Home / Romansa / Terpikat Hasrat CEO Dingin / Kontrak Tak Terduga

Share

Kontrak Tak Terduga

Author: Purplexyiii
last update Last Updated: 2025-02-15 22:14:43

Aku masih terdiam di kursi penumpang saat mobil Lucian melaju menembus malam. Jalanan lenggang, hanya lampu kota yang berpendar di kejauhan. Di dalam mobil yang hening ini, pikiranku justru riuh. Apa yang baru saja kulakukan? Aku menerima tawaran pria ini—tanpa benar-benar tahu apa konsekuensinya.

Lucian duduk di sampingku dengan ekspresi dingin, tangannya tetap di kemudi dengan tenang, seolah dia tidak baru saja menyeretku keluar dari kekacauan. Aku meliriknya sekilas, mencoba mencari petunjuk dalam ekspresinya, tapi yang kutemukan hanya ketenangan yang mengintimidasi.

"Kau diam saja sejak tadi," celetuknya tanpa menoleh.

Aku menggigit bibir, mengatur napas sebelum menjawab. "Aku masih mencoba memahami ... apa yang sebenarnya terjadi."

Dia mengeluarkan suara kecil, hampir seperti tawa sinis. "Sederhana. Aku menyelamatkanmu dari penghinaan, dan kau menerima kesepakatanku. Sekarang, kau harus mempersiapkan diri."

Aku mengerutkan kening. "Mempersiapkan diri untuk apa?"

Lucian akhirnya menoleh, dab aku melihat sedikit kilatan hiburan di matanya. "Pernikahan kita, tentu saja."

Kata-katanya masih terdengar asing bagiku. Aku menelan ludah, menatap lurus ke depan, mencoba menenangkan hatiku yang berdetak liar. Ini hanya kesepakatan. Aku tidak benar-benar akan menikah karena cinta.

"Tidak ada cara lain?" tanyaku sedikit ragu.

Lucian menarik napas, lalu mengurangi kecepatan mobilnya, seolah memberi waktu bagiku untuk mencerna semuanya. "Tidak, Seraphina. Kau butuh balas dendam, aku butuh warisan. Ini adalah situasi yang saling menguntungkan."

Aku mengepalkan tangan di pangkuanku. "Lalu ... apa yang harus kulakukan?"

Dia kembali fokus ke jalanan, rahangnya mengeras. "Besok, kita akan bertemu dengan pengacara. Aku akan mengatur semuanya agar pernikahan ini sah secara hukum, dengan kontrak yang menguntungkan kedua belah pihak."

Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikannya. "Dan setelah itu?"

Lucian tersenyum kecil, tapi kali ini ada sesuatu yang lebih dingin dalam ekspresinya. "Setelah itu, kau harus bersiap menjadi istriku di mata dunia."

***

Keesokan harinya, aku berdiri di depan gedung kantor yang menjulang tinggi, jantungku berdegup kencang. Nama "Devereaux Corp." terukir dengan megah di dinding marmer lobi. Aku masih belum sepenuhnya percaya bahwa aku akan menikah dengan CEO dari perusahaan sebesar ini.

Lucian menungguku di depan pintu masuk, mengenakan setelan hitam sempurna seperti biasanya. Tatapan dinginnya menyapu ke arahku, lalu dia memberi isyarat agar aku mengikutinya.

Kami menaiki lift menuju lantai tertinggi. Di dalam ruangan luas dengan pemandangan kota yang menakjubkan, seorang pria paruh baya berjas rapi sudah menunggu.

"Seraphina, ini Philip, pengacaraku," kata Lucian tanpa basa-basi.

Philip menjabat tanganku singkat sebelum duduk dan membuka map di hadapannya. "Saya sudah menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk pernikahan ini. Ini adalah kontrak pranikah yang mengatur hak dan kewajiban kalian berdua."

Aku mengambil dokumen itu dan mulai membacanya.

1. Pernikahan ini bersifat kontrak selama satu tahun.

2. Tidak ada hubungan pribadi yang diharapkan di luar citra publik.

3. Seraphina akan diberikan kompensasi finansial yang layak.

4. Kedua belah pihak tidak boleh mengungkapkan sifat pernikahan ini kepada pihak luar.

Aku menelan ludah saat membaca bagian berikutnya.

5. Perceraian hanya bisa terjadi setelah syarat warisan Lucian terpenuhi.

Aku mengangkat kepala. "Jadi, aku benar-benar tidak bisa pergi sebelum waktunya?"

Lucian menatapku tajam. "Ini adalah balas dendam yang harus kita menangkan, Seraphina. Kau tidak bisa menyerah di tengah jalan."

Aku menggigit bibir, menimbang semuanya dalam benakku. Aku membutuhkan ini. Aku membutuhkan kekuatan untuk membalas Atlas.

Dengan tangan sedikit gemetar, aku mengambil pena dan menandatangani kontrak itu.

Lucian menyeringai tipis. "Bagus. Sekarang, kita buat pernikahan ini resmi."

***

Pernikahan kami tidak seperti yang kubayangkan dalam mimpi-mimpiku. Tidak ada gaun putih mewah, tidak ada bunga, tidak ada tamu yang tersenyum bahagia. Hanya aku, Lucian, pengacara, dan seorang hakim yang mengesahkan semuanya.

Setelah semua selesai, aku menatap cincin yang melingkar di jariku. Dingin. Tidak ada makna di baliknya.

Lucian berdiri di sampingku, tangannya diselipkan ke dalam saku celananya. "Sekarang, kau adalah Nyonya Devereaux."

Aku menatapnya. "Apa yang terjadi selanjutnya?"

Dia mendekat, suaranya sedikit mengancam. "Tentu saja. Memulai pembalasan dendam, Sayang."

Aku tidak tahu apakah aku baru saja membuat kesalahan ... atau langkah terbaik dalam hidupku.

***

Beberapa jam kemudian, aku berdiri di depan pintu apartemen Lucian.

Aku tidak tahu di mana aku akan tinggal setelah ini, dan Lucian tidak mengatakan apa pun. Aku hanya mengikutinya sepanjang hari, dari kantor pengacara hingga pertemuan bisnisnya, tanpa banyak bicara.

Dia membuka pintu, lalu melangkah masuk tanpa menoleh. Aku mengikuti di belakangnya, merasa asing di tempat ini. Apartemennya luas dan elegan, tapi terasa dingin—hampir seperti penghuninya.

Aku menatap punggungnya. "Di mana aku akan tinggal?"

Lucian berbalik, menatapku tanpa ekspresi. "Di sini."

Jantungku berdebar. "Di apartemen ini?"

Dia mengangguk. "Kau istriku sekarang. Dan istri seorang Devereaux tidak mungkin tinggal di tempat lain."

Aku menggigit bibir. "Tapi kita hanya menikah kontrak, kan?"

Lucian berjalan mendekat, dan aku mundur tanpa sadar. Namun, dia berhenti beberapa langkah dariku, ekspresinya tetap dingin.

"Kau akan tinggal di sini, di kamar yang sudah kusiapkan untukmu."

Aku sedikit lega mendengarnya. "Baiklah."

Lucian mengamati wajahku sejenak sebelum berbicara, "Dan satu hal lagi, Seraphina ...."

Aku meneguk ludah. "Apa?"

Dia mendekat, suaranya seperti bisikan. "Mulai sekarang, kau harus belajar memainkan peranmu dengan baik. Karena jika tidak ... konsekuensinya akan lebih besar dari yang kau bayangkan."

Aku menatapnya, merasakan hawa dingin merambat di tengkukku.

***

Aku berdiri di tengah ruang tamu apartemen Lucian, mencoba menenangkan detak jantungku yang tidak terkendali. Aku seharusnya sudah siap untuk ini—seharusnya. Tapi kenyataannya, aku baru saja menikahi pria yang nyaris tidak kukenal, dan sekarang aku akan tinggal bersamanya.

Lucian berjalan melewati ruangan, melepas jasnya dan menggantungnya dengan rapi. Aku memperhatikannya dalam diam, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya ada di balik sosok dinginnya.

Dia menyadari tatapanku dan menoleh. "Apa ada yang ingin kau tanyakan?"

Aku menggigit bibir, ragu sejenak sebelum akhirnya berbicara, "Kenapa aku?"

Lucian mengangkat alis. "Apa maksudmu? Kau sudah mendapatkan jawaban tentang itu, bukan?"

Aku menarik napas dalam-dalam. "Aku sulit percaya, dari sekian banyak wanita di luar sana, kenapa kau memilihku untuk pernikahan ini? Dan dalam waktu yang sangat singkat?"

Lucian menatapku lama sebelum akhirnya berjalan mendekat, langkahnya tenang tapi berbahaya. Saat dia berdiri hanya beberapa inci dariku, aku bisa mencium aroma khasnya—sesuatu yang membuat siapapun terpikat..

"Kau ingin membalas dendam. Dan aku butuh seseorang yang cukup berani untuk masuk ke dalam dunia ini tanpa banyak pertanyaan."

Aku menelan ludah. "Jadi hanya karena itu?"

Dia tersenyum tipis, tapi matanya tetap dingin. "Jangan berharap ada alasan romantis di balik ini, Seraphina. Ini bisnis."

Aku menatapnya, mencari sesuatu—apa pun—yang bisa menunjukkan bahwa dia masih memiliki sisi manusiawi di balik topengnya. Tapi aku tidak menemukan apa pun.

Saat itulah aku menyadari sesuatu.

Lucian Devereaux bukan hanya pria yang berbahaya.

Dia adalah seseorang yang tidak akan ragu menghancurkan siapa pun yang menghalangi jalannya.

Dan sekarang, aku telah mengikat diriku padanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Kehadiran Seseorang Baru

    Tubuhku terasa sedikit berat saat bangun pagi itu. Kepala pening, tenggorokan kering, dan ada hawa panas yang menempel di kulitku. Tapi karena Lucian sedang bersiap pergi ke kantor, aku menahan semuanya dengan senyum tipis. “Aku buatkan kopi, ya?” tawarku sambil menggeliat pelan. Lucian yang sedang mengenakan dasi langsung membalikkan badan. “Kau terlihat pucat. Kau demam?” Aku tertawa ringan, “Hanya sedikit pusing. Tidak usah lebay.” Namun tatapannya langsung menyipit curiga. Dalam dua langkah dia sudah sampai di hadapanku, meletakkan punggung tangannya di dahiku. “Kau terbakar, Seraphina.” “Berlebihan.” Aku menghindar sedikit dan menuju dapur, pura-pura lincah padahal lututku bergetar. “Sudah biasa. Istirahat sebentar pasti baikan.” Lucian memelototiku dari jauh seperti sedang menilai apakah aku akan pingsan atau pura-pura kuat. “Aku akan telepon Felix. Aku tidak pergi ke kantor hari ini.” Aku langsung menoleh dengan cepat, terlalu cepat hingga pusingku makin menjadi. “Janga

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Bukan Tentang Tempat

    Deru mesin bor terdengar lirih dari kejauhan saat aku melangkah masuk ke gedung yang sebentar lagi akan menjadi cabang kedua dari toko bunga kami. Tanganku menyapu debu halus dari meja kasir yang masih dibungkus plastik, dan mataku menyapu seluruh ruangan yang luas dan masih polos. Belum ada kelopak bunga di sudut mana pun, belum ada harum sedap malam atau anyelir yang menggoda dari pintu masuk. Tapi aku bisa membayangkannya. Di sinilah, tempat baru itu akan tumbuh—bukan hanya bisnis, tapi bagian dari impianku yang sempat terkubur. “Aku baru tahu tempat kosong ini bisa disulap seindah ini nanti,” gumamku, lebih kepada diriku sendiri. “Aku juga baru tahu istriku punya mata tajam seperti arsitek.” Suara Lucian terdengar dari belakang, membuatku menoleh. Ia menyender di ambang pintu, menggulung lengan kemeja putihnya hingga siku, dan senyum kecilnya menyelip di sela-sela kalimatnya. Aku tersenyum geli. “Mata ini memang tidak bisa diam kalau soal menata ruangan.” Ia mendekat, menata

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Kejutan Ulang Tahun

    Tepukan tangan serempak menggema begitu aku membuka pintu ruanganku sendiri di kantor pagi ini. Sontak aku terhenti di ambang pintu, menatap hiasan pita emas yang membentang lebar, bertuliskan: Happy Birthday, Seraphina! "Selamat ulang tahun, Bos!" teriak Scarlett dari tengah kerumunan staf, mengenakan topi ulang tahun mungil dan meniup peluit warna-warni. Aku tertawa kecil, sedikit bingung sekaligus terharu, "Kalian semua… ini kerjaan siapa?" "Siapa lagi kalau bukan aku," jawab Scarlett bangga, menghampiriku sambil menyerahkan buket bunga mawar putih yang harum semerbak. "Tapi tentu saja seluruh tim bagian pemasaran juga terlibat." "Aku bahkan menyelinap ke ruangan ini semalam untuk memastikan semua balon terisi," celetuk Theo dari tim desain, membuat yang lain tertawa. Ruanganku, yang biasanya rapi dan tenang, kini berubah penuh warna. Balon pastel melayang di setiap sudut, meja dihias dengan serpihan glitter, dan di pojok, terlihat kue ulang tahun bertingkat dua dengan tulisan

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Dapur Penuh Cinta

    Lucian baru saja keluar dari kamar mandi, rambutnya basah dan kemeja santainya agak terbuka di bagian atas. Dia menatapku dengan senyum malas, seolah baru saja menemukan definisi baru dari kebahagiaan hanya dengan melihatku menata bunga di meja makan. Angin sore menyelinap masuk lewat jendela besar yang masih terbuka. Rumah itu—rumah baru kami—terlihat seperti potongan mimpi yang dilipat rapi dan disisipkan ke dalam kenyataan. Dinding-dindingnya putih bersih, dihiasi karya seni pilihan kami berdua. Kesan hangat dan intim terasa sejak pertama kali aku menjejakkan kaki di ruang tengahnya. “Aku tidak tahu rumah bisa terasa seperti ini,” gumamnya, melangkah mendekat. “Seperti apa?” tanyaku sambil menyusun vas terakhir, lalu menatapnya. “Seperti tempat kembali… bukan cuma bangunan.” Ia menyentuh jemariku, lembut, lalu menggenggamnya. Aku tertawa kecil. “Mungkin karena ini rumah yang kita pilih bersama.” Lucian menarikku ke dalam pelukannya. “Atau karena kamu ada di dalamnya.” “Hei,

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Menata Ulang Bersama

    Mobil hitam yang kami tumpangi terus melaju di jalanan aspal yang terasa asing di mataku. Aku mengenal hampir setiap sudut kota ini, namun area ini tampak berbeda. Pepohonan tumbuh rapi di sisi kanan-kiri, dedaunannya bergerak ringan ditiup angin musim semi. Aroma tanah basah masih tersisa dari gerimis semalam, memberi kesan segar dan tenang. Lucian duduk di sampingku, menyetir tanpa suara. Pandangannya lurus ke depan, tapi dari cara jemarinya mengetuk setir dan sesekali melirikku dengan senyum setengah jadi, aku tahu ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan. “Jadi… kita mau ke mana sebenarnya?” tanyaku, menoleh ke arahnya dengan alis terangkat. “Sabarlah. Tidak semua hal bisa dijelaskan sebelum waktunya,” balasnya, kali ini dengan senyum penuh makna. Aku menyipit. “Kau tahu aku tidak suka kejutan.” “Dan kau juga tahu aku senang membuatmu berubah pikiran.” Ia menjawab cepat, membuatku tak bisa tidak tersenyum meskipun kesal. Kukalungkan lenganku di dada, berpura-pura jengkel, pada

  • Terpikat Hasrat CEO Dingin    Cara Melihat Dunia

    Aku memperhatikan Lucian menyetir dengan satu tangan sementara tangan lainnya menggenggam jemariku erat. Malam sudah larut, tetapi jalanan masih terang oleh lampu kota yang menghiasi trotoar dan membentuk pantulan indah di kaca jendela mobil. "Apa ada yang menganggu?" tanya Lucian, lirih tapi jelas. Aku menunduk sebentar, mengumpulkan keberanian. "Aku ingin bertanya sesuatu sejak lama, tapi ... selalu tertunda." Dia melirikku sebentar, lalu kembali fokus pada jalan. "Kau bisa tanya apapun." Aku menarik napas panjang. "Apa kau ... pernah tinggal di panti asuhan kecil di wilayah timur kota? Sekitar umur lima atau enam tahun?" Lucian mendadak memperlambat laju mobil. Matanya terpejam sesaat, lalu dia berhenti di bahu jalan. Tak menjawab. Hanya diam. Tangannya masih menggenggamku erat. Aku melanjutkan dengan suara pelan, "Aku ... menemukan gelang kecil di laci kerjamu. Terukir inisial L.S. dan S.L.—aku tahu itu bukan kebetulan. Aku mengenali bentuknya. Aku yang membuat gelang itu. U

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status