Terlihat laki-laki paruh baya berkacamata itu menghela nafas berat. Hatinya mencoba untuk tetap bersabar, dalam menghadapi sikap manja dan keras kepala putri semata wayangnya ini. "Dengarkan Papa, Tasya! Tidak semua keinginanmu itu harus Papa dan Mama turuti. Sekarang kamu ini sudah besar, seharusnya kamu bisa berpikir dewasa. Apa masalahnya jika Syaqilla tinggal di rumah ini?" ucapnya dengan tenang ia menatap ke arah putrinya. "Lagi pula dia tidak tinggal serumah dengan kita, 'kan?" sambungnya lagi. Membuat wanita paruh baya yang ada di sebelahnya itu mengangguk. Membenarkan semua perkataan suaminya ini. Dengan wajah cemberut Natasya menjawab, " Tapi, Pah! Aku nggak suka sama dia." "Kenapa kamu bisa tidak suka dengan Syaqilla?" Dahi Hendrawan mengernyit, merasa keheranan melihat sikap putrinya. "Ya ya, pokoknya aku bilang nggak suka, ya nggak suka!""Ya, kenapa kamu nggak suka, pasti ada alasannya kan, Tasya?"Kluntang!Karena sudah merasa sangat kesal, gadis berambut panja
"Woy! Dan kemudian apa, Qilla? Kok malah diem sih?" Erni menepuk pundak. Sehingga membuat Syaqilla kembali tersadar dari lamunannya. "Oh, enggak." Dengan cengir kuda, Syaqilla menggeleng. "Aku hanya merasa kalau Non Natasya itu kayak nggak suka aja sama aku. Orang tadi saja, dia judes dan galak banget sama aku. Kan, aku jadi takut, Er." Gadis yang telah berganti pakaian dengan baju tidurnya itu memutuskan untuk tidak menceritakan soal kejadian Natasya yang tadi telah mengerjainya di jalan. "Ya, memang begitulah sifatnya Non Natasya. Dia itu memang judes banget kayak gitu, tau! Apa lagi kalau sama kita-kita yang cuma pembantu di rumah ini." "Oh, berarti emang udah sifat dasarnya Non Natasya kek begitu, ya?" "Ho oh!" Bergantian kini Erni yang menganggukkan kepala. "Makanya kamu sebaiknya jangan sampai buat masalah sama dia. Kalau kamu sampai ada masalah sama dia, bisa bahaya. Kita bisa langsung dipecat dari sini, La!" "Wah, ngeri juga, ya? Kalau gitu mah, aku harus hati-ha
Mahendra yang baru pulang dari kantor, merasa keheranan melihat sang istri yang tampak sedih sedang berdiri di depan pintu kamar putrinya. Lalu, ia pun bertanya, "Ada apa, Mah?" Lagi-lagi Laura yang sedang terbengong, terjingkat dan reflek menoleh ke arahnya. Lalu, sambil tersenyum hangat, ia berkata, "Loh, Papah udah pulang?" Wanita itu langsung menghapiri suaminya. Dengan segera ia mengambil alih tas kerja yang dibawa oleh lelaki tersebut. Kemudian, sambil menggandeng lengan kekar milik Mahendra, ia kembali berkata, "Itu loh, Pah. Biasa si Natasya lagi ngambek sama Mama." "Lah, kenapa lagi tuh anak? Pakai ngambek segala sama Mama?" Lelaki berkacamata yang mengenakan setelan jas berwarna coklat tua itu berjalan beriringan menuju kamar. "Em, itu tadi, Pah. Si Tasya bilang ke Mama. Dia nggak suka kalau Syaqilla tinggal di sini, gitu." Laura mulai membantu sang suami melepas jas yang dipakainya. Kemudian sembari menyiapkan air hangat di dalam kamar mandi, wanita itu terus bercel
"Loh, Neng Syaqilla! Kamu ini kenapa? Kok bisa sampai basah kuyup kek gini sih, Neng?" ujar Pak Ujang. Wajah si security muda itu tampak keheranan melihat keadaan Syaqilla dengan baju yang sangat kotor. "Hehehe ... itu anu, Pak. Karena jalanan licin, jadi saya tadi terjatuh ke kubangan air yang ada di pinggir jalan, Pak." Dengan tersenyum canggung, Syaqilla mengarang cerita. Karena tidak mungkin ia akan menceritakan kejadian yang sebenarnya. "Oh, begitu." Lelaki berkumis yang biasa bicara dengan logat Sunda itu tampak manggut-manggut, "aduh ... si Eneng teh kudu hati-hati, atuh!" "Hehehe ... i-iya, baik, Pak." Natasya yang masih merasa syok langsung bergerak untuk menghampirinya. Lalu, dengan melotot tajam, ia bertanya, "Ngapain kamu di sini?" Syaqilla yang tampak sedikit menggigil karena kedinginan akibat terkena cipratan kubangan air tadi, terjingkat dan langsung merasa ketakutan melihat wajah garang Natasya yang terlihat cukup mengerikan. "Sa-saya, 'kan tinggal di sin
Seraya mengerutkan dahi, Natasya tampak keheranan menatap ke arah Syaqilla. Membuat temannya yang duduk di sampingnya pun ikut merasa keheranan karena melihatnya yang tampak sedang terbengong. "Tasya, ada apa?" ujar temannya yang bernama Renita. "Kalian liat gadis itu?" Natasya menunjuk ke arah depan. Di mana ada seorang gadis yang tengah berdiri di samping sebuah mobil yang berhenti di pinggir jalan. Reflek, dengan serempak dua gadis yang seumuran dengan Natasya itu langsung menoleh ke arah Syaqilla. Lalu, keduanya pun mengerutkan dahi karena kebingungan. "Ya, ada apa dengan gadis itu?" tanya Renita, sambil terus fokus mengemudikan mobil. "Kalau gak salah, itu adalah cewek ganjen yang kemarin ngobrol sama Al di butik, Ren," jawab Natasya terlihat kesal, terus menyorot tajam ke arah Syaqilla. "Eh, tapi ... tunggu-tunggu! Kenapa tuh cewek malah masuk ke komplek? Apakah dia tinggal di daerah sini?" "Cih ... kebetulan sekali. Akan kuberi pelajaran dia sekarang!" Dengan pen
Sementara di butik Laura. Terlihat Alvaro kembali mendatangi tempat itu. Ia berniat untuk menemui gadis yang telah memikat hatinya kemarin. Sebelum turun dari motor, terlebih dahulu pemuda berambut sedikit gondrong itu mengamati penampilannya lewat kaca spion motor. Beberapa kali ia menyugar rambut dan merapikan jaket kulit yang ia kenakan. Setelah yakin penampilannya sudah oke, pemuda itu turun dari motor dan segera berjalan menuju butik. Begitu memasuki butik tersebut, ia langsung disambut oleh salah satu pelayan wanita yang yang ada di sana. Namun sayang, pelayan wanita itu ternyata bukanlah gadis yang ia cari. Sehingga membuatnya merasa sedikit kecewa. "Hallo, Kak. Selamat datang." Sembari tersenyum ramah sang pelayan wanita itu mengangguk dan menyapanya dengan sangat sopan "Hallo, Mbak. Em ... Syaqilla-nya ada?" "Maaf, maksud Kakak, Syaqilla yang mana, ya?" Pelayan wanita itu tampak kebingungan. Kenapa pria yang ada di hadapannya ini malah menanyakan cewek lain, bukan