Home / Romansa / Terpikat Pesona Ayah Temanku / 107. Meleburkan Seluruh Rindu

Share

107. Meleburkan Seluruh Rindu

Author: CeliiCaaca
last update Last Updated: 2025-12-12 23:46:32

“Aku merindukanmu, Alessia,” bisiknya dengan suara seraknya.

Sementara Alessia hanya menatap Leonardo, tak ingin mengakui bahwa dia pun sangat merindukan lelaki itu.

“Sudah malam, sebaiknya masuk ke kamarmu, Alessia.” Leonardo menjulurkan tangannya berharap Alessia mau dia gandeng dan mengantarnya ke kosan wanita itu.

Dan tidak disangka rupanya Alessia mau. Dia membalas uluran tangan itu dan Leonardo menggenggamnya.

Keduanya berjalan menuju kamar kos Alessia. Ketika tiba di sana, Leonardo berdiri kaku di hadapan Alessia.

“Ale—”

Belum sempat Leonardo melanjutkan, Alessia sudah menarik tangan Leonardo dan membawanya masuk ke dalam kamar.

“Aku juga merindukanmu, Leo.”

Leonardo menghela napas panjang, tapi tak mampu lagi menahan diri.

Dia lantas meraih pinggang Alessia, menariknya rapat ke tubuhnya, lalu mencium bibirnya keras dan tanpa aba-aba. Alessia mendesah, tubuhnya terhuyung, tapi dia membalas dengan semangat yang sama, bahkan lebih.

Ciuman itu liar, terburu-buru, penuh rindu yan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terpikat Pesona Ayah Temanku   124. Tidak Mengubah Apa pun

    Waktu telah menunjukkan angka satu dini hari. Keheningan menyelimuti kamar itu dengan sempurna, hanya sesekali dipecah oleh suara napas yang teratur.Lampu tidur menyala redup, memantulkan cahaya hangat pada dinding dan seprai berwarna netral.Alessia masih terjaga, meskipun sejak tadi tubuhnya telah berada dalam pelukan Leonardo yang hangat dan protektif.Leonardo memeluknya dari belakang, lengannya melingkari tubuh Alessia dengan mantap, seolah ingin memastikan wanita itu tidak akan pergi ke mana pun.Namun, meski berada dalam dekapan yang menenangkan, pikiran Alessia terus berkelana.Wajah John yang penuh amarah, nada suaranya yang keras, serta ketegangan yang tercipta di ruang kerja beberapa jam lalu masih terngiang jelas di benaknya.Leonardo menyadari kegelisahan itu. Ia dapat merasakan tubuh Alessia yang kaku dan napasnya yang tidak sepenuhnya teratur.Dengan gerakan perlahan dan hati-hati, Leonardo membalikkan tubuh Alessia agar menghadapnya. Tangannya menopang punggung wanita

  • Terpikat Pesona Ayah Temanku   123. Pilihan itu Milikku

    Malam itu berlangsung hangat seperti biasanya. Setelah makan malam selesai disajikan, mereka bertiga duduk mengelilingi meja makan dengan suasana yang terasa akrab dan ringan.Gabby, seperti kebiasaannya, mengoceh tanpa henti, menceritakan rencana restorannya, mengeluhkan Rafael yang sulit dihubungi, hingga melontarkan komentar-komentar spontan yang sering kali membuat Leonardo menggeleng-gelengkan kepala dengan ekspresi pasrah.“Papa tahu tidak,” ujar Gabby sambil mengaduk minumannya, “kalau restoran itu nanti penuh orang, aku tidak akan punya waktu duduk santai seperti ini lagi.”Leonardo menghela napas pendek. “Kau yang menginginkannya,” katanya dengan nada datar.“Aku tahu,” balas Gabby cepat. “Tapi mengeluh sedikit tidak apa-apa, bukan?” ujarnya lalu memanyunkan bibirnya sejenak.Alessia yang duduk di samping Gabby hanya terkekeh pelan, menikmati dinamika ayah dan anak itu. Suasana terasa hangat, sebuah ketenangan yang jarang benar-benar mereka sadari nilainya.Namun, ketukan ker

  • Terpikat Pesona Ayah Temanku   122. Mungkin Backstreet lebih Baik

    Satu minggu kemudian, mobil yang ditumpangi Alessia dan Leonardo akhirnya berhenti di halaman rumah.Pagi itu cuaca cerah, namun suasana di dalam rumah terasa berbeda, seolah ada sesuatu yang telah menunggu kepulangan mereka.Begitu pintu terbuka, Alessia langsung melihat Gabby berdiri di ruang tengah dengan kedua tangan terlipat di dada. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang jelas: kesal, tidak sabar, dan penuh tuntutan.“Sudah puas liburannya?” tanya Gabby begitu mereka melangkah masuk, lalu menyunggingkan senyum tipis yang jelas bukan senyum ramah.Leonardo hanya melirik sekilas ke arah putrinya. Tanpa memberikan jawaban, ia mendekat dan mengacak pucuk kepala Gabby dengan santai, sebuah gestur yang sering ia lakukan seolah ingin meredam emosi anaknya tanpa harus berdebat.Setelah itu, Leonardo langsung melangkah melewati Gabby menuju ruang kerjanya dan menutup pintu tanpa berkata apa pun.Gabby menghela napas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Lihat?” gumamnya kesal. “Sel

  • Terpikat Pesona Ayah Temanku   121. Begitu Lihai dan Aktif

    Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Alessia tengah duduk di sofa kamar yang menghadap ke jendela, tengah menikmati pemandangan malam di sana.Tiba-tiba tangan kekar Leonardo melingkar di pinggangnya dan membuat Alessia menoleh.“Kenapa kau selalu menikmati pemandangan sendirian, tidak mau aku temani?” bisik Leonardo dengan suara seraknya.Alessia menghela napasnya dan menatap ke depan lagi. “Tidak ada alasan. Hanya senang melihat pemandangan di sini. Sangat indah. Pantas saja kau betah tinggal sendirian di sini.”Leonardo terkekeh pelan. “Tapi, kini aku tidak ingin sendiri lagi. Aku ingin menikmati pemandangan di sini denganmu.”“Hanya denganku?” goda Alessia sembari menaikan alisnya.Leonardo mengangguk dan kini wajahnya mendekat pada wajah Alessia. Mencium bibir wanita itu dengan lembut di awal.Tangannya yang panas kini menyusup ke antara kedua paha Alessia. Jari-jarinya menemukan kelembapan yang sudah menggenang di sana.Ia meraba dengan pelan, lalu mengusap dengan ritmis, m

  • Terpikat Pesona Ayah Temanku   120. Telah Belajar dari Pengalaman

    Waktu menunjukkan angka sembilan pagi ketika mereka melangkah keluar dari vila.Udara masih terasa dingin, embun menggantung di ujung-ujung daun pinus, dan tanah di bawah kaki mereka sedikit lembap.Cahaya matahari pagi menyusup di sela pepohonan, menciptakan garis-garis cahaya keemasan yang jatuh lembut di jalur setapak.Alessia melingkarkan tangannya di lengan Leonardo, berjalan berdampingan dengan langkah santai.Tidak ada tergesa-gesa, tidak ada agenda. Hanya mereka berdua dan alam yang terasa begitu hening.“Tempat ini indah sekali,” gumam Alessia pelan.Leonardo mengangguk. “Itu sebabnya aku memilih tempat ini.”Mereka berjalan beberapa langkah lagi sebelum Leonardo kembali berbicara, suaranya lebih dalam, seolah membawa kenangan lama. “Tempat ini dulu sering aku datangi sendirian.”Alessia menoleh, menatap profil wajah Leonardo yang tampak serius. “Sendirian?”Leonardo menghela napas perlahan. “Ya. Setelah ibunya Gabby pergi.”Langkah Alessia melambat, lalu berhenti. Ia menarik

  • Terpikat Pesona Ayah Temanku   119. Menebus Kekosongan Leonardo

    Pagi itu udara di vila terasa sangat sejuk. Kabut tipis masih menggantung di antara pepohonan pinus, sementara sinar matahari baru saja menembus kaca-kaca besar vila, menciptakan pantulan cahaya lembut di lantai kayu.Alessia masih duduk di sofa ruang keluarga, membungkus tubuhnya dengan selimut tipis sambil menikmati secangkir teh hangat, ketika ponselnya tiba-tiba bergetar keras.Satu panggilan masuk.Belum sempat Alessia melihat layar, panggilan itu terangkat sendiri karena getaran berikutnya langsung menyusul.“AL—ESS—IA!”Suara Gabby terdengar begitu nyaring dari seberang hingga membuat Alessia refleks menjauhkan ponsel dari telinganya.“Ada apa, Gab?” tanya Alessia sambil tertawa kecil.“Papa ke mana bawa kau, hah?!” Gabby nyaris berteriak. “Aku bangun pagi, rumah kosong, ayahku menghilang, dan kau juga lenyap begitu saja!”Alessia menutup mulutnya, menahan tawa. “Kami sedang pergi sebentar, Gabby. Kan sudah tahu, kan? Apa kau lupa?”“Sebentar katanya,” dengus Gabby. “Pergi ke m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status