Share

Terpikat Janda Montok
Terpikat Janda Montok
Penulis: Ele Storie

Cinta ditolak - Dukun bertindak

"Jadi begitu kira-kira, Mbah," ucap Haikal pada pria sepuh yang memakai pakaian serba hitam dengan sorpan di atas kepala.

"Itu masalah gampang, yang penting sampean sanggup memenuhi syarat yang saya minta," ucapnya manggut-manggut.

"Berapapun yang mbah minta akan saya bayar, asalkan berhasil."

"Sampean tidak perlu meragukan saya, dalam satu hari janda montok itu akan mengejar-ngejar sampean," ucapnya tanpa ekspresi.

"Terima kasih, Mbah. Kalau begitu ini uang yang mbah minta." Haikal menyodorkan amplop berwarna cokelat di hadapannya.

Mbah tua itu menerima dengan senang hati, lalu membasahi ujung jarinya dengan air liur untuk menghitung jumlah isi di dalamnya.

"Good," ucapnya manggut-manggut setelah nominal yang dihitungnya sesuai yang dia inginkan. "Sampean serahkan kepada saya."

"Lalu jika gagal bagaimana? Maaf, bukan saya meragukan kemampuan mbah, tapi--" ucap Haikal terputus.

"Uang yang sampean kasih akan saya kembalikan. Sampean tenang saja, saya tidak akan membuat sampean kecewa," ucapnya dengan yakin.

"Baik," jawab Haikal mengangguk mantab. Bahkan ia tak peduli berapa besar uang yang dikeluarkan untuk memenuhi keinginannya. Selagi harapannya terkabul, Haikal sanggup melakukan apa saja.

"Kalau begitu saya permisi."

*****

Setelah keluar dari desa, Haikal berjalan kaki menuju mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Pria tampan berusia 30 tahun itu nampak sumringah setelah melancarkan keinginannnya.

"Cinta ditolak, dukun bertindak. Miranda, kau akan menjadi milikku, sayang," gumam Haikal dengan senyum yang mengembang.

Temannya sudah menasehati kalau percaya pada dukun adalah perbuatan musyrik, namun Haikal tak mendengarkannya sama sekali. Haikal tak peduli siapapun yang melarang kemauannya. Haikal hanya memikirkan Miranda, janda montok nan seksi itu harus menjadi miliknya bagaimanapun caranya.

Brakk

Haikal membanting pintu mobil dengan kencang hingga membuat keterkejutan untuk dirinya sendiri. Ia langsung menancap gas dengan kecepatan penuh. Sepanjang perjalanan, Haikal terus saja menerbitkan senyumnya. Sesekali membayangkan wanita pujaannya berada di samping. Ia tak menyangka pertemuannya dengan Miranda saat itu membuat dirinya jatuh hati sampai tergila-gila seperti sekarang. Sialnya, Miranda menolak mentah-mentah cinta Haikal. Hingga pria itu harus melakukan berbagai cara untuk mendapatkan cintanya.

Tiba di rumah, Haikal bersiul gembira menuju kamarnya menapaki tangga satu-persatu. Tak mempedulikan orang tuanya yang menatapnya dengan aneh.

"Ada apa dengan anakmu, Siska? Seperti orang gila. Kita seperti patung dilewati begitu saja," ucap Pak Dedi pada istrinya.

"Mamah juga tidak tahu, Pah," sahut Mamah Siska mengangkat bahunya bingung.

Sementara itu di dalam kamar, Haikal baru saja selesai dengan ritual mandinya. Haikal kini menggunakan kaos polos berwarna putih serta boxer hitam yang menambah kesan manly-nya. Jangan lupakan rambut Haikal yang masih basah, dan bibir merahnya yang sedikit tebal, membuat siapapun wanita pasti akan tergoda melihatnya. Selama ini tidak ada satu pun gadis yang menolaknya. Haikal dibuat bingung baru kali ini seorang wanita cantik menolaknya mentah-mentah. Padahal sebagai seorang pria Haikal sudah merasa dirinya sangat sempurna.

"Ohh, Miranda. Abang ingin sekali mengawinimu, Sayang," gumam Haikal tersenyum membayangkan wajah cantik Miranda. "Maaf, maksud Abang menikahimu. Kau mau kan jadi istri Abang?" gumamnya berbicara sendiri menatap langit-langit kamar. Saat ini Haikal tidur telentang.

Ia pun meraih ponselnya, lalu mendial nomor Miranda. Beberapa kali panggilan ditolak oleh wanitanya membuat Haikal merasa kecewa.

"Apa Abang kurang tampan, Mir. Sehingga kamu menolak," lirihnya sendu. Tetapi bukan Haikal namanya kalau pantang menyerah. Ia mengirim chat pada Miranda yang membuat  wanita itu sampai geleng-geleng dibuatnya.

"[Selamat malam, sayang. Doakan Abang supaya malam ini memimpikanmu]" Haikal.

Miranda yang tengah duduk manis sambil menikmati cemilan langsung terkekeh.

"Dasar buaya! Aku tidak akan luluh sama sikap manisnya." Miranda tersenyum getir. Kemudian ia menaruh ponselnya, lalu menikmati lagi cemilan di tangannya.

Miranda Agnesia, merupakan janda muda beranak satu. Dirinya baru satu bulan tinggal di kosan dekat perusahaan milik Haikal. Miranda bekerja sebagai Dosen di salah satu Universitas yang kebetulan jaraknya tidak begitu jauh dari perusahaan Haditama Group. Sikapnya yang acuh tak acuh membuat Haikal semakin penasaran. Pasalnya walaupun janda, namun Miranda menjaga dirinya sangat baik. Bukan hanya Haikal, para mahasiswa pun banyak yang terpesona oleh kecantikan parasnya. Miranda memiliki bentuk tubuh ideal dengan belahan dada yang sangat montok dan juga padat. Akan tetapi, ia selalu mengenakan pakaian sopan untuk menyelamati dirinya dari laki-laki nakal yang berfantasi dengan tubuhnya.

"Mamah." seorang anak yang usianya berkisar 4 tahun menghambur memeluk dirinya. Miranda langsung menangkap tubuh bocah kecil itu dan mendudukkan di pangkuannya.

"Kenapa anak mamah belum tidur?" tanyanya sangat lembut.

"Ochan gak bisa tidul, Mamah," ucapnya cadel. Sungguh membuat Miranda gemas setiap kali putranya berbicara.

"Oya, apa mau mamah temenin?" tanyanya sambil mengusap pucuk kepala Ochan.

Ochan pun mengangguk senang, dan menarik Miranda masuk ke dalam kamar.

"Ayok mamah, sambil nyanyiin ya, Mah," pintu Ochan sangat manja.

"Siap, sayang," jawab Miranda bersemangat. Disaat anak lain meminta dongeng untuk penghantar tidurnya, tapi Ochan lebih suka dinyanyiin oleh suara merdu mamahnya.

Beberapa menit berlalu, dengkuran nafas Ochan sudah mulai teratur, ternyata anak itu sudah terlelap.

Cup

Miranda mencium kening Ochan dalam dan sangat lama. Kemudian ia beranjak ke dalam kamarnya. Kontrakan yang Miranda tempati memang memiliki dua kamar. Miranda sengaja mencari kontrakan yang lebih besar agar anaknya betah.

Ceklek

Deg

Miranda ternganga saat membuka pintu kamarnya. Baru saja ia akan teriak, namun Haikal membekap mulutnya dan membawa ke atas ranjang.

"Sshhhttt! Jangan berisik, Sayang. Nanti anak kita bangun," ucap Haikal tersenyum nakal. Miranda terkesiap mendengar Haikal menyebut Ochan sebagai anaknya.

Plakkk

Satu tamparan mendarat di pipi Haikal membuat pria tampan itu mencucurkan bibirnya. Miranda menjauh sambil membenarkan piyamanya yang tersingkap akibat memberontak.

"Miranda," ucap Haikal manja sambil memegangi pipinya yang terasa kebas.

"Maaf, Pak. Tapi Anda sangat tidak sopan masuk ke dalam sini. Bagaimana bisa Anda memasuki kamar saya?!" tanya Miranda ketus sambil mengatur emosinya yang sudah meledek. Ia tak ingin keberisikannya itu membuat Ochan terbangun.

"Abang kangen." Haikal hendak memeluknya, namun Miranda mendorong dada bidang itu dengan kasar.

"Bapak jangan macem-macem ya, saya bisa teriak sekarang juga!" ancam Miranda tersulut emosi.

"Lakukan saja kalau bisa, kontrakan ini sudah abang beli, jadi kamu gak bisa berbuat apa-apa," ucap Haikal menyeringai.

Miranda semakin terkesiap mendengarnya.

"Di-dibeli?" tanya Miranda gemetar. Haikal hanya mengangguk sambil tersenyum nakal.

"Mau bapak tuh apasi? Kosan yang kemarin saya tampati juga bapak beli, dan sekarang saya pindah kesini dibeli juga. Mau bapak tuh apa?!" Miranda setengah berteriak saking kesalnya. Tidak habis pikir sama kelakukan pria di hadapannya.

"Abang lakuin ini demi kamu. Biar bisa deket sama kamu. Please, kasih abang kesempatan untuk masuk di hati kamu ya." Haikal memohon dengan tampang melasnya membuat Miranda memutar bola matanya jengah.

"Bapak bisa mencari wanita lain yang lebih pantas dengan Bapak. Tapi bukan saya!" ucap Miranda menatap tajam. "Sekarang juga keluar dari kamar saya!" gertak Miranda menunjuk pintu yang terbuka bermaksud untuk mengusir Haikal.

Haikal mendekat beberapa langkah membuat Miranda semakin mundur.

"Bapak mau apa?" tanyanya gemetar menahan dada bidang Haikal.

"Abang pastikan kamu akan jatuh cinta sama Abang. Lihat saja nanti," bisik Haikal di telinga Miranda seketika membuat dirinya langsung meremang. Apalagi bibir Haikal yang menempel di telinganya membuat gelenyar aneh itu tiba-tiba muncul.

Cup

Saat Miranda terkesima, Haikal mendapat kesempatan untuk mencium bibir wanitanya.

Haikal pun tersenyum, lalu meninggalkan Miranda yang masih mematung sambil memegangi bibirnya.

"Bapak!"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Murni Aty
interupsi thor, dukun sii ga pake sorban thor.. yg pake sorban itu kyai..
goodnovel comment avatar
Gondronk Muhtadin
curi dan curi
goodnovel comment avatar
Neng Onyon
astaga Haikal, dablek... wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status