"Tidak perlu malu-malu, masuk sini," ajak Sekar pada wanita yang Gala ajak ke rumahnya.
"Mas, tidak bisakah senyum sedikit. Dia akan takut jika kamu memasang wajah seperti itu," bisik Sekar ketika sang suami malah diam sambil menatap ke arah gadis yang Gala ajak pulang."Namanya Denta, Mbak," sahut Gala."Oh, iya, sini Denta masuk." Sekar menyambut dengan sopan gadis yang datang bersama adik iparnya. Dia memang mudah akrab dengan orang lain, maka tak sulit untuk Sekar.Denta kemudian duduk di samping Sekar yang mengajaknya bicara. Terlihat Wira sekilas menatap gadis itu setelah menyalaminya. Pria dingin seperti Wira, jarang untuk bicara apalagi pada orang yang baru dia kenal."Kita makan malam di luar, aku ambil kunci dulu." Wira beranjak perlahan untuk mengambil apa yang dia mau."Kan baru juga sampai, Mas," gerutu Gala pada kakaknya."Siapa suruh tidak menjawab panggilan dariku. Sudah"Bukannya Mas pernah bilang ingin mengajakku babymoon, kita liburan di sini saja, kaki Gunung Sumbing, besok juga Gala harus kembali ke Asrama.""Akan melelahkan dengan kondisi perutmu itu," sahut Wira."Ayolah, Mas, ya?" Sekar menatap suaminya dengan wajah melas, berharap dituruti apa yang menjadi kemauanya."Kita pergi ke Mangli Sky View saja, Mas, di sana bisa melihat matahari terbit dan terbenam. Ada penginapanya juga," sahut Gala."Apa tidak pendakian?" tanya Sekar."Tidak, Mbak. Jalanbya juga bagus kok," jawab Gala."Ayo, Mas, Denta juga sedang libur kan. Kita kencan ganda lagi. Ayolah, Mas," bujuk Sekar. Diusia kehamilanya memang aman untuk perjalanan, namun Wira takut istrinya akan kelelahan, apalagi cuacanya akan sangat dingin."Baiklah, besok pagi kita pulang dan langsung ke Semarang setelahnya pulang ke Jakarta naik pesawat.""Terima kasih, Mas." Sekar memeluk t
"Tidak perlu malu-malu, masuk sini," ajak Sekar pada wanita yang Gala ajak ke rumahnya."Mas, tidak bisakah senyum sedikit. Dia akan takut jika kamu memasang wajah seperti itu," bisik Sekar ketika sang suami malah diam sambil menatap ke arah gadis yang Gala ajak pulang."Namanya Denta, Mbak," sahut Gala."Oh, iya, sini Denta masuk." Sekar menyambut dengan sopan gadis yang datang bersama adik iparnya. Dia memang mudah akrab dengan orang lain, maka tak sulit untuk Sekar.Denta kemudian duduk di samping Sekar yang mengajaknya bicara. Terlihat Wira sekilas menatap gadis itu setelah menyalaminya. Pria dingin seperti Wira, jarang untuk bicara apalagi pada orang yang baru dia kenal."Kita makan malam di luar, aku ambil kunci dulu." Wira beranjak perlahan untuk mengambil apa yang dia mau."Kan baru juga sampai, Mas," gerutu Gala pada kakaknya."Siapa suruh tidak menjawab panggilan dariku. Sudah
"Lama tidak pulang ternyata sudah isi saja. Kenapa tidak bilang dulu kalau mau pulang." Suara wanita tua tetangga rumah Wira itu terlihat bahagia melihat Sekar datang. Apalagi Sekar pulang dalam kondisi hamil besar. "Nanti kalau ngomong dulu jadi tidak kejutan loh Bude. Bagaimana kabarnya? Bude terlihat semakin sehat sekarang." Membiarkan istrinya di tetangganya, di rumah Wira coba membersihkan dalam rumah. Meski beberapa hari sekali Bude akan membersihkan. "Eh ... ngomong-ngomong apa kamu sudah bertemu mertuamu?" tanya Bude Paini. "Maksudnya ibu mertua?" "Iya, beberapa waktu lalu datang ke sini, tapi tidak lama. Entah apa yang dia cari, dia hanya mampir sebentar dan menanyakan Gala di mana setelah pergi. Dia datang bersama anak dan suaminya. Jadi selama ini dia bekerja di luar negeri setelah memiliki anak gadis yang dia tinggalkan untuk mencari uang di sana. Apa suamimu sudah bertemu denganya?" "Mas Wira sudah bertemu, tapi aku belum. Biarkan saja Bude, setidaknya Mas Wira bai
"Doakan aku diberi kemalangan dan segera mati seperti keinginan Ibu."Seperti tidak terima putranya mencapai keberhasilan, Triana dibuat diam dengan ucapan putra sulungnya. Begitu bencinya sampai dia lupa jika Wira juga yang membuat Gala bisa berhasil sampai detik ini. Berjuang demi mendapatkan pencapaian.Tidak ingin peduli lagi, Wira berjalan masuk. Gala yang melihat itu segera menghampiri kakaknya dan membantu berjalan. Sedikitpun tidak ada rasa iba ketika melihat Wira terluka, dia malah berharap putranya mati."Siapa yang datang, Nak?" tanya Adi."Bukan siapa-siapa, Pak, saya permisi ke kamar." Tidak ada obrolan lagi, setelah menunduk sopan, Wira berjalan ke kamar. Merebahkan tubuh di samping Sekar yang sedang berbalas pesan di atas tempat tidur."Ada apa, Mas?" Wira memeluk erat dengan posisi berbaring. Dengan erat Wira memeluk sambil menyembunyikan wajahnya pada tubuh Sekar."Jangan menyalahkan
Acara mitoni atau 7 bulanan berjalan dengan lancar. Meski dengan kaki yang sedang sakit, Wira menjalani setiap prosesnya sampai akhir. Tidak banyak yang datang karena memang hanya keluarga inti saja."Istirahatlah, Nak, kakimu akan semakin sakit nanti." Sophia menghampiri Wira dengan Kopi yang dibuat untuk suami dan menantu kesayanganya."Terima kasih, Bu.""Untukku tidak ada, Bu? Aku juga putrimu. Lihatlah Mbah Putri juga ikut-ikutan sekarang." Sekar melirik ke arah neneknya sedang menyodorkan kue yang dia bawa untuk Wira bahkan dia suapi."Jangan cerewet saja, kamu itu dibantu mengurus suami kok malah cerewet sekali. Jangan malas jalan, biar nanti lancar pas lahiran, ambil di meja dapur ada kue ini. Ambilkan adikmu juga." Meski dengan kesal, Sekar tetap berjalan ke dapur untuk mengambil beberapa potong kue menamani obrolan mereka di malam itu.Acara memang sudah selesai, tinggal keluarga Sekar yang ada di rumah
Karena tidak ada jadwal malam untuk penerbangan ke Semarang, Wira memilih naik kereta walau menempuh perjalanan panjang. Dia berangkat pukul 21.00 akan sampai pukul 4.00 pagi. Setidaknya dia bisa istirahat selama perjalanan."Iya sayang aku sudah di kereta. Maaf aku tidak menjawab teleponmu, ada sedikit masalah," jelas Wira."Kabarnya pendaratan Mas tidak berhasil, apa ada yang terluka?" Harapan Wira untuk menyembunyikan kejadian itu tidak bisa dilakukan. Sekar malah tau, ini akan membuat Wira semakin bingung akan mengatakan apa nanti pada istrinya."Hanya terkilir sedikit. Selebihnya tidak apa-apa," jawab Wira. Dia berbohong agar Sekar tidak merasa khawatir."Tadi lebih baik minta antar daripada naik kereta sendiri.""Sayang, sebaiknya kamu istirahat, jangan begadang, besok acaranya pagi kaneqs. Aku juga ingin manfaatkan waktu untuk tidur di sini agar sesampainya di sana tidak lelah dobel." Tidak ingin membahas t