Share

Terpikat Pesona Berondong Targetku
Terpikat Pesona Berondong Targetku
Penulis: Brille23

Chapter 1

Malam yang gelap gulita, kira-kira sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Waktu yang orang normal gunakan untuk tidur dan beristirahat setelah aktivitas mereka di siang hari. Namun, tidak dengan gadis cantik berambut hitam panjang bermata hijau ini, ia tengah berdiri memandang dingin seorang pria yang tergeletak di hadapannya dengan bermandikan sinar rembulan. Pria itu meringkuk di atas genangan darah yang berasal dari tubuhnya dengan luka menganga akibat tikaman diperutnya. Kulitnya sudah terasa dingin dan badannya kaku, dengan begitu dapat dipastikan bahwa pria itu sudah tewas.

Gadis cantik itu tidak terganggu dengan mayat yang tergeletak di hadapannya itu, ia malah menatapnya dengan dingin tanpa ekspresi seakan hal itu bukanlah apa-apa baginya.

"Ini terlalu mudah," gumam gadis itu sembari berlalu tanpa memedulikan apa yang baru saja dilihatnya.

Wendy Madeline, itulah nama gadis dingin itu. Ia adalah salah satu anggota kelas menengah organisasi mafia Coltello. Tugasnya sangatlah mudah baginya, yaitu hanyalah sebagai seorang eksekutor. Seperti yang dilakukan saat ini, dia baru saja menyelesaikan misinya untuk mengeksekusi seorang pria yang dulunya adalah salah satu anggota organisasi mafia itu. Kesalahan tak termaafkan pria ini adalah membelot dari organisasi dan membocorkan semua rahasia organisasi pada seorang pria yang bernama Michael Clifford, seorang detektif swasta yang memiliki hubungan baik dengan pemerintah.

Drrttt....

Drrttt....

Drrttt...

Dering itu berasal dari ponsel Wendy, di layarnya tertulis panggilan dari seseorang yang bernama Chris.

Melihat nama yang tertulis di layar ponselnya itu, tanpa berpikir panjang, Wendy langsung menerima panggilannya, meski sebenarnya ia sangat malas berurusan dengan orang itu.

"Halo!" Wendy menjawab panggilan itu.

"Hai Wendy! Bagaimana dengan tugasmu?" tanya orang yang bernama Chris dari ujung sambungan.

"Sudah kuselesaikan," jawab Wendy dingin.

"Bagus, bagus, Kau memang gadis yang sangat bisa diandalkan! Aku sangat bangga padamu," ujar pria itu.

"Apakah Kau yakin Kita hanya perlu membiarkan jasadnya di taman begitu saja?" tanya Wendy memastikan.

"Ahahaha, biarkan si brengsek itu jadi bahan tontonan di berita utama besok pagi, sekaligus peringatan bagi si Michael Clifford agar ia tidak macam-macam pada Kita," jawab Chris dengan santai.

"Chris, bukannya hanya dengan begitu saja tidak akan berpengaruh apa-apa? Apa lagi si brengsek ini sudah mengatakan semuanya pada orang itu," tanya Wendy yang tidak mengerti dengan jalan pikir atasannya.

"Wendy, Wendy, Aku tidak peduli, yang kupikirkan sekarang adalah membuat mental orang ini hancur," jawab Chris dengan santainya seakan apa yang dikatakannya itu tidak dipikirkan matang-matang.

"Kau memang sangat suka melihat orang menderita ya," komentar Wendy dengan ketus.

"Well, Kau tahu Aku dan Aku tahu Kau. Kau tidak beda jauh denganku, yang membedakan Kita hanya jenis kelamin saja!" jawab pria itu yang terdengar sangat senang dengan perkataannya sendiri.

Wendy hanya diam, sebenarnya ia tidak setuju dengan apa yang dikatakan pria brengsek itu. Ia merasa bahwa pria itu jauh lebih kejam dari dirinya sehingga sudah sepatutnya dirinya tidak disamakan dengannya. Namun ia tidak ingin memperpanjang masalah, dan membiarkannya mengatakan apa yang ingin katakan.

"Wendy sayang, sekarang Kau pulang dan beristirahatlah! Temui Aku siang ini dengan wajah cantikmu itu," ucap Chris dengan nada menggoda.

"Untuk apa?" tanya Wendy dengan ketus.

"Baby, Aku hanya ingin bertemu denganmu-" Perkataan Chris terpotong karena Wendy menyela saat ia belum selesai mengatakan kalimatnya.

"Kau tahu? Aku sangat jijik dengan sifat sok casanovamu, jadi hentikan itu!" seru Wendy yang sudah sangat muak dengan setiap perkataan yang keluar dari mulut atasannya yang memang selalu manis pada tiap wanita yang ia temui.

"Woa, woa, woa, janganlah Kau galak-galak seperti itu, Aku benar-benar ingin bertemu denganmu untuk-"

"Ya, sudah kuduga, ada sesuatu di balik kata-kata menjijikkan itu!" Wendy kembali menyela perkataan Chris dengan sinis.

Pria itu tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Wendy. "Hahaha, Kau memang tahu Aku! Baiklah karena Aku tidak bisa membicarakannya sekarang, jadi jangan lupa temui Aku nanti siang jam 1 di kantorku!" seru Chris yang kemudian menutup teleponnya dengan bahagia.

Begitulah bagaimana percakapan sigkat itu berakhir. Setelah sambungan dari orang orang menyebalkan itu terputus, akhirnya Wendy pergi dan pulang ke rumahnya untuk beristirahat. Meskipun ia tidak menyukai Chris, si atasannya itu, tapi ia selalu melakukan apa yang pria itu perintahkan padanya karena sejujurnya ia merasa takut dengan hal kejam apa yang akan Chris lakukan pada hidupnya.

***

Hari sudah siang dan waktu sudah menunjukkan pukul 12.10. Saat ini Wendy sudah berpakaian rapi dan tengah berdandan untuk bertemu dengan Chris di kantornya. Sebenarnya Wendy sangat tidak suka berdandan, tetapi karena ini adalah perintah dari Chris, mau tidak mau ia harus melakukannya.

Hanya butuh waktu kurang lebih 20 menit bagi Wendy untuk berdandan cantik demi atasannya itu, sehingga barulah pada pukul 12.35 ia mulai berangkat ke kantor Chris dengan taksi online yang dipesannya. Jarak antara kantor Chris dengan apartment yang ditinggali Wendy tidak terlalu jauh, hanya berjarak 20 menit dengan mobil yang berkecepatan 40 km/jam, jadi jika diperkiraan ia akan sampai ke kantor itu pada pukul 12.55.

Namun tidak seperti rencana, ternyata jalanan yang macet membuatnya terlambat 40 menit dari waktu yang telah dijanjikan.

Saat ia membuka pintu ruangan Chris, ia langsung disuguhi dengan pemandangan pria tampan bertampang playboy itu tengah duduk di mejanya dengan tangan terlipat di dada sambil menatap tajam ke arahnya.

Tanpa memedulikan gestur itu, Wendy langsung masuk ke dalam ruangan dan menutup kembali pintunya rapat-rapat.

"Selamat siang!" sapa Wendy memberi salam pada atasannya yang terlihat kesal itu tanpa merasa bersalah.

"Apakah Kau mau membela diri?" tanya Chris tanpa menimpali sapaan Wendy terlebih dahulu.

"Aku tidak merasa salah," jawab Wendy dengan tampang lempeng seperti menunjukkan bahwa ia benar-benar tidak merasa bersalah.

Chris menghela napas panjang sebelum ia berkata. "Hah~ jika Aku seorang wanita, sekarang Aku pasti sudah ngambek," ucap Chris menyindir Wendy yang datang sangat terlambat untuk menemuinya.

"Terserah Kau saja! Terlambat itu bukan keinginanku, Kau salahkan saja jalanan yang sangat macet di luar sana!" ujar Wendy tidak terganggu dengan perkataan Chris.

"Oh, dan Kau salahkan juga dirimu sendiri karena membuatku harus selalu berdandan tiap kali akan menemuimu! Aku akan lebih cepat sampai kesini kalau Kau tidak memerintahkanku melakukan hal-hal aneh seperti itu!" sambungnya.

Sembari memasang senyum di wajahnya yang tampan itu, Chris berdiri dari tempat ia duduk dan berjalan menghampiri Wendy yang tengah berdiri tegap di hadapannya. Kemudian dengan senyum yang belum memudar dari wajahnya ia berdiri di belakang Wendy dan memeluknya dengan sangat lembut.

"Wendy, Kau sangat cantik hari ini, tidak sia-sia Aku menyuruhmu untuk berdandan, Kau melaksanakan tugasmu dengan sangat baik! Tapi sayang sekali Kau selalu saja memprotesku, padahal Aku ini atasanmu loh," ucap Chris dengan nada suara yang sangat lembut.

"Kau tahu? Aku bisa saja memberimu hukuman saat ini juga!" bisiknya di telinga Wendy dengan nada menggoda.

Wendy tidak bereaksi sedikitpun dengan apa yang dilakukan atasannya, ia seperti sudah terbiasa dengan tingkah laku menyebalkannya itu.

"Sampai kapan Kau akan menggodaku seperti ini, hm?" ucap Wendy datar. "Jika Kau ingin menghukumku, hukum Aku sekarang juga! Tidak usah buang-buang waktu dengan tingkah konyolmu itu!" sambungnya sembari berusaha membebaskan diri dari pelukan pria itu.

"Galak seperti biasa! Aku suka itu!" ucap Chris yang kemudian dengan suka rela melepaskan pelukannya.

"Well, untuk kali ini Aku tidak akan menghukummu, karena perasaanku sedang sangat baik hari ini," sambungnya sembari duduk di atas mejanya.

Wendy hanya terdiam, menunggu apa yang akan dikatakan orang menyebalkan ini selanjutnya.

"Aku punya misi untukmu," ujar Chris sembari menyodorkan sebuah map coklat pada Wendy.

Wendy menerimanya dan membuka map itu untuk melihat isinya.

"Itu adalah rincian dari targetmu selanjutnya," ucap Chris.

"Targetmu kali ini adalah Reynold Clifford, putera dari Michael Clifford, dia adalah seorang mahasiswa kriminologi, di Universitas Lione. Hal yang harus Kau lakukan adalah mendekatinya dan membuatnya tergila-gila padamu," tutur Chris sembari memandang Wendy yang sedang memeriksa isi amplop yang ia berikan itu.

"Hoo ... jadi Aku tidak perlu menghabisinya ya, itu ba-"

"Tentu saja itu juga, bukannya Kau itu sang eksekutor? Tugas itu pasti akan selalu melekat padamu," sela Chris, meluruskan apa yang dipikirkan Wendy.

"Huft~" Wendy hanya bisa menghela napas mendengar perkataan Chris.

"Kau akan menyamar sebagai mahasiswi di kampus dan jurusan yang sama dengannya, Kau dekati dia dan ambil hatinya bagaimanapun caranya," tutur Chris.

"Setelah itu, Aku harus mengancam Michael Clifford, mengatakan bahwa jika ia berani membongkar rahasia organisasi pada pemerintah, maka Aku akan menghabisi anaknya, intinya begitu kan?" tanya Wendy memastikan.

"Hahaha, seperti yang diharapkan dari seorang eksekutor! Ya, kurang lebih seperti itu. Tetapi seharusnya Kau tahu bahwa itu bukanlah sebuah ancaman saja, tetapi Kau memang benar-benar harus menghabisinya di akhir, " ucap Chris sambil tertawa.

"Jika Reynold tergila-gila padamu, ia akan tunduk padamu dan itu akan sangat menyakitkan bagi ayahnya, apa lagi kalau dia tahu bahwa wanita yang dicintai oleh putranya akan menghabisi putera satu-satunya itu, hehehe, Aku tidak sabar menunggu saat itu tiba!" sambungnya yang tampak sangat bersemangat seakan ia sedang membayangkan hal yang ia inginkan itu terjadi di masa depan.

“Berapa lama waktuku untuk menyelesaikan misi ini?” Wendy ingin memastikan terlebih dahulu karena ia tahu sendiri bahwa misi itu bukanlah hal yang mudah baginya yang hanyalah seorang eksekutor itu.

“Well, karena Aku tahu misi ini sangat sulit jadi estimasi yang kuberikan padamu minimal satu semester, dan maksimal satu tahun.” Chris berkata dengan mantap.

“Tunggu dulu! Itu waktu yang sangat lama, bagaimana jika Michael Clifford menyebarkan rahasia organisasi dalam jangka waktu itu? Bukan itu sangat berbahaya?” Wendy sejujurnya sangat terkejut mengetahui hal itu, ia berpikir bahwa apa yang dipikirkan Chris terkesan seperti bermain-main saja tanpa pemikiran yang matang.

Chris tertawa, sambil menggeleng kecil ia memeriksa ponselnya, dan tanpa memperlihatkan apa yang sedang dilihatnya itu, ia berkata, “Dia tidak akan melakukan apa pun pada rahasia organisasi yang hanya setengah-setengah itu.”

Wendy hanya mengerutkan keningnya seakan menunjukkan bahwa dirinya tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Chris, karena setahunya Michel Clifford memiliki semua yang dibutuhkan untuk melawan organisasi.

"Lantas bagaimana dengan balas dendam? Bukannya dengan begitu dia akan membalas dendam pada Kita karena telah membunuh putranya? Kita semua tahu bahwa pria itu sangat jenius, Aku yakin jika dia memiliki motivasi seperti itu maka kejeniusannya akan semakin menjadi dan mungkin malah akan membuatnya semakin mudah menemukan cara untuk menjatuhkan Kita?" Wendy semakin kritis karena ia mendapati berbagai celah dari misi yang Chris berikan padanya.

Mendengar sanggahan itu, Chris tersenyum miring sembari memandang rendah Wendy. "Jangan Kau pertanyakan itu! Tugasmu hanyalah melakukan apa yang kuperintahkan padamu!" ujarnya dengan dingin.

Wendy terdiam, tak berani membantah lagi. Ia menundukkan kepalanya dan pandangannya beralih kembali memandangi foto targetnya yang merupakan seorang pemuda rupawan berumur 20 tahun. Pemuda yang memiliki postur tinggi tegap dengan potongan rambut rapi berwarna coklat dan sorot mata oranyenya yang tegas membuatnya terlihat sangat maskulin.

"Pemuda ini sangat tampan," komentar Wendy setelah ia selesai mempelajari rupa targetnya.

Chris yang mendengar pujian dari mulut Wendy itu langsung beralih dari ponselnya, lalu memprotes pujian itu, "Hey! Kau tidak pernah sekali pun memuji ketampananku!"

Wendy hanya melirik sejenak pada atasannya itu, lalu kembali beralih pada potret targetnya. "Karena tampang mu biasa saja!" jawab Wendy sembari menatap sinis Chris.

"Waw, perkataanmu menusuk sekali!" ujar Chris.

"Hm, satu hal lagi yang tidak kumengerti," ucap Wendy.

"Apa Baby?" tanya Chris penasaran sembari mengangkat alisnya.

"Mengapa Kau memberikan misi ini padaku? Bukannya banyak anggota lain yang lebih berpengalaman untuk menggoda seorang pria?" tanya Wendy yang sangat penasaran pada atasannya itu, karena ia tahu sendiri bahwa dirinya tidak hebat dalam hal goda menggoda, apa lagi sampai menaklukan hati targetnya.

"Well, karena target kali ini berbeda, dia pemuda yang sangat sulit didekati," jawab Chris.

"Justru itu, bukannya lebih baik anggota yang sudah terbiasa menghadapi hal seperti itu saja yang mendapat misi ini?" Wendy masih berusaha mendesak Chris untuk memberitahu alasannya memilih dirinya untuk menyelesaikan misi itu.

"Sudah kubilang pemuda ini sangat sulit untuk didekati, ia memiliki selera yang berbeda dari kebanyakan pemuda lain," jawab Chris.

"Tapi-"

"Kau lakukan saja tugasmu! Atau Kau benar-benar akan mendapat hukuman dariku yang akan membuatmu menangis dan berharap tidak pernah dilahirkan ke dunia!" Chris menyela perkataan Wendy dengan wajah yang sangat serius dan menyeramkan.

Wendy tertegun mendengar ancaman itu, ia tidak berani untuk berbicara lagi apa lagi setelah melihat perubahan ekspresi atasannya itu.

Masih menatap tajam wanita itu, Chris kembali berkata, “Kau adalah orang yang juga sulit didekati dan tak mudah terbawa suasana, Aku memberikan misi ini padamu karena Aku yakin Kau akan melakukannya tanpa perasaan.”

Wendy tersentak mendengar perkataan terakhir Chris yang terdengar sangat serius itu. "Well, kalau begitu Aku akan mempelajari dulu semua informasi ini," ucapnya kemudian sembari menatap wajah Chris yang terlihat dingin yang mengandung kemarahan di dalamnya.

"Moodnya berubah sangat cepat, Aku harus segera pergi sebelum hal buruk terjadi!" pikirnya yang sudah merasakan suasana yang begitu mencekam di ruangan tempat ia berada saat ini.

"Aku permisi, selamat siang!" ucapnya berpamitan pada atasannya yang terlihat sangat kesal itu.

Chris tidak menjawab, ia masih sibuk memandangi Wendy yang hendak meninggalkan ruangannya.

JGLEK!

Saat pintu sudah terbuka dan Wendy hendak menarik pintunya agar ia bisa keluar, tiba-tiba dengan cepat tangan Chris langsung mendorong pintu itu sehingga pintu tertutup kembali dengan sangat keras sebelum Wendy sempat keluar.

Jelas saja Wendy sangat terkejut dengan tingkah Chris yang tiba-tiba itu. Ia kemudian menoleh pada Chris yang tengah menghalanginya untuk keluar.

Tanpa berkata apapun, tangan Chris beralih pada pinggang gadis mungil itu dan kemudian menariknya mendekat padanya.

"A ... apa-apaan ini?" tanya Wendy yang berusaha tetap tenang meski sebenarnya ia kaget setengah mati dengan apa yang dilakukan pria itu.

Tanpa menghiraukan pertanyaan Wendy, wajah pria tampan itu malah mendekat pada wajahnya, lalu berhenti untuk berkata sesuatu,

"Apakah lipstik yang Kau pakai itu memiliki rasa?" tanyanya sembari memandangi bibir Wendy yang lembut itu dengan sangat serius.

"Apa maksudmu?" tanya Wendy yang sekarang mulai merasa terancam.

"JAWAB AKU?!" bentak Chris yang terdengar sangat marah.

"I ... iya," jawab Wendy dengan keringat yang bercucuran di keningnya.

Mendengar jawabannya itu, ia kemudian mendekatkan bibirnya dengan bibir mungil Wendy seraya berkata, "Kalau begitu Aku sangat ingin merasakannya, Baby."

Mengetahui bahwa sepertinya Chris akan menciumnya, Wendy hanya pasrah dan langsung memejamkan mata, tidak ingin melihat apa yang hendak dia lakukan padanya.

Namun, sudah cukup lama ia menutup mata, ia tidak merasakan bibir pria kurang ajar itu mendarat di bibirnya. Wendy akhirnya membuka matanya dan mendapati ternyata pria itu hanya memandanginya dari jarak yang sangat dekat.

"Apa? Kau berharap Aku akan mencium bibirmu yang menggoda itu?" tanya Chris setelah ia melihat Wendy membuka matanya dan terlihat sangat heran.

Wendy tidak menjawab, ia tidak ingin mood pria kurang ajar ini kembali buruk. "Mood orang ini kembali lagi," pikir Wendy setelah melihat raut wajah Chris yang kembali seperti semula.

"Baby, Kau jangan malah jatuh hati pada pemuda itu ya!" seru Chris sembari mengusap keringat yang membasahi kening Wendy dan kemudian menjilat jemarinya yang basah oleh keringatnya.

"Atau Aku akan langsung turun tangan dan membunuh pemuda itu dengan tanganku sendiri, lalu Aku akan menghukummu, dan Kau pasti tidak akan bisa membayangkan hukuman apa yang kumaksud ini!" sambungnya sembari menatap tajam mata Wendy seakan mengatakan bahwa ia tidak main-main dengan apa yang dikatakannya.

Wendy hanya mengangguk, ia tak sanggup berkata ketika melihat Chris berada pada mode menyeramkan seperti ini.

"Bagus, itu jawaban yang kuinginkan," ucap Chris sembari mengelus pipi Wendy dengan jemarinya.

"Nah, kau boleh pergi sekarang," sambungnya sembari melepaskan tangannya dari pinggang Wendy.

Setelah terbebas dari cengkraman pria menyeramkan itu, Wendy langsung berbalik dan bergegas keluar dari ruangan Chris.

"Aarrgghh...Sialan! Pria itu memang suka seenaknya! Aku ingin sekali menghabisinya!" teriak Wendy dalam hati yang sebenarnya sungguh sangat geregetan dengan tingkah Chris.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Brille23
Terima kasih ... Semoga betah ya bacanya......
goodnovel comment avatar
Iestie Adja
bagus thorrr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status