Share

Pengantin Pengganti

Penulis: Rasyidfatir
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 19:46:34

"Banyak orang yang hadir dalam pernikahan ini, kami tidak mungkin membatalkan pernikahan ini begitu saja." Bu Siti dengan nada kesal berkata lebih keras dari biasanya.

"Saya paham dengan perasaan kalian. Namun sungguh saya tidak bermaksud membatalkan pernikahan ini. Saya tidak tahu keberadaan Abie," ucap Hisyam apa adanya. “Saya bisa mengerahkan orang untuk mencari Abie, tapi itu butuh waktu.”

Pernyataan dari Hisyam membuat mereka saling tatap dan bingung. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. 

Sementara Zahra yang mendengarkan pembicaraan mereka tak sengaja meneteskan air matanya. Ia tidak menyangka Abie tega kabur meninggalkannya. Dadanya serasa sesak, hatinya sakit seolah teriris sembilu karena ia harus menerima kenyataan kalau Abie tidak ingin menikah dengannya. 

Tapi mengapa? Apa alasannya, mengapa tidak sejak dulu membatalkan pernikahannya? Mengapa? Berbagai pertanyaan muncul dalam benak Zahra.

"Lalu bagaimana baiknya? Apa kita ganti saja pendamping laki-lakinya?" cetus Pak Darmo kemudian.

"Ganti? Tidak aku tidak mau menikah dengan orang lain selain Abie," tolak Zahra.

"Zahra putriku, aku tahu ini berat bagimu tapi demi menyelamatkan nama baik keluarga kita. Kamu harus tetap menikah hari ini. Meski tidak dengan Abie. Laki-laki tidak bertanggung jawab seperti Abie tidak pantas menjadi suamimu," ucap Pak Darmo menasihati.

"Lalu siapa yang mau menikahiku, Pak di situasi seperti ini?" tanya Zahra.

Semuanya terdiam, perkataan Zahra ada benarnya. Dimana bisa menemukan pria yang mau menikahinya dalam waktu genting. Semua persiapan pernikahan sudah komplit hanya kurang mempelai prianya saja.

"Saya sendirian yang akan menggantikan Abie," ucap Hisyam tiba-tiba. Semua orang yang mendengar perkataan Hisyam terbelalak kaget. Begitu juga Zahra yang mendengarnya langsung dari Hisyam. “Saya akan menikahi Zahra.”

"Tolong jangan bercanda Pak, ini bukan lelucon," kata Pak Darmo. Tangannya mengepal erat karena kesal. Ia mengira Hisyam mengolok-olok situasi yang tengah terjadi karena Zahra tidak memiliki pasangan menikah.

"Saya tidak bercanda, Pak Darmo. Saya yang akan bertanggung jawab atas situasi rumit yang ditimbulkan karena ulah putra saya," kata Hisyam bersungguh-sungguh. Semua yang ada di sana tidak percaya mendengar pernyataan tersebut.

"Zahra, apakah kamu mau menerimaku jadi penggantinya Abie?" tanya Hisyam pada Zahra. 

Zahra tidak menjawab, wajahnya pucat masih syok. 

Calon papa mertuanya mau menikahinya. Ini tidak masuk akal!

Namun, jika tidak dengan pria itu, dengan siapa lagi? Sanggupkah Zahra menanggung malu karena pengantin prianya kabur?

Bu Siti kemudian memegang tangan Zahra dengan lembut memeluknya erat. Ia tahu Zahra sekarang pasti sangat sedih tidak jadi menikah dengan Abie.

"Anakku, mungkin ini sudah takdirmu. Daripada keluarga kita menanggung malu. Kamu terima saja pernikahanmu dengan Pak Hisyam," usul Bu Siti.

"Tapi, Bu," ucap Zahra ragu. “Aku….”

“Tidak ada pilihan lain, Nak. Mantapkan hatimu.”

***

"Putriku, sekarang kamu sudah menjadi tanggung jawab Nak Hisyam. Kami pulang dulu. Baik-baiklah kamu jadi istri, berbakti pada suamimu," pesan Bu Siti pada Zahra usai rentetan acara pernikahan berakhir. 

Zahra menangis. Dia melepas kepergian kedua orang tuanya yang diantar sopir pribadi Hisyam. Ia menatap mobil itu hingga menjauh keluar dari pagar rumahnya Hisyam. Pagar yang tinggi sekali karena rumah Hisyam tergolong rumah mewah di lingkungannya.

Kini tinggallah Zahra dan Hisyam seorang diri berdiri di depan pintu. 

Hisyam berniat menggandeng tangan Zahra untuk masuk ke dalam rumah namun niat itu di urungkannya. Ia sadar pernikahannya dengan Zahra karena keadaan. Tidak mungkin ada cinta di antara keduanya.

"Ayo kita masuk, aku tunjukkan kamarmu," kata Hisyam.

Zahra mengangguk pelan dia berjalan mengikuti Hisyam dari belakang. Dalam hati Zahra mengagumi postur tubuh Hisyam yang tinggi tegap. Sebagai pria matang, Hisyam terbilang awet muda. Wajahnya tampan. Mungkin orang akan percaya jika Hasyim mengatakan kalau ia masih berada di usia kepala tiga, bukan empat seperti kenyataannya. 

Menyadari sedari tadi terlalu memuji Hisyam dalam hatinya, Zahra mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Yaitu kamarnya yang luas dengan berbagai fasilitas komplit di dalamnya.

"Ini kamar kita, tapi kamu jangan khawatir. Aku akan tidur di sofa itu kalau kamu kurang nyaman," kata Hisyam kemudian.

"Jangan, biar aku saja yang tidur di sofa," kata Zahra kemudian. Ia merasa tidak enak pada Hisyam. Masa pemilik rumah justru menderita tidur di sofa? Begitulah pikirnya.

"Kamu seorang wanita, tidak baik kalau tidur di sofa. Aku seorang laki-laki sudah biasa kalau tidur di mana pun," kata Hisyam.

Hisyam lalu membuka lemari setelah selesai bicara pada Zahra. Sudah lama Hisyam terbiasa melayani dirinya sendiri mulai dari pakaian dan sebagainya. Ia mengambil kaos oblongnya. Hisyam lupa kalau sekarang dia sudah sekamar dengan Zahra. Spontan dia menurunkan celana panjangnya hendak ganti celana pendek. Sontak saja Zahra menjerit kaget.

"Apa yang Om lakukan!?" seru Zahra.

"Oh, maaf. Aku lupa kalau sekarang ada kamu di kamar ini," Buru-buru Hisyan memakai celananya lagi. Ia lalu segera membawa pakaian gantinya ke kamar mandi. Pipi Zahra langsung memerah mengingat tingkah Hisyam tadi.

"Apaan sih dia tadi," lirih Zahra malu. Ia tidak bisa menghapus ingatannya saat tidak sengaja memandang benda keras yang menonjol di balik boxer Hisyam.

Hisyam sudah keluar dari kamar mandi, memakai kaos komplit celana pendek bahan katun yang membuatnya makin terlihat tampan di usianya.

"Kalau lelah, istirahat saja. Kamu tidak perlu melayaniku seperti istri kebanyakan. Karena kita menikah juga karena keadaan. Kamu boleh melakukan sesuatu sesukamu. Tapi tetap jaga martabatmu sebagai istriku di depan umum," ucap Hisyam.

"Ya, Om–Pak, aku tahu itu," jawab Zahra.

"Jangan panggil aku begitu. Aku bukan bapakmu, atau bosmu," protes Hisyam. Ia menatap Zahra. “Panggil ‘Mas’.”

"Tapi kan Pak Hisyam tetaplah bapak-bapak," balas Zahra. “Bukan mas-mas.”

Hisyam berdiri lebih dekat ke arah Zahra membuat gadis muda usia kisaran 20 itu pun mundur selangkah ke belakang.

Zahra menahan napas. Tiba-tiba merasa gugup.

"Y-ya sudah, aku panggil Om saja ya? Kayak biasa? Kan memang sudah Om2 kan?" celoteh Zahra kemudian. “Rasanya aneh kalo tiba-tiba ganti panggilan.”

Hisyam menghela napas. "Terserah kamu sajalah. Yang penting bukan ‘Pak’," balasnya, menyerah. 

Zahra tersenyum mendengar perkataan Hisyam.

"Duduklah di sini, kita bisa bicara sebagai teman bukan suami istri. Karena aku tahu kamu tidak akan mau menjalankan tugasmu sebagai istriku," ucap Hisyam.

Mendengar kata istriku disebut rasanya terdengar aneh di telinga Zahra. 

Bayangkan pria yang duduk di hadapannya ini dulunya akan menjadi mertuanya. Sekarang mereka menjadi sepasang suami istri.

Hisyam tahu kalau Zahra masih canggung terhadap dirinya. Terlihat cara duduk Zahra yang sedikit menjauh dari Hisyam. Zahra memilih duduk di pojokan sofa sementara Hisyam duduk di ranjang. Jaraknya juga terpaut cukup jauh. Untung saja pendengaran mereka cukup bagus sehingga bisa mendengar perkataan lawan bicaranya.

Hisyam mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Ia membuka isi dompetnya lalu meletakkan kartu berwarna hitam itu di atas meja.

Kartu hitam itu membuat Zahra terperangah. 

Bukankah kartu itu tidak ada limitnya? Alias, Zahra bisa beli apa pun sepuasnya tanpa harus khawatir uang di kartu itu akan habis?

Kenapa pria itu memberikan kartu hitam ke Zahra?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Pini Andayani
lanjut lagi baca
goodnovel comment avatar
Suherni Erni
duh yang pengantin baru beda umur, pakek acara malu2 lagi hehe...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Penjelasan Dari Hisyam

    Abian dan Abel datang ke rumah Papanya. Mereka penasaran dari cerita Zahra kemarin. Tetapi Zahra tidak menceritakan keseluruhan kejadiannya. Ia ingin Abian mendengarnya sendiri dari Hisyam.Di ruang tamu, duduk seorang wanita tua berkerudung sederhana, dengan wajah lembut penuh gurat lelah.“Papa…” panggil Abian, “siapa beliau?”Hisyam menarik napas. “Beliau… Ibu Papa. Raisa.”Abian tertegun. “Ibu Papa? Bukannya… nenek sudah meninggal?”Hisyam menunduk. “Papa juga berpikir begitu. Tapi ternyata… beliau hidup. Dan selama ini… beliau hidup di jalanan. Nenek Raisa adalah ibu kandung Papa. Sedangkan nenekmu yang biasa kamu kenal sudah meninggal itu adalah ibu angkat Papa."Raisa menatap Abian, suaranya pelan, serak.“Maafkan nenek, Nak… Maaf karena nenek nggak pernah ada buat Papa kamu… dan buat kamu.”Abian menatap sang ayah, matanya bergetar. “Papa… kenapa Papa nggak pernah cerita?”Hisyam melangkah mendekat, menatap mata putranya.“Papa nggak berniat nyembunyiin.Papa kira udah lama men

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Berita Bahagia

    Abel berdiri terpaku di depan wastafel. Tangannya bergetar saat menatap dua garis merah yang muncul jelas di test pack.“Ya Tuhan…” bisiknya lirih. Dadanya berdebar. Antara tidak percaya dan gugup.Sejenak ia terdiam. Lalu… tanpa pikir panjang, ia melangkah cepat ke kamar.Abian masih tertidur lelap di ranjang. Nafasnya teratur, wajahnya tenang.“Sayang…” suara Abel bergetar. Ia sentuh bahu suaminya.Abian bergumam, matanya setengah terbuka. “Hmm, ada apa Sayang?”Abel menelan ludah, lalu tanpa banyak kata, ia sodorkan test pack itu.Abian mengerjapkan mata. Ia ambil test pack itu, menatapnya beberapa detik… lalu duduk tegak.“Serius nih?” suaranya agak serak.Abel mengangguk, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku hamil …”Abian terdiam. Lalu tiba-tiba, ia menarik Abel ke pelukannya erat.“Alhamdulillah…". “Ini kabar paling luar biasa, Bel… Aku… aku bakal jadi ayah?”Abel tersenyum dalam pelukan suaminya, air matanya jatuh tanpa bisa di tahan.Abian masih memeluk Abel, seolah enggan melep

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Istri Kebanggaan

    Langkah Hisyam mantap memasuki rumah besar di sudut kota itu — rumah yang sejak kecil lebih sering ia lihat dari jauh ketimbang merasakan kehangatan di dalamnya. Di ruang tengah, duduklah pria tua dengan rambut memutih dan sorot mata tajam yang selama ini ia panggil Kakek."Kakek…" Suara Hisyam terdengar berat. "Ada hal yang ingin saya tanyakan."Kakek menatapnya, menutup buku di tangannya. "Apa?"Hisyam menarik napas, menahan gemuruh di dadanya. "Tentang Ibu… tentang Raisa."Seketika, wajah tua itu berubah kaku. Untuk sesaat, keheningan menggantung di antara mereka."Apa maksudmu?" tanya Kakek akhirnya, suaranya serak."Aku bertemu dengan seorang wanita… yang ternyata… katanya… dia adalah ibuku." Hisyam berusaha menahan gejolak emosinya. "Seorang pemulung… yang datang ke makam Papa… Kakek tahu soal ini?"Sorot mata Kakek melembut, tapi ada sesal yang jelas terpancar. Ia bersandar di kursi, menghela napas panjang seolah beban bertahun-tahun menindih pundaknya."Kau memang berhak tahu…

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Masa Lalu

    Raisa memandangi foto bayi mungil yang ada di tangannya. Matanya berkaca-kaca, seolah terjebak dalam pusaran waktu yang membawanya kembali ke masa lalu. Ia tidak menyangka, bayi mungil dengan pipi tembam dan senyum polos itu kini telah tumbuh menjadi pria dewasa yang begitu tampan bernama Hisyam. Tangannya bergetar pelan saat mengusap wajah mungil dalam foto itu. “Kamu tumbuh begitu cepat, Nak…” bisiknya lirih. Hisyam, dengan sorot mata tajam namun penuh kelembutan, sering membuat Raisa terpana. Ada banyak jejak masa lalu di wajahnya, garis rahang yang tegas, senyum yang hangat mengingatkan Raisa pada seseorang… dan pada luka yang tak pernah benar-benar sembuh. “Kalau saja waktu bisa kuputar,” ucap Raisa pelan, menatap kosong ke arah jendela. “Mungkin aku tak akan pernah membiarkanmu lepas dari pelukanku…” Raisa masih terpaku menatap foto itu. Jemarinya bergetar, tak hanya karena kenangan masa kecil Hisyam, tapi karena rahasia besar yang selama ini disimpannya rapat-rapat, bahkan d

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Gairah Hisyam

    Hisyam memutuskan pulang. Ia tidak bisa gegabah, tidak bisa langsung mempercayai wanita yang tiba-tiba muncul dan mengaku sebagai ibunya. “Bisa saja dia mengaku-ngaku. Mungkin dia hanya ingin sesuatu dariku... uang? Atau entahlah ...?” pikir Hisyam sambil menatap kosong ke jalanan dari balik jendela mobilnya. Namun batinnya berteriak. Ada suara dalam dirinya yang menolak semua keraguan itu. Sesuatu yang tak bisa ia jelaskan, seakan tubuhnya mengenali wanita itu lebih dulu daripada pikirannya. Sorot mata wanita itu—lelah, tapi hangat. Sentuhan tangannya kasar, tapi menggetarkan. Sedari kecil, Hisyam hanya tahu satu sosok ibu: perempuan lembut yang biasa menyiapkan sarapan dan mengusap kepalanya sebelum tidur. Istri papanya. Satu-satunya wanita yang ia panggil ibu selama ini. Tapi wanita itu yang berdiri lusuh di pemakaman pagi tadi mengguncang seluruh ingatannya. “Kalau dia bukan ibuku, kenapa tatapan matanya terasa seperti rumah?” bisiknya lirih. Kepalanya pening. Hatinya kac

  • Mendadak Dinikahi Calon Papa Mertuaku   Wanita Misterius

    Pagi itu, mentari belum sepenuhnya naik saat Hisyam melangkah pelan menyusuri jalan setapak di pemakaman. Suasana lengang, hanya terdengar kicau burung dan desir angin yang membuat dedaunan kering berguguran. Ia membawa seikat bunga melati, kebiasaan setiap kali menziarahi makam sang Papa.Namun langkahnya terhenti saat melihat sosok asing berdiri membelakangi pusara ayahnya. Seorang wanita. Tubuhnya kurus terbungkus baju lusuh dan rok panjang yang usang. Rambutnya tergerai acak-acakan. Di sebelahnya ada karung kecil yang biasa digunakan para pemulung. Ia tidak sedang menangis, namun tatapannya nanar, diam membatu seperti sedang memendam ribuan kisah dalam hati.Hisyam menyipitkan mata, mencoba mengenali. Tapi wajah wanita itu tak terlihat jelas. Ia ingin bertanya, tapi ada sesuatu yang membuatnya urung. Entah rasa segan, curiga, atau mungkin... takut pada jawaban yang akan ia dapat.Beberapa menit kemudian, wanita itu meletakkan seikat bunga kertas di atas makam, lalu membungkuk dan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status