Share

Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku
Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku
Author: Rasyidfatir

Pengantin Pria Tidak Datang

Author: Rasyidfatir
last update Last Updated: 2025-01-14 19:45:39

[Mas, dua hari lagi kita akan menikah. Kapan kamu pulang dari luar negeri?]

Zahra mengirimkan pesan tersebut pada kekasihnya. Dahinya mengernyit heran kemudian karena ia melihat pesannya sudah dibaca oleh si penerima, tapi tidak kunjung dibalas meski sudah lewat beberapa menit.

Namun, Zahra tidak berpikir aneh-aneh. Ia mengira Abie, kekasihnya tersebut, sedang sibuk bekerja.

Zahra adalah seorang gadis sederhana yang menerima perjodohan dengan Abie, seorang pewaris perusahaan multinasional yang saat ini sedang berada di luar negeri untuk mengurusi bisnis sang ayah. Sendirinya, ia hanya satu kali bertemu dengan Abie–itupun ia selalu menunduk sampai-sampai tidak bisa saling menatap muka satu sama lain. Selanjutnya, mereka hanya berhubungan lewat pesan dan telepon saja setelah mereka menyetujui perjodohan tersebut.

Sayangnya, ibunda Abie yang menjodohkan mereka harus meninggalkan dunia begitu cepat setelahnya akibat kanker ganas. Meski begitu, perjodohan antara Abie dan Zahra tetap dilanjutkan, dengan pengawalan ketat Hisyam, ayah Abie.

Sampai pada akhirnya, dua hari lagi Zahra akan bertemu dan menikah dengan Abie. 

Tiba-tiba ponselnya berdering.

Mengira bahwa itu Abie, Zahra langsung mengangkatnya. “Halo?”

“‘Zahra, apakah Abie sudah menghubungimu?”

Hati Zahra mencelos saat mendengar suara Hisyam, calon papa mertuanya, di seberang saluran telepon. Alih-alih suara Abie.

"Maaf, Om. Mas Abie belum menjawab pesanku."

"Kalau begitu nanti sore Om akan jemput kamu. Kamu aku ajak ke toko perhiasan dulu untuk mengambil cincin pernikahan kalian," ucap Hisyam.

"Baik Om," jawab Zahra lirih.

Sebenarnya dia ingin mengambil cincin itu dengan Abie. Namun, apa boleh buat, Abie belum juga merespons pesan darinya hingga akhirnya calon papa mertuanya yang ikut turun tangan.

Sore pun tiba, Hisyam dengan setelan necisnya karena dari kantor langsung mendatangi apartemen Zahra. 

Zahra sedikit canggung ketika bertemu dengan Hisyam. Papa mertuanya ini meskipun sudah berumur matang, pria itu tetap tampak keren. Apalagi jika dibandingkan dengan semua pria di sekitar Zahra. Selain itu, Hisyam juga masih tampak lebih muda dari usia aslinya, tidak seperti bapak-bapak paruh baya pada umumnya.

Zahra duduk di jok depan setelahnya Hisyam. Rasanya sedikit aneh, ia pergi mengambil cincin pernikahannya tidak dengan Abie, tapi justru dengan calon Papa mertuanya.

"Om, masih jauh gak tempatnya?" tanya Zahra ketika di tengah perjalanan.

"Nggak jauh kok, sebentar lagi juga nyampe," jawab Hisyam. 

Pria itu sebenarnya tidak menyangka kalau mengurus pernikahan putranya itu ternyata repot sekali. Apalagi Abie bersikap seenaknya sendiri, suka hilang-hilangan tidak jelas jika dihubungi. Alhasil, Hisyam harus mengalah dan membantu pemuda itu.

Kalau tidak ingat perkataan mendiang istrinya ua pasti sudah bersikap tegas pada Abie yang menye-menye.

Hisyam melirik ke arah Zahra yang polos. Seketika Hisyam merasa cemas. Sesungguhnya, ia khawatir apakah Zahra mampu hidup dengan Abie yang belum pernah gadis itu temui. Bagaimana jika Abie nanti menyusahkan Zahra?

Namun, Hisyam tidak bisa melakukan apa pun selain membantu keduanya. Karena ini adalah pesan terakhir istrinya, amanat Winda untuk menikahkan Abie dengan Zahra.

Sampai di toko emas, Zahra diberi kesempatan lagi untuk mencoba cincin berliannya. Ia merasa cincin pernikahan itu terlalu mewah, karena Zahra terbiasa hidup sederhana.

"Om, apa ini gak kemahalan?" tanya Zahra tidak enak.

"Zahra, kamu menikah itu sekali seumur hidup. Kamu harus mempunyai cincin pernikahan yang spesial dan tentu saja nilainya seperti berlian ini," kata Hisyam.

Zahra mengangguk pelan meski dalam hatinya dia merasa minder mengenakan cincin berlian yang terlalu mahal.

"Maaf, cincin calon mempelai prianya kami membuat seukuran jari Pak Hisyam," kata pelayan toko itu.

"Iya tidak apa-apa, karena putraku sibuk tidak sempat mengukur cincinnya," kata Hisyam. Ia sudah mencoba menghubungi Abie, tapi putranya selalu saja mengatakan sibuk dan tidak bisa menemani Zahra ke toko perhiasan.

***

Dua hari kemudian pesta pernikahan mewah digelar. Semua tamu undangan sudah datang. 

Namun, saat ini Hisyam tengah cemas karena Abie mendadak tidak dapat dihubungi lagi. 

"Pak Hisyam, di mana Nak Abie? Mengapa dia belum datang juga?” tanya orang tua Zahra. “Apakah masih dirias di kamar?"

Hisyam tersenyum menenangkan. “Ditunggu dulu ya, Pak. Ini masih perjalanan.”

Orang tua Zahra kemudian kembali keluar untuk menyapa para tamu, meninggalkan Hisyam yang masih berusaha keras menghubungi Abie.

"Ya halo, Pa?" Akhirnya Abie mengangkat panggilan sang ayah. “Ada apa?”

“Di mana kamu!?” bentak Hisyam dengan suara tertahan. “Hari ini kamu menikah! Semua sudah hadir di lokasi, tapi kamu tadi justru tidak bisa dihubungi. Cepat datang ke sini, sekarang!”

Hening sejenak.

"Maaf, Pa. Aku tidak mau menikahi Zahra.” Abie kemudian berkata. “Aku masih ingin bebas.”

Hisyam tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Jangan gila, Abie! Kamu tidak bisa bersikap seenaknya,” ucap Hisyam, sekuat tenaga menahan emosinya. “Kamu tidak ingat pesan Mama sebelum meninggal? Beliau ingin kamu menikah dengan Zahra!”

"Ck, Mama sudah tidak ada, Pa. Yang hidup harus tetap melanjutkan hidup,” balas Abie seolah tidak peduli. “Atau kalau Papa mau, Papa saja yang menikahi Zahra. Aku tidak mau menikahi gadis kampungan itu.”

"Alasan konyol. Dari mana kamu tahu kalau dia kampungan? Kalian bahkan belum pernah bertemu."

"Pokoknya aku tidak mau menikah, Pa. Titik!" Usai mengatakan itu, Abie memutuskan sambungan telepon dan tidak bisa dihubungi kembali.

"Anak kurang ajar!” maki Hisyam. Pria itu mencengkeram ponselnya erat-erat. “Kenapa aku bisa punya anak merepotkan seperti dia!?”

“Pak Hisyam?” Orang tua Zahra kembali menghampiri Hisyam dengan pandangan bertanya. “Kenapa, Pak? Apakah ada masalah?”

Hisyam menghela napas pelan.

"Bapak, Ibu, tolong ikut saya sebentar," kata Hisyam kemudian sembari memberi isyarat agar kedua orang tua Zahra mengikutinya ke sebuah ruangan privat.

"Ada apa sebenarnya?" tanya Bu Siti.

"Begini, Bu. Abie baru saja mengatakan kalau dia … tidak mau menikahi Zahra," terang Hisyam.

"Loh, gimana sih? Dulu Nyonya Winda sendiri yang datang meminta Zahra jadi menantunya! Kenapa sekarang begini!?" kata Bu Siti dengan nada tinggi. Amarahnya sudah di ubun-ubun karena perbuatan Abie yang tidak bertanggung jawab inilah keluarganya mendapat malu.

"Sekali lagi saya minta maaf Bu Siti, saya akan segera membawa kembali putra saya kemari agar menikahi Zahra," ucap Hisyam membujuk Bu Siti agar amarahnya reda. 

Hisyam tak henti-hentinya minta maaf, harga dirinya sudah jatuh sejatuh-jatuhnya gara-gara kelakuan Abie. Tentunya ia paham kemarahan keluarga Zahra. Pernikahan ini sudah direncanakan sejak awal, kalau saja Abie waktu itu tidak berkata iya tentunya pernikahan ini tidak akan berlangsung. Winda pasti akan mengurungkan niatnya untuk menjodohkan Abie dan Zahra.

"Keluarga kami tidak bisa dipermalukan seperti ini. Pokoknya kalian harus tanggung jawab. Kasihan Zahra di pelaminan tanpa calon mempelai prianya," tangis Bu Siti. 

Pak Darmo suaminya Bu Siti mendekat ke arah Hisyam. Ia menarik kerah Hisyam karena sudah tidak bisa menahan amarahnya. 

"Keluargaku mungkin miskin, tapi kami hanya punya harga diri. Sekarang kalian mau menginjak harga diri kami di depan umum!? Kalian sungguh keterlaluan!" maki Pak Darmo. “Tanggung jawab! Keluargaku tidak bisa diperlakukan seperti ini!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
W Liez Rias
mantab,lanjud dong
goodnovel comment avatar
Sri Mujiati
Abie plinpan, untung gak dateng ...‍...
goodnovel comment avatar
BankRiko Jangan yos
nyata bangat masalah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Malam Pengantin

    Sendirian di rumah yang kini terasa terlalu luas, Reno duduk membisu di sudut ruang tamu. Sunyi merayap ke setiap sudut, menggantikan gemuruh tawa dan kebahagiaan yang sempat di saksikannya tadi saat pesta pernikahan putranya berlangsung. Suara itu masih terdengar jelas di telinganya. Meski sebenarnya dia sekarang di rumahnya sendiri. Rumah yang kecil dan hanya di tempati dirinya.Ia tahu, ia tak pantas menuntut apa pun. Tidak juga maaf. Dulu, ia memilih meninggalkan anak yang belum genap mengerti arti kehilangan, demi mengejar kebebasan dan kesenangan yang hanya sementara. Ia menelantarkannya di saat sang anak paling membutuhkan kasih seorang Papa. Reno justru memanfaatkan posisi Abie untuk bisa mengetuk harta kekayaan Hisyam.Kini, hanya penyesalan yang setia menemaninya. Setiap tawa yang ia dengar saat pesta terasa seperti cambuk yang mengingatkannya pada jarak yang tak bisa lagi dijembatani. Ia tak pernah benar-benar hadir saat dibutuhkan, dan ia sadar, mungkin cinta anaknya kini

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Papa Kandung Terpaksa Menghindar

    Akhirnya, hari yang dinanti pun tiba. Di tengah kemewahan ballroom hotel bintang lima, pernikahan Abie dan Winda berlangsung sakral. Lampu kristal menggantung anggun di langit-langit tinggi, memantulkan cahaya lembut yang menyelimuti ruangan dengan kehangatan dan kemewahan. Perpaduan antara budaya modern dan adat Jawa terlihat kental.Setiap sudut ruangan dipenuhi dekorasi bunga segar yang tersusun artistik, perpaduan mawar putih, bunga-bunga anggrek yang terbaik dan warnanya dominan pastel menciptakan suasana elegan dan romantis. Lantunan musik mengalun lembut, mengiringi langkah tamu-tamu undangan yang hadir dengan busana terbaik mereka.Abie tampil gagah dalam setelan beskap eksklusif, sementara Winda tampak memukau dalam kebaya pengantin rancangan desainer ternama, detail brokat dan permata yang berkilau di bawah sorotan lampu. Momen sakral mereka disaksikan dengan khidmat oleh keluarga dan sahabat terdekat, diiringi senyum haru dan tepuk tangan penuh doa. Hilman menitikkkan ai

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Berita Yang Menguntungkan

    “Syam, kamu sudah lihat berita hari ini? Putramu dan istrinya makan di warung bakso pinggir jalan. Perlu aku arahkan tim untuk meredam pemberitaan ini?” tanya Candra dengan nada serius.Hisyam tersenyum tenang. “Tidak perlu, biarkan saja. Toh, tanggapan publik sebagian besar positif. Justru ini bisa menjadi citra yang menguntungkan dan meningkatkan kepercayaan serta penjualan produk kita.”"Ya sudah, berarti aku tidak perlu melakukan apapun," ucap Candra."Iya, biarkan mereka melakukan sesuatu yang di sukai. Karena sudah lama Abie hidup sebagai orang biasa. Wajar jika kebiasaan itu pasti mengikuti. Menurutku lebih baik daripada ia seperti dulu. Taunya menghabiskan uang saja."Hisyam kini sudah lega, Abie memiliki pendamping yang tepat. Ia tidak perlu khawatir lagi. Hatinya yang dulu dipenuhi keraguan, kini tenang melihat Abie bahagia. Senyum Abie adalah jawaban dari segala doa yang pernah Hisyam panjatkan dalam diam. Ia tahu, perjalanan mereka tidak selalu mudah, namun saat ini segala

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Heboh

    Desahan napas Abie dan Abie masih menggantung di udara saat langkah kaki menggema mendekat. Suara hak sepatu menyentuh lantai kayu butik seperti dentang lonceng peringatan. Seketika itu juga, Abie menarik diri, matanya menangkap kekalutan sekejap dalam tatapan di hadapannya sebelum ia menarik napas panjang dan membenarkan kerah kemejanya.“Tenang,” bisiknya pelan di telinga Winda lalu melangkah keluar dari kamar ganti dengan santai. Seolah tak ada yang perlu disembunyikan.Tirai kamar ganti kembali terayun perlahan, menyembunyikan jejak-jejak keintiman yang baru saja terjadi. Di luar, Abie tersenyum sopan saat seorang pegawai butik melintas, mengangguk kecil seperti pelanggan yang tengah memilih-milih pakaian biasa. Tidak ada satu pun riak kegelisahan di wajahnya. Semuanya tersimpan rapi di balik senyumnya dan kamar ganti itu, yang kini hanya tampak seperti ruang ganti biasa."Tuan, ini saya bawakan jas yang cocok di kenakan Tuan," ucap pegawai tersebut. Ia tidak mencurigai apapun kal

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Fitting baju

    Di dalam butik perhiasan eksklusif. Kilau lampu memantul dari etalase kaca berisi deretan cincin berlian. Winda dan Abie duduk berdampingan, sementara seorang pegawai memperlihatkan beberapa pilihan. "Ini koleksi terbaru kami, berlian potongan cushion dan oval. Cocok untuk momen sekali seumur hidup. Sayang kalau tidak di ambil. Karena ini limited edition. Kebetulan hari ini baru launching." Winda manggut-manggut mendengar penjelasan pegawai tersebut. Sementara pandangan matanya juga mengedar ke arah lainnya. Winda menatap cincin satu per satu, ia sendiri sampai bingung memilihnya. "Cantik-cantik banget... tapi kayaknya aku malah bingung. Gimana Mas?" Abie tersenyum sambil menatap Winda. "Kalau Mas sih cuma perlu satu cincin ... Yang penting bisa ngunci hati kamu, selamanya." Winda jadi tersipu malu. Pipinya langsung merah merona. "Hmm… jangan gombal, kita lagi milih cincin, bukan syuting drama Korea, Mas." "Ini bukan drama, sayang. Ini kisah nyata." Abie mengambil salah

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Masa Lalu

    Akhirnya puncak tema yang di tunggu-tunggu datang juga. Dimas yang sudah memiliki bakat terpendam ketrampilan membuka baju paling cepat sudah siap sedia membantu Citra melepaskan pakaiannya sehingga polos tanpa sehelai benangpun. Meski sudah pernah melihat tubuh itu sebelumnya tapi Dimas menelan salivanya manakala dua buah gunung kembar itu menantangnya sempurna. Citra membiarkan Dimas memimpin permainan. Inilah tahu suaminya ini dari awal memang sangat ingin. Meski belum punya pengalaman hanya mengikuti naluri saja. Namun gerakan alamiah itu menimbulkan rangsangan kecil yang membuat Citra mendesah pelan. Desahannya membuat Dimas makin bersemangat. Ia menikmati tiap perlakuan Dimas yang mencium tiap inci kulitnya. Semua kenikmatan itu tidak dapat di ungkapkan dengan kata-kata. Dimas ingin dan ingin terus. Hingga akhirnya berbalik Citra yang memimpin permainan. Ia ingin mengajari Dimas cara-cara jitu untuk mendapatkan sensasi yang berbeda. Al hasil gara-gara itu justru Dimas ingin

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Ke Bali

    Citra menatap Dimas sejenak, matanya bertemu dengan tatapan Dimas yang memandangnya penuh rasa cemas. Namun sedetik itu juga sifat dinginnya muncul. "Kalau jalan lihat-lihat!" ucapnya. "Sory, tadi mataku aku tinggal di jalan," balas Citra tak kalah ketusnya. Awalnya ia respeck karena Dimas menyelamatkannya. Namun sikap pria itu memang sangat menyebalkan. Selalu saja ada perkataan Dimas yang membuatnya kesal. Perjalanan dari Jakarta ke Bali memakan waktu hampir dua jam. Di pesawat Citra tidur terus. Mumpung ada waktu istirahat. Daripada melek, pasti di kerjain sama Dimas. Citra sudah enek mendengar kata-kata mutiara dari Dimas yang terkadang asal nyeplos. Pernikahan ini harusnya menjadi sesuatu yang membahagiakan. Apalagi mendapat suami tampan dan kaya raya sesuai idaman. Tapi hati Citra yang masih bingung dengan perasaannya menjalani pernikahan ini seolah tidak terjadi apa-apa. Hanya bedanya sekarang dia punya teman tidur dan ada yang menafkahinya. Dari Bandara yang terkenal

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Kepastian Cinta

    Semua kelihatan serius menatap Hisyam berbicara mengenai rencana pernikahan yang akan di gelar untuk meresmikan hubungan Abie dan Winda di khalayak umum."Pak Hilman, untuk konsep pernikahannya apa Anda ada ide? Atau cukup kita pasrahkan pada calon pengantin?" tanya Hisyam.Hilman menghela nafas sejenak. Ia yang masih merasa ini mimpi. Putrinya akan menikah dengan putra pengusaha ternama yang paling di segani. Tidak menyangka akan di ajak berunding. Ia tahu dalam dunia perbisnisan Hisyam terkenal tegas dan cerdas. Wajar kalau perusahaan raksasa yang di kelolanya maju pesat."Biarkan mereka yang menentukan. Aku ingin pernikahan ini konsepnya sesuai imajinasi calon pengantin. Sehingga momen ini menjadi momen tak terlupakan bagi mereka," balas Hilman.Hisyam mengangguk mengiyakan. Ia lalu beralih menatap Abie dan Winda."Kalian dengar kan apa kata Pak Hilman. Nanti akan ada asisten pendamping yang mengurus semua keperluan kalian. Kalian tinggal bilang bagaimana konsepnya, apapun itu ka

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Acara Aqiqahan

    "Sayang, kita sudah sampai di rumah Papa," ucap Abie menepuk pipi istrinya lembut. Semalaman Abie membuat Winda kerja lembur di ranjang. Sepanjang perjalanan Winda mengantuk. Mata Winda di manjakan dengan bangunan klasik bergaya Eropa. Pintu gerbang otomatis itu pun terbuka. Anehnya, Winda pikir akan ramai acara aqiqahnya. Kok tidak ada tanda-tanda tamu yang datang. Apa dia salah hari? "Mas, bener acara aqiqahnya hari ini?" tanya Winda memastikan."Iya Sayang, Papa bilang hari ini acaranya," jawab Abie sembari menyetir. Mobilnya memasuki halaman yang sangat luas. Aneka tanaman hias tertata apik seperti di taman kota. "Tapi kok tidak ada pesta? Atau orang yang datang? Aku jadi ragu apa benar di gelar acaranya hari ini?" Winda masih bertanya lagi.Abie tersenyum dia bisa merasakan kegelisahan hati istrinya. "Papa memang tidak mengundang tamu. Hanya kita dan orang tua dari Mama Zahra. Lainnya ustadz dan santrinya yang menggelar pengajian kecil. Karena Papa ingin suasana lebih khidmat,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status