Share

Tidak Ada Malam Pertama

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2025-04-21 16:34:19

"Selamat tidur," ucap Winda.

Abie hanya bisa terpaku membiarkan Winda berdiri dan berbalik menuju kamarnya. Langkah kakinya pelan namun terlihat tak bersemangat.

Jika biasanya pengantin baru tidak sabar menghabiskan malam pertama. Kedua pengantin ini tidur sendiri-sendiri seolah itu yang paling nyaman buat mereka.

Setibanya di kamar, kata-kata Abie tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. Perkataan Abie menyatakan kesungguhannya sebagai suami. Meski tidak ada cinta di antara keduanya. Perasaan asing yang terpaksa di ikat dalam pernikahan yang serba mendadak. Membuatnya meragukan langkah yang di ambil ini benar atau tidak.

"Kenapa jadi serius begini sih. Padahal aku butuh suami sewaan. Malahan jadi nikah beneran," gumam Winda. Ia merebahkan tubuhnya di kamar.

Rasanya tidak enak membiarkan sang pemilik kamar justru tidur di kursi tamu. Lelahnya berpikir membuat dirinya tertidur pulas.

**

Suara adzan subuh berkumandang. Terdengar kucuran suara air kran dari arah belakang. Winda merasa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sri Hartini
oh so sweet abie sama winda smga bhgia..
goodnovel comment avatar
May_maya🌸
semangat ya Abie, akan ada pelangi setelah badai, semoga Winda adalah cewe yg tepat yg dipilihkan otorrr utkmu wkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Tom And Jerry Sudah Berdamai

    Felix menyerahkan paperbag putih itu dengan ekspresi datar."Ini dari Mama. Katanya kamu harus pakai ini hari ini," ucapnya singkat, tak ada senyum di wajahnya.Azalea menerima paperbag itu, menatapnya sejenak sebelum mengangkat alis.“Baru juga kita ketemu di kafe tadi, sekarang sudah muncul lagi. Kamu ngikutin aku ya?” tanyanya dengan nada setengah menggoda, setengah menyindir.Felix menatapnya sebentar, rahangnya mengeras.“Jangan ge-er. Aku disuruh Mama. Lagipula, aku juga nggak punya waktu buat ngikutin kamu ke mana-mana.”Azalea tersenyum miring, menggoyang-goyangkan paperbag itu di tangannya.“Hmm... tapi tetap saja, intensitas kita ketemu akhir-akhir ini agak... mencurigakan. Kamu yakin bukan kamu yang mulai agresif, Felix?”Felix menghela napas, lalu berbalik.“Jangan mulai dramanya. Aku nggak mungkin naksir sama gadis nyebelin kayak kamu," bantah Felix."Terus gaun ini buat apaan?" tanya Azalea.Felix terdiam sesaat, nasib sialnya adalah di jodohkan dengan gadis menyebalkan

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Gaun Untuk Azalea

    Senja menggantung di langit Jakarta. Di balkon rumah keluarga mereka, Rania menuang teh ke cangkir Felix. Aromanya menguar hangat, tapi suasana di antara ibu dan anak itu justru terasa dingin. Felix duduk diam, kedua tangannya mengusap pelan permukaan cangkir. Rania memperhatikannya sejenak sebelum akhirnya bertanya. "Felix..." suaranya lembut, tapi mengandung ketegasan seorang ibu. "Tentang perjodohan ini... kamu sungguh-sungguh setuju?" Felix menghela napas. Hening beberapa detik. “Aku tahu ini bukan hal yang mudah bagimu,” lanjut Rania. “Apalagi dengan semua penolakanmu dulu, mama perlu kepastian apakah kau setuju dengan perjodohan ini?" Rania bertanya penuh harap. "Aku setuju Ma," jawab Felix pendek. "A ... apa kamu setuju?" ulang Rania heran. Entah apa yang mengubah pemikiran putranya mengapa tiba-tiba mau di jodohkan. Felix mengangguk mantap. “Ya, Ma. Aku tidak ingin mengecewakan Mama terus. Mungkin... ini waktunya aku belajar berkompromi.” Wajah Rania menghangat, matanya

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Putus Baik -Baik

    Mata mereka masih saling menatap dua pasang mata yang sama-sama keras, sama-sama menolak tunduk.“Jadi… kita akan pura-pura bertunangan di depan mereka?” gumam Felix tanpa menoleh.Azalea melangkah mendekat, berdiri di sampingnya, lalu berkata pelan.“Bukan pura-pura… kita hanya akan membiarkan mereka berpikir apa yang mereka inginkan.”Felix meliriknya, sudut bibirnya terangkat tipis.“Kau pintar juga memutar kata.”Azalea menatapnya santai.“Kau pintar menyembunyikan niat. Kurasa… kita seimbang.”Felix terdiam sejenak. Lalu bicara kembali. “Jadi, kita jalan di garis ini kelihatan seperti sepasang calon suami istri… tapi sebenarnya hubungan ini hanya kamuflase."Azalea menatap taman di depan mereka, suaranya tenang.“Gimana sepakat?" tawar Azalea.Felix menarik napas pelan, mengangguk sekali lagi.“Baik. Kita lihat… siapa yang lebih dulu keluar dari jalur.”Azalea menahan senyum.“Atau… siapa yang lebih dulu jatuh ke dalamnya.”Felix menoleh, menatapnya dengan pandangan sulit diteba

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Perang Dingin

    Keesokan paginya, suasana di rumah keluarga Felix tetap seperti biasa — atau setidaknya terlihat biasa di permukaan.Felix turun ke ruang makan, menemukan Rania sudah duduk sambil membaca koran, sedangkan Candra menikmati kopi paginya.Rania melirik sebentar.“Pagi,” sapanya singkat.“Pagi,” balas Felix tanpa ekspresi, mengambil roti bakar di meja.Namun sebelum sempat menggigit, Rania menurunkan korannya dan berkata,“Besok, keluarga Azalea mengundang kita makan siang di rumah mereka.”Felix menoleh setengah, alisnya terangkat sedikit.“Perlu?”Candra ikut bicara, suaranya tegas tapi tenang.“Itu bagian dari proses. Tidak ada salahnya.”Felix menghela napas, menahan komentar di ujung lidahnya. Tapi sebelum ia sempat menolak, Rania menambahkan,“Dan kamu… harus berusaha lebih sopan. Setidaknya hargai mereka.”Felix mendongak, menatap ibunya lurus.“Aku tidak pura-pura. Dan aku tidak akan pura-pura.”Candra menatap anaknya tajam, lalu berkata datar,“Kamu boleh dingin, Felix… tapi jang

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Sama-Sama Keras

    Felix menatap Azalea beberapa detik, kemudian menyandarkan punggung di tiang gazebo taman, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana.“Aku memang bisa menolak. Tapi orang tuaku tidak,” jawabnya santai, seolah-olah topik ini tak lebih penting dari angin malam yang berhembus. “Aku hanya menjalani formalitas.”Azalea menghela napas, mencoba menahan diri. Namun, hatinya mulai tergerak.“Formalitas?” Azalea mengangkat alis, menatap Felix dengan tatapan tajam di balik kacamatanya. “Berarti aku ini hanya… bagian dari formalitasmu?”Felix menoleh perlahan, seulas senyum tipis terbit di bibirnya. Senyum dingin itu membuat Azalea merasa di remehkan.“Kamu mengerti juga rupanya.”Azalea mengepalkan tangannya di sisi tubuhnya. Senyum ramahnya hilang sudah.“Bagus… karena aku juga ada di sini cuma untuk formalitas. Jadi, kita seimbang,” balasnya tenang, menahan nada getir di suaranya.Felix mengerutkan kening, sedikit terkejut dengan jawabannya. Ia mengira gadis ini akan menunduk, pura-pura manis

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Jodoh Untuk Putra Candra

    Candra baru saja tiba di rumah, melepas jas kerjanya dengan gerakan tenang. Namun, yang menyambutnya bukan kehangatan keluarga, melainkan tatapan dingin penuh protes dari Felix putranya satu-satunya.Felix berdiri di ambang pintu, kedua tangan menyilang di dada, rahangnya mengeras. Sorot matanya tajam, sama seperti Candra dua puluh tahun lalu saat menolak tunduk pada siapa pun. Dingin, tak tersentuh, dan merasa mampu berjalan sendiri tanpa siapapun di sisinya.“Hari ini... perjodohan itu, kan?” Felix bertanya, suaranya datar, nyaris tanpa emosi.Candra mengangguk, menatap putranya tanpa berkata. Ia tahu betul bagaimana rasanya dipaksa menikah saat usia belum genap matang tapi ia juga tahu, ada batas yang tak bisa dihindari oleh seorang lelaki di keluarganya. Semua teman Felix sudah menikah, membangun rumah tangga. Hanya putranya yang tetap berdiri sendiri, keras kepala di jalannya sendiri.Mungkin inilah saatnya es yang membeku itu dipaksa retak, seperti dulu Candra pernah alami."An

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status