Menceritakan tentang Wendy Madeline, seorang gadis yang merupakan anggota organisasi mafia yang sadis dan kejam. Ia diperintahkan oleh atasannya untuk mendekati putra dari seorang pria yang mengancam keberadaan organisasi itu, untuk lalu membunuhnya di depan mata pria itu, sebagai peringatan untuknya. Demi menjalankan misinya, ia menyamar sebagai seorang mahasiswi tempat targetnya itu kuliah dengan nama samaran Bella Valentine. Namun siapa sangka, ternyata targetnya itu merupakan seorang pemuda tampan yang sangat cerdas sehingga membuat Wendy sangat sulit untuk mendekatinya. Kegagalan demi kegagalan yang dialami untuk mendekati targetnya membuat Wendy tanpa sadar malah menyukai targetnya itu. Seorang pemuda tampan, cerdas, dan misterius, gadis mana yang tidak menaruh hati padanya. Mengetahui perasaannya itu, apakah Wendy akan tetap melaksanakan tugasnya tanpa memedulikan perasaannya? ataukah ia akan mengikuti kata hatinya?
Lihat lebih banyakSelama perjalanan pulang, Wendy perasaan Wendy begitu berbunga-bunga, ia tak berhenti tersenyum sembari menggenggam erat kantung kresek yang berisi teh jati pemberian Reynold tadi.Tak hanya itu, perasaannya semakin bergejolak ketika pikirannya membawanya kembali pada saat kebersamaan mereka di danau. Bagaimana pemuda itu menciumnya, dan bagaimana ia membalas ciuman itu. Sungguh, tak terbayangkan betapa bahagianya gadis polos itu."Itu kedua kalinya dia menciumku!" pikirnya. Saking girangnya, ia sampai melupakan perasaan kesalnya mengenai mudahnya pemuda itu memberikan ciumannya pada siapa pun untuk mendapatkan apa pun yang diinginkannya."Perasaan yang aneh," pikir gadis itu."Oh!" Ia kemudian teringat mengenai ucapan Reynold bahwa permainan suit tadi menjadikan mereka imbang. Hal itu membuatnya teringat mengenai persaingan mereka di pusat permainan game arcade di mall waktu itu."Ah! Iya, Aku ingat sekarang, jadi itu maksudnya! Kemarin Skorku lebih unggul darinya dan dengan kemenan
"Em, kenapa Kau memandangiku seperti itu?" tanya Wendy penasaran.Reynold menggeleng, lalu bangkit dari tempat duduknya, kemudian berkata, "Permainan sudah selesai, Aku pemenangnya, dan waktunya Kita pulang!" Wendy hanya mengangkat bahunya, kemudian ikut berdiri. Melihatnya melakukan apa yang ia lakukan, Reynold pun berbalik, hendak berjalan menuju motornya yang terparkir cukup jauh dari tempat mereka saat ini.Sedangkan Wendy, alih-alih mengikuti pemuda itu, ia malah membalikkan badannya menghadap pada danau indah di hadapannya. "Tempat yang sangat indah!" Gadis itu memuji keindahan alam yang terbentang di depan matanya.Mendengar gadis itu berkata di belakangnya, Reynold menghentikan langkahnya, dan terdiam membelakanginya.Gadis yang terpukau dengan keindahan itu, membalikkan badannya sehingga kini pandangannya tertuju pada sosok Reynold yang membelakanginya."Oh! Rey, bagaimana Kau bisa menemukan tempat ini?" tanya Wendy dengan begitu riang.Namun, Reynold hanya diam saja, tak m
Tanpa menyadari keberadaan Miranda yang sejak awal sudah memantau mereka, Wendy dan Reynold terlihat begitu tampak menikmati momen kebersamaannya di tepi danau.Kedua muda-mudi itu kini duduk saling berhadapan, dan tampak fokus terhadap lawan bicaranya seakan sedang berusaha membaca pergerakan lawan bicaranya itu."Kita mulai?" tanya Wendy memastikan dengan pandangannya yang begitu serius memandang sosok Reynold di hadapannya."Kita mulai!" timpal Reynold sembari mengepalkan tangannya dan menutupinya dengan tangan yang satunya.Wendy melakukan apa yang dilakukan pemuda itu."Kertas! Gunting! Batu!" teriak keduanya secara serempak sebelum akhirnya keduanya menunjukkan bentuk apa yang dikeluarkan tangannya.Wendy mematung, ia yang mengeluarkan kepalan tangan itu kalah oleh Reynold yang menunjukkan kelima jarinya. Batu membungkus keras, dengan begitu, Reynold lah yang memenangkan permainan putaran pertama ini."A ... Aku kalah!" gumam Wendy sembari memandangi kepalan tangannya, seakan ti
Aku tersenyum menantang padanya, menatap dengan tak sabar menunggu responsnya terhadap apa yang kutanyakan tadi.Namun, pemuda itu terlihat santai sekali, seakan tidak terpengaruh akan tantanganku ini."Jadi, apa jawabanmu, Reynold Clifford?" Aku mendesaknya agar dia lekas menjawab."Apa yang Kau harapkan, hm? Jika memang Aku adalah incaranmu, apa yang Kau inginkan? Menjadikanmu sebagai kekasihku? Lalu apa lagi setelah itu?" timpal pemuda itu dengan tampang datarnya.Aku terdiam, tetapi itu bukan karena aku merasa kalah karena ucapannya. Aku bahkan tertawa kecil dan menatapnya dengan tatapan polos khas Bella Valentine. "Bukan hanya sekedar itu. Tetapi sebenarnya Aku memiliki harapan yang besar di baliknya. Kau bahkan tidak bisa mengiranya sendiri!" ungkapku sembari tersenyum menggoda padanya."Hm, berarti dengan kata lain, mendapatkanku itu adalah sebagai sebuah pencapaian yang-"CUP!Tanpa basa-basi, tak menunggu pemuda itu menyelesaikan perkataannya, aku langsung mengecup bibirnya de
Cukup lama kami berada dalam posisi ini. Reynold tak membebaskan bibirku begitu saja, dan aku pun tak kuasa untuk membebaskan diri darinya seakan enggan sekali diriku untuk melepaskan kesempatan langka mendapatkan kehangatan ini barang sebentar saja.Kulirik wajah tampan yang sedang terpejam dari posisiku saat ini seakan ia sedang menghayati apa yang sedang ia lakukan sekaligus menantikan balasanku atas tindakannya."I ... Ini gila! Apa yang harus kulakukan sekarang?! Aku benar-benar tidak bisa melakukan sesuatu yang seperti ini!" Kepalaku dilanda kepanikan atas langkah apa yang harus kulakukan untuk menghadapi apa yang sedang terjadi di antara kami.Perlahan tangan Reynold meraih rambut poni sampingku yang menjuntai, lalu melipkannya ke belakang telingaku dengan begitu lembut. Setelah itu ia mengusap kepala bagian belakangku berkali-kali sehingga membuatku terbuai dan perlahan memejamkan kedua mataku.Karena perasaan nyaman itu, perlahan juga aku membuka mulutku sehingga akhirnya ia
Aku tertegun mendengar perkataan manis itu. Sungguh, ucapan itu mampu membuat perasaanku tidak karuan lagi, benar-benar berbahaya sekali pemuda itu."Mengapa Kau tertegun seperti itu? Bukan kah Kau sendiri yang mengatakan bahwa Kau adalah temanku, hm?" Reynold berkata lagi setelah ia sepertinya menyadari ketertegunanku.Aku mengerjap, dan langsung kembali fokus pada pemuda tampan yang usianya 7 tahun lebih muda dariku itu."A ... Aku tidak tertegun, Aku hanya terpikirkan sesuatu mengenai Kau yang membawaku ke tempat ini!" jawabku tergagap. "Ekhm ... Aku yakin keberadaan Kita di sini pasti berarti sesuatu bukan hanya sekedar seperti apa yang Kau katakan barusan. Well, jadi apa itu?" tanyaku, mempertanyakan maksud pemuda itu sebenarnya.Reynold mengangkat alisnya, lalu berjalan mendekat ke danau indah itu. "Bukankah sudah kubilang sejak awal bahwa Kita akan berdiskusi?" ucapnya dengan begitu datar."Itulah yang menjadi pertanyaanku sedari tadi, 'diskusi' apa yang dia maksud!" gerutuku s
Aku pun mengikuti langkah pemuda itu di belakangnya. Ia mengajakku ke parkiran, menuju ke tempat di mana motornya diparkirkan. "Em, Rey, sebenarnya apa yang mau Kita 'diskusikan'?" tanyaku dengan heran melihatnya malah menaiki motornya dan tengah mengenakan helm-nya, seperti ia sedang bersiap untuk pergi dengan kendaraan roda duanya itu."Naiklah!" seru pemuda itu sembari menyodorkan sebuah helm, tanpa menjawab pertanyaanku sebelumnya."Tapi-" Aku menghentikan protesku ketika kulihat tatapan pemuda yang datar itu memandangku dengan tidak sabar sehingga membuatku merasa bahwa memprotesnya adalah ide yang buruk."Well, baiklah!" Aku menerima helm itu dan dengan segera mengenakannya di kepalaku, lalu duduk di jok penumpang.Setelah merasa penumpangnya sudah siap, Reynold pun mulai melajukan motornya.***Kendaraan yang kami naiki ini kini sedang melaju dengan kecepatan sedang di jalan raya. Selama perjalanan entah ke mana ini kami benar-benar diam. Hal ini kerena, seperti biasa, Reynold
Entah bagaimana kini akhirnya Viona ikut bergabung di antara aku dan Robert. Meski tidak mengatakannya, tetapi aku bisa melihat dan merasakan sendiri bahwa gadis angkuh itu tengah marah akan sesuatu."Well, apa yang akan kalian lakukan sekarang?" tanya gadis itu sembari tersenyum sinis pada pemuda yang tengah bersamaku itu."Hm, tadinya Aku mau mengajak Bella jalan-jalan, Kami-""Tidak bisa, hari ini Bella sudah berjanji mau menemaniku ke suatu tempat!" sela Viona dengan gesit langsung menyela apa yang hendak pemuda itu utarakan mengenai hal yang tidak pernah kutahu.Aku hanya melongo sembari bergumam. "Eh? Benarkah?" "Oh, baiklah, kalau begitu bolehkah Aku ikut! Aku berjanji tidak akan macam-macam!" tegas pemuda itu dengan kekeh.Viona memandangnya dengan begitu sengit, lalu berkata dengan begitu tegas pada pemuda itu, "Tidak boleh! Ini urusan wanita! Sebaiknya Kau jangan ikut campur!""Tapi Aku -""Em, Rob!" Aku mengangkat tanganku untuk memberikan isyarat pada Robert agar ia menden
POV Wendy.Melihat kedatangan Robert yang begitu menghebohkan seisi klinik, tiba-tiba aku terpikirkan sebuah ide."Tadi Reynold yang memberitahuku kalau Bella sedang mengantar Pak Martin ke klinik," ujar Robert, menjelaskan mengapa bisa ia datang ke tempat ini."Rey? Hoo, sepertinya dia sudah melaksanakan permintaanku," ucap Martin.Pria aneh itu menoleh ke arahku, seraya berkata sembari tersenyum penuh arti, "Well, Robert sepertinya tidak begitu saja datang menjengukku, benar kan Rob!" Robert hanya cengengesan sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Em, Aku juga ingin menjenguk Bapak mertua kok," ucapnya sembari memanggil Martin dengan panggilan yang lucu sekali."Hahahahaha. Ya, ya, Kau lihat sendiri bukan? Aku baik-baik saja!" Martin tertawa sembari merentangkan tangannya seakan menunjukkan bahwa ia sudah sangat sehat di samping wajahnya yang masih tampak pucat."Well, Aku akan kembali baik-baik saja setelah kue dari Viona itu sudah tercerna dengan sempurna di lambungku," s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.