, Anna menjawab, "Aku makan di meja makan saja."

Setelah mendengar jawabn Anna, Hellen segera menuntunnya turun ke lantai satu tempat dimana ruang makan berada. Ini adalah kal;i pertama dia menemui ruangan lain selain kamarnya di rumah ini. Karena sejak dia tiba semalam dan tadi pagi, dia hanya berdiam diri di kamar.

Interior rumah ini sangat minimalis dengan hanya menggunakan warna putih dan abu-abu saja, sedikit warna hitam mungkin supaya lebih berwarna. Anna juga baru menyadari bahwa kebanyakan pintu di sana menggunakan pintu kaca. Beberapa dinding di cat polos dengan warna putih atau abu-abu, tetapi di sisi dinding lainnya juga terdapat motif garis-garis hitam dan putih atau perpaduan antara warna putih, abu-abu serta hitam. 

Rumah ini benar-benar sangat minimalis tetapi terlihat sangat luas. Di setiap sudut ternyata terdapat sebuah pot dengan tanaman daun yang lebar. Ada juga beberapa seperti daun pohon kelapa. 

Ketika hendak memasuki ruang makan, Hellen membawa Anna ke sebuah taman indoor yang di sisi kirinya terdapat sebuah kolam ikan. Di depannya juga terdapat sebuah gazebo dan tidak jauh dari sana terdapat sebuah bangku lengkap dengan meja. Cocok untuk bersantai sembari meminum secangkir teh ataupun kopi. Mungkin di lain waktu Anna juga bisa bersantai di tempat ini. 

Ketika berada di tengah taman indoor tersebut, reflek Anna menengadah dan melihat langit-langit malam. Seketika dia terperanglah karena banyaknya bintang yang bertaburan. Gadis itu bagai tersihir dengan keindahan yang tersaji. Membuat dia tanpa sadar menghentikan langkah kaki. 

Hellen menyadari bahwa Anna tidak mengikuti, dia berbalik dan melihat gadis itu malam berdiam diri sembari terus menatap langit. 

"Nona, ke sebelah sini," ucap Hellen, menyadarkan Anna. 

Anna melihat Hellen sudah menunggu, dia mengangguk kemudian kembali melangkah memasuki ruang makan. Ketika di ruang makan, dia melihat begitu banyak makanan di atasnya. Seketika Anna teringat dengan sosok Eric yang belum pernah dia lihat. 

"Maaf, tapi kenapa banyak sekali makanan? Apakah ada orang yang ikut makan bersama denganku?" 

Dalam hati Anna merasa berdebar, dia merasa belum siap untuk bertemu dengan suaminya. Entah sampai kapan, yang jelas untuk sekarang dia tidak mau bertatap muka. 

"Tadi Tuan Eric berkata bahwa dia akan makan malam di rumah. Mungkin saat ini sedang dalam perjalanan pulang."

Tepat ketika kalimat terakhir diucapkan Hellen, suara langkah kaki terdengar di telinga Anna. Otomatis kepalanya menoleh ke arah dia tadi tiba. Melihat ke taman yang sebelumnya dia kagumi. 

Keningnya berkerut ketika Anna teringat dengan rumor sang suami yang tidak sempurna. Jika suaminya seperti yang dirumorkan, kenapa malah terdengar langkah kaki? Bukankah seharusnya menggunakan kursi roda atau alat bantu penopang tubuh? 

BERSAMBUNG~~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status