"Kabar Ayah bagaimana?" tanyanya sambil mengelus sebelah tangan mungil Kila.
"Ayah baik-baik saja dan Ayah sangat ingin bertemu dengan Kila"Sara yang mendengar itu hanya diam saja, "Ajaklah Ayah kapan-kapan ke rumah untuk bertemu dengan Kila""Rencananya saat aku sudah diperbolehkan pulang, aku ingin Kila menginap di rumah Ayah" sahutnya sambil menatap lamat wajah lelap sang anak."Bolehkah aku membawa Kila?" tanyanya sambil menatap ke arah Sara.Sara sempat terdiam sejenak, lalu wanita itu menganggukkan kepalanya."Kamu bisa ikut kalau mau""Tidak, Kakak bawa Kila saja. Minta Kak Erham untuk tinggal di rumah juga biar Kila tidak terlalu bingung dan minta pulang"Bryan hanya mengangguk saja, "Maafkan Papa ya Sayang karena baru datang sekarang" sahutnya sambil mengecup kening Kila.Sara hanya tersenyum melihat itu, wanita itu mengecup sebelah tangan mungil sang anak.****"Kamu tidur di kasur dengan Kila, aku akan tidur di Sofa" sahut Bryan sambil menata sofa yang ada di kamarnya."Biar aku saja, Kakak masih dalam masa pemulihan" "Aku sudah baik-baik saja, kasian Kila kalau harus kamu gendong ke Sofa""Aku saja yang tidur di Sofa, Kakak dan Kila tidur di kasur" sahutnya sambil menghampiri Bryan."Bisakah sekali saja kamu menuruti perkataanku" sahutnya sambil menatap lamat wajah cantik Sara dan sebelah tangannya menahan sebelah tangan Sara yang akan mengambil selimut."Kakak-" ucapannya terpotong karena Bryan mengecup bibir wanita itu, membuat Sara terkejut."Sssttt, nanti Kila bangun" lirihnya tepat di depan bibir wanita itu.Bryan menatap wajah Sara dan menatap bibir mungil dan pink alami Sara beberapa menit, lalu dia kembali menempelkan bibirnya ke bibir Sara.Wanita itu hanya diam saja karena masih terkejut dengan tingkah Bryan, sampai akhirnya Bryan menggigit bibir bawah wan
1 bulan kemudian"Saya bersumpah sebagai saksi akan memberikan keterangan yang sebenarnya, tidak lain dari sebenarnya" sahut Sari sambil mengangkat tangan kanan ke atas dan tangan kiri memegang sebuah map.Setelah mengucapkan sumpah saksi, gadis itu duduk di kursi saksi. Di kursi terdakwa ada Tiara, Bimo dan 3 anak Bram dan pengacara dari masing-masing mereka.Di kursi pengunjung ada Sara, orang tua Sara, Sintya, Bryan, Erham, Tiara dan Rani yang menghadiri persidangan. Kila tidak ikut, dia diasuh oleh Ayah Bryan dan Erham.Sari ditanya oleh beberapa pertanyaan oleh jaksa, gadis itu menjawabnya dengan lugas dan tegas ia juga memberikan beberapa bukti kuat yang dia punya.Di kursi terdakwa mereka berlima hanya diam saja tidak ada perlawanan, gadis itu sudah berjanji pada Sari akan menyerahkan diri ke polisi setelah penculikan Kila.Setelah beberapa jam persidangan dan beberapa saksi serta terdakwa sudah ditanya oleh Jaksa dan mahkamah agung sudah berdiskusi dengan dua rekan yang duduk
"Maaf menunggu lama" sahut Sara, wanita itu langsung duduk di depan Zein.Pemuda itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Santai saja, sudah pesan?"Wanita itu menganggukkan kepalanya, "Jadi ada apa Kak?""Bagaimana kabar kamu dan Bryan?""Baik" sahutnya terlihat bingung karena pemuda itu tidak menjawab pertanyaannya."Baguslah dia mendengar ucapanku" Sara mengerutkan keningnya bingung, "Kamu harus berterimakasih sama Rani, Tiara dan saya karena sudah membantu hubungan kalian berdua"Sara terlihat tersenyum, "Baiklah terimakasih Tuan, jadi ada apa Tuan memanggil saya? Tidak biasanya Tuan mengajak saya bertemu, biasanya Tuan akan langsung muncul di depan rumah kalau merindukan saya dan Kila""Dengarkan baik-baik ucapan saya dan jangan kamu potong ucapan saya" Sara menganggukkan kepalanya, saat pemuda itu ingin mengeluarkan suaranya. Pelayan datang membawa pesanan Sara.Setelah pelayanan
Seorang gadis cantik sedang menunggu gelisah di kursi dekat sebuah ruangan yang bertuliskan HRD. Tak lama namanya dipanggil, dia menghela nafas panjang untuk menetralkan kegugupannya lalu merapihkan pakaiannya. Lalu masuk ke dalam dan duduk di depan seorang pria tampan, gadis cantik itu sempat terpesona sesaat. Sayangnya di tangannya sudah terpasang cincin pernikahan.Pria itu tersenyum pada gadis itu, gadis itu hanya tersenyum singkat saja karena dia sungguh gugup saat ini. "Santai saja, saya tidak galak. Bisa dimulai?" tanya pria itu, gadis cantik itu mengangguk. "Sara Ishaq, nama yang bagus kamu ada keturunan arab?""Tidak Pak, Papah asli Palembang Mamah asli Banjarmasin," sahutnya sambil mengepal tangannya di atas roknyaSara, nama gadis cantik itu masih terlihat gugup dan masih berusaha untuk mencoba merilekskan tubuhnya, pria itu mengangguk. "Panggil saja saya Reno, kamu sudah pernah kerja sebelumnya?"Sara mengangguk, dia menceritakan pengalaman bekerjanya pada Reno. Pria
Sara sudah siap dengan pakaian formalnya, dia bahkan sudah siap sejak jam setengah 6 pagi karena tidak ingin telat, selain itu dia juga mengejar jadwal angkutan umum deket rumahnya. Setelah bersih-bersih dan sarapan Sara melihat ke arah arlojinya sudah menunjukkan pukul 6 pagi, dia memutuskan untuk segera berangkat. Beruntungnya gadis berwajah arab itu mendapat bis dan pagi ini bis cukup sepi, sambil menunggu bis sampai tujuan ia mengambil headset dan memakai sebelah saja untuk mendengarkan musik dari ponselnya. Sampai ada seorang pemuda dengan pakaian casualnya meminta izin pada gadis itu untuk duduk di sampingnya. Sara melihat ke sekeliling dan baru sadar kalau bangku sudah penuh, hanya tersisa bangku di sampingnya yang kosong. Gadis itu hanya mengangguk sambil tersenyum membiarkan pemuda tampan itu duduk di sampingnya, sepertinya dia masih kuliah. "Terima kasih Mbak," sahutnya, Sara hanya tersenyum. "Masnya kerja di mana?" tanyanya basa-basi. "Saya masih kuliah Mbak, sudah
Setelah jam makan siang Bryan akan meeting dengan klien dari Dubai di restoran China. Perusahaan yang Bryan kelola bergerak di bidang Textile dan sudah ada beberapa cabang di Indonesia dan di Dubai. Perusahaan yang Bryan pegang itu sebenarnya cabang perusahaan dari perusahaan sang ayah dan pamannya. Bisa dibilang perusahaan turun temurun, kakeknya merintis perusahaan ini benar-benar dari nol sampai bisa sukses seperti sekarang. Sayangnya sang ibu meninggal saat Bryan pertama kali menjalankan cabang perusahaannya. Kembali ke cerita, Bryan sedang berkutat dengan dokumen di tangannya. Tak lama ia berhenti sejenak karena merasakan tubuhnya yang tidak enak. Dia langsung menghubungi Sekretarisnya dan memintanya untuk ke ruangannya, tak lama Sara datang dan saat ini berdiri di depan pemuda tampan itu yang terlihat sedikit pucat. "Bapak baik-baik saja? Wajah Bapak sedikit pucat," sahutnya dengan nada yang khawatir. Bryan hanya diam saja sambil memejamkan matanya karena pusing. "Tolon
Saat ini Sara sedang ada di toilet untuk membenarkan penampilannya. Jujur saja dia sangat gugup hari ini karena dia akan bertemu dengan klien dari luar negri. "Huh, semangat. Jangan sampai keluar, nyari pekerjaan susah apalagi nyari jodoh," sahutnya sambil menghela nafas panjang. Setelah selesai merapihkan penampilannya, Sara keluar dari toilet menuju ke arah tempat bos tampannya berada. Saat sedang berjalan menuju ke arah ruangan tempat Bryan dan cliennya berada, ada seseorang yang menyeretnya menuju ke arah gudang belakang. Seseorang itu memakai topi, masker dan jaket yang tudungnya dia naikkan untuk menutupi topi dan kepalanya. Seseorang itu mencekik Sara cukup kuat, Sara tentu saja memberontak dan berusaha untuk melepaskan cekikan seseorang itu. "Bisa-bisanya kau hidup dengan baik setelah merenggut nyawa Fanya" sahutnya, terlihat rahangnya mengeras karena marah. Sara tidak bisa berkata-kata apa-apa karena dia kesulitan bernafas. tangannya berusaha untuk melepaskan cekikan
Keesokan harinya "Kamu ngapain masih di sini? Ini sudah masuk jam Kantor," sahut pemuda itu saat dia melihat Sara sedang kebingungan di pinggir jalan. Sontak gadis itu terkejut dan langsung menoleh ke samping, terlihat bos tampannya dengan wajah dinginnya itu. "Ck, heran itu wajah apa kulkas, dingin banget" lirihnya memalingkan wajahnya sejenak lalu dia menoleh kembali ke arah sang bos dengan kikuk. "Saya ketinggalan Bis Pak Bos, sekarang sedang cari angkutan umum," sahutnya santai sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Bryan sempat terdiam sejenak dan dia memberi isyarat gadis itu untuk masuk ke dalam mobil. Sara tentu bingung dengan gelagat aneh bosnya itu. Membuat Bryan berdecak sebal. "Masuk, mau sampai kapan kamu di sini? Ingat, saya tidak suka kalau ada karyawan telat masuk Kantor. Untuk kasus kamu hari ini, saya beri keringanan," sahutnya santai tetap dengan tatapan datarnya. Ingin Sara mengumpat tapi dia harus sabar, "Ngomong dong Pak, kan saya ga p