Share

36.

Auteur: Nyemoetdz Kim
last update Dernière mise à jour: 2025-07-23 22:36:44

Wira baru akan makan siang saat teleponya berdering. Padahal dia juga terlambat untuk makan siang karena belum sempat.

"Ada apa? Aku—"

"Lepaskan aku! Apalagi yang kau mau dariku! Akh ... Zaki, sakit!!" Teriak Sekar membuat Wira yang mulanya duduk langsung beranjak sampai teman yang duduk dengannya menatap terkejut.

"Bisa pinjam ponselmu dan hubungi Panji." Wira meminta salah satu teman Paspampres menghubungi Panji, bagaimana Sekar dibiarkan bertemu dengan Zaki.

"Kau di mana? Apa kau melupakan tugasmu? Ha!" Bentakan Wira membuat mereka yang ada di sana menatap terkejut. Dia yang awalnya terlihat santai, sekarang tatapanya terlihat serius.

"Kenapa berteriak. Ada apa?" tanya Panji dari balik sambungan telepon.

"Cari Mbak Sekarwangi sekarang. Sepertinya Zaki menemuinya. Jaga dengan baik, jangan teledor!" Wira bicara dengan nada tinggi karena dia merasa khawatir. Dia tidak mungkin pergi mencari Sekar, karena jarak mereka jauh.

Dengan telepon yang masih terhubung, Panji terdengar mencari Se
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   38

    Walau terdengar lirih, tapi Wira membalas ucapan Sekar. Setelah sambungan telepon dimatikan, dia tersenyum bahagia. Sangking bahagianya, dia sampai melompat diatas tempat tidurnya. Akhirnya Wira membalas perasaanya.Dia akan tidak bisa tidur karena terus memikirkan ucapan Wira. Entah sengaja atau tidak, tapi Sekar tidak peduli. Dia merasa senang, saat Wira juga mencintainya."Sebaiknya kamu tidur Sekar, besok kamu harus terlihat cantik karena akan bertemu kekasihmu. Ahh ... bahagianya diriku malam ini." Sekar kembali berbaring dan menutup tubuhnya dengan selimut, tidak sabar bertemu dengan Wira besok.***Sorenya, Sekar sudah menunggu di depan rumah dengan dress putih selutut dan rambut terurai, poni tipis dengan riasan yang tidak mencolok, dia terlihat cantik.Senyumnya mengembang ketika mobil dinas ayahnya berhenti. Dia pikir akan melihat Wira karena sebelum Adi atau Sophia keluar, pasti Wira yang keluar lebih d

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   37

    Sekar masih menangisi gelang pemberian Wira yang putus. Panji sampai bingung harus memperbaikinya. "Kamu itu hanya gelang yang bisa dibeli lagi ditangisi, ingat kondisimu kemarin. Aku kecolongan lagi karena anak kurang ajar itu. Ingin sekali aku menyeratnya ke aspal dan membant*ng tubuhnya.""Kalau Mas tidak ikhlas memperbaikinya jangan, kenapa Mas menggerutu padaku," jawabnya kesal pada Panji yang coba memperbaiki gelang itu.Panji menghentikan kegiatannya dan menatap tajam ke arah Sekar. "Ah ... ya, acara Ayah kan live." Sekar mengalihkan dengan menyalakan TV di hadapannya.Pas sekali, Adi sedang memberikan sambutan di hadapan para tamu undangan. Namun, fokus Sekar bukan pada ayahnya, melainkan pada seseorang yang berdiri di belakang Adi. Wajahnya tertutup masker, tidak biasanya dia mengenakan masker."Sudah selesai. Ini coba pakai." Panji memberikan gelang yang selesai dia perbaiki."Terima kasih, Mas. Oh ya, kapan Ayah pulang, Mas?" tanya Sekar."Lusa, weekend mereka sampai, kenap

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   36.

    Wira baru akan makan siang saat teleponya berdering. Padahal dia juga terlambat untuk makan siang karena belum sempat."Ada apa? Aku—""Lepaskan aku! Apalagi yang kau mau dariku! Akh ... Zaki, sakit!!" Teriak Sekar membuat Wira yang mulanya duduk langsung beranjak sampai teman yang duduk dengannya menatap terkejut."Bisa pinjam ponselmu dan hubungi Panji." Wira meminta salah satu teman Paspampres menghubungi Panji, bagaimana Sekar dibiarkan bertemu dengan Zaki."Kau di mana? Apa kau melupakan tugasmu? Ha!" Bentakan Wira membuat mereka yang ada di sana menatap terkejut. Dia yang awalnya terlihat santai, sekarang tatapanya terlihat serius."Kenapa berteriak. Ada apa?" tanya Panji dari balik sambungan telepon."Cari Mbak Sekarwangi sekarang. Sepertinya Zaki menemuinya. Jaga dengan baik, jangan teledor!" Wira bicara dengan nada tinggi karena dia merasa khawatir. Dia tidak mungkin pergi mencari Sekar, karena jarak mereka jauh.Dengan telepon yang masih terhubung, Panji terdengar mencari Se

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   35.

    "Mas demam!"Karena Wira menyentuh pipi Sekar, dia bisa merasakan tubuh pria yang ada di hadapannya. Sekar juga memegang pergelangan tangan Wira yang masih menatap."Tidak, suhu tanganmu saja yang dingin. Sudah masuk dan istirahat, aku juga akan pulang setelah ini." Wira berdiri lebih dulu, dia mengulurkan tangan agar Sekar menggapainya dan membantunya berdiri."Tidak! Mas memang demam." Langkahnya terhenti, menarik lengan Wira agar menatapnya dan kembali memegang tubuh pria tampan itu. Dia menempelkan punggung tangan ke leher sampai ke kening, Wira hanya diam karena akan salah jika dia menolak. Sekar baru mau bicara dengannya."Aku baik-baik saja. Aku hanya lelah." Wira menghentikan tangan Sekar yang terus mencoba untuk mengeceknya.Wira membawa Sekar masuk dengan menggandeng tangan wanita cantik itu. "Aku harus segera pulang dan menyiapkan apa yang akan aku bawa besok karena pukul 4 aku harus sampai di sini, penerbangan pukul 6, jadi aku akan pulang setelah ini," jelas Wira."Tapi M

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   34.

    "Boleh saya bicara dengan Anda, Mbak Sekar?" Pertanyaan Wira membuat beberapa staff yang bercanda dengan Sekar di teras menatap ke arahnya. Seketika luntur senyum manis Sekar melihat pria yang membuatnya kesal ada di depan mata. Wira bicara dengan sopan pada Sekar di hadapan teman-temannya yang lain. "Aku buru-buru ingin berangkat ke kampus, memangnya ada apa?" Dari cara bicaranya, Sekar masih marah pada Wira. Wira menatap beberapa staff dan membuat mereka pergi karena tatapan Wira seperti tanda ingin mengusir mereka. "Apa Anda tau nomor siapa ini?" Wira menunjukkan nomor yang temanya berikan pada Sekar. "Tidak, memangnya aku harus menghafal semua isi kontakku. Tinggal hubungi saja, apa susahnya dan bertanya." Jawaban ketus Sekar tidak membuat Wira menyerah. Dia bahkan tidak menatap ke arah Wira yang coba ingin tau tentang nomor ponsel itu. "Ah ... baiklah. Saya akan coba mencaritahu sendiri. Berhati-hatilah saat di kampus," ucap Wira, tak lama Sekar meninggalkanya masuk. Tidak m

  • Terpikat Mayor Ajudan Bapak   33

    Sekar terlanjur kesal melihat Wira, itu sebabnya dia tidak menerima penjelasan dari Wira. Mengganggap jika pria yang dia tunggu sejak siang tidak pernah peduli dengan dirinya yang khawatir.Dia tertunduk mendengarkan omelan dari seseorang jabatannya lebih tinggi darinya, karena keteledorannya kegiatan Adi terhambat. Tidak ada jawaban ataupun pembelaan darinya karena memang dia bersalah. Pukulan yang dia terima saja seperti tidak berarti apa-apa. "Saat kau tidak bisa menjalani tugasmu dengan benar, jangan menyanggupi. Sudah bagus sebelumnya kau mengambil cuti, saat kau bilang akan datang, kau tidak datang. Bagaimana malunya Bapak saat terlambat karena menunggumu. Ha!" Didikan militer tidak membuat hati Wira menciut karena teriakan dari atasanya. Jadwal hari ini kacau karena Wira dan atasanya datang untuk memberi peringatan."Sudahlah, ini juga kesalahan putriku, bukankah kegiatan berjalan dengan lancar tadi, jangan terlalu menyalahkan dia." Adi yang baru datang menghampiri mereka. Buka

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status