"Maaf menunggu lama" sahut Sara, wanita itu langsung duduk di depan Zein.Pemuda itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Santai saja, sudah pesan?"Wanita itu menganggukkan kepalanya, "Jadi ada apa Kak?""Bagaimana kabar kamu dan Bryan?""Baik" sahutnya terlihat bingung karena pemuda itu tidak menjawab pertanyaannya."Baguslah dia mendengar ucapanku" Sara mengerutkan keningnya bingung, "Kamu harus berterimakasih sama Rani, Tiara dan saya karena sudah membantu hubungan kalian berdua"Sara terlihat tersenyum, "Baiklah terimakasih Tuan, jadi ada apa Tuan memanggil saya? Tidak biasanya Tuan mengajak saya bertemu, biasanya Tuan akan langsung muncul di depan rumah kalau merindukan saya dan Kila""Dengarkan baik-baik ucapan saya dan jangan kamu potong ucapan saya" Sara menganggukkan kepalanya, saat pemuda itu ingin mengeluarkan suaranya. Pelayan datang membawa pesanan Sara.Setelah pelayanan
Seorang gadis cantik sedang menunggu gelisah di kursi dekat sebuah ruangan yang bertuliskan HRD. Tak lama namanya dipanggil, dia menghela nafas panjang untuk menetralkan kegugupannya lalu merapihkan pakaiannya. Lalu masuk ke dalam dan duduk di depan seorang pria tampan, gadis cantik itu sempat terpesona sesaat. Sayangnya di tangannya sudah terpasang cincin pernikahan.Pria itu tersenyum pada gadis itu, gadis itu hanya tersenyum singkat saja karena dia sungguh gugup saat ini. "Santai saja, saya tidak galak. Bisa dimulai?" tanya pria itu, gadis cantik itu mengangguk. "Sara Ishaq, nama yang bagus kamu ada keturunan arab?""Tidak Pak, Papah asli Palembang Mamah asli Banjarmasin," sahutnya sambil mengepal tangannya di atas roknyaSara, nama gadis cantik itu masih terlihat gugup dan masih berusaha untuk mencoba merilekskan tubuhnya, pria itu mengangguk. "Panggil saja saya Reno, kamu sudah pernah kerja sebelumnya?"Sara mengangguk, dia menceritakan pengalaman bekerjanya pada Reno. Pria
Sara sudah siap dengan pakaian formalnya, dia bahkan sudah siap sejak jam setengah 6 pagi karena tidak ingin telat, selain itu dia juga mengejar jadwal angkutan umum deket rumahnya. Setelah bersih-bersih dan sarapan Sara melihat ke arah arlojinya sudah menunjukkan pukul 6 pagi, dia memutuskan untuk segera berangkat. Beruntungnya gadis berwajah arab itu mendapat bis dan pagi ini bis cukup sepi, sambil menunggu bis sampai tujuan ia mengambil headset dan memakai sebelah saja untuk mendengarkan musik dari ponselnya. Sampai ada seorang pemuda dengan pakaian casualnya meminta izin pada gadis itu untuk duduk di sampingnya. Sara melihat ke sekeliling dan baru sadar kalau bangku sudah penuh, hanya tersisa bangku di sampingnya yang kosong. Gadis itu hanya mengangguk sambil tersenyum membiarkan pemuda tampan itu duduk di sampingnya, sepertinya dia masih kuliah. "Terima kasih Mbak," sahutnya, Sara hanya tersenyum. "Masnya kerja di mana?" tanyanya basa-basi. "Saya masih kuliah Mbak, sudah
Setelah jam makan siang Bryan akan meeting dengan klien dari Dubai di restoran China. Perusahaan yang Bryan kelola bergerak di bidang Textile dan sudah ada beberapa cabang di Indonesia dan di Dubai. Perusahaan yang Bryan pegang itu sebenarnya cabang perusahaan dari perusahaan sang ayah dan pamannya. Bisa dibilang perusahaan turun temurun, kakeknya merintis perusahaan ini benar-benar dari nol sampai bisa sukses seperti sekarang. Sayangnya sang ibu meninggal saat Bryan pertama kali menjalankan cabang perusahaannya. Kembali ke cerita, Bryan sedang berkutat dengan dokumen di tangannya. Tak lama ia berhenti sejenak karena merasakan tubuhnya yang tidak enak. Dia langsung menghubungi Sekretarisnya dan memintanya untuk ke ruangannya, tak lama Sara datang dan saat ini berdiri di depan pemuda tampan itu yang terlihat sedikit pucat. "Bapak baik-baik saja? Wajah Bapak sedikit pucat," sahutnya dengan nada yang khawatir. Bryan hanya diam saja sambil memejamkan matanya karena pusing. "Tolon
Saat ini Sara sedang ada di toilet untuk membenarkan penampilannya. Jujur saja dia sangat gugup hari ini karena dia akan bertemu dengan klien dari luar negri. "Huh, semangat. Jangan sampai keluar, nyari pekerjaan susah apalagi nyari jodoh," sahutnya sambil menghela nafas panjang. Setelah selesai merapihkan penampilannya, Sara keluar dari toilet menuju ke arah tempat bos tampannya berada. Saat sedang berjalan menuju ke arah ruangan tempat Bryan dan cliennya berada, ada seseorang yang menyeretnya menuju ke arah gudang belakang. Seseorang itu memakai topi, masker dan jaket yang tudungnya dia naikkan untuk menutupi topi dan kepalanya. Seseorang itu mencekik Sara cukup kuat, Sara tentu saja memberontak dan berusaha untuk melepaskan cekikan seseorang itu. "Bisa-bisanya kau hidup dengan baik setelah merenggut nyawa Fanya" sahutnya, terlihat rahangnya mengeras karena marah. Sara tidak bisa berkata-kata apa-apa karena dia kesulitan bernafas. tangannya berusaha untuk melepaskan cekikan
Keesokan harinya "Kamu ngapain masih di sini? Ini sudah masuk jam Kantor," sahut pemuda itu saat dia melihat Sara sedang kebingungan di pinggir jalan. Sontak gadis itu terkejut dan langsung menoleh ke samping, terlihat bos tampannya dengan wajah dinginnya itu. "Ck, heran itu wajah apa kulkas, dingin banget" lirihnya memalingkan wajahnya sejenak lalu dia menoleh kembali ke arah sang bos dengan kikuk. "Saya ketinggalan Bis Pak Bos, sekarang sedang cari angkutan umum," sahutnya santai sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Bryan sempat terdiam sejenak dan dia memberi isyarat gadis itu untuk masuk ke dalam mobil. Sara tentu bingung dengan gelagat aneh bosnya itu. Membuat Bryan berdecak sebal. "Masuk, mau sampai kapan kamu di sini? Ingat, saya tidak suka kalau ada karyawan telat masuk Kantor. Untuk kasus kamu hari ini, saya beri keringanan," sahutnya santai tetap dengan tatapan datarnya. Ingin Sara mengumpat tapi dia harus sabar, "Ngomong dong Pak, kan saya ga p
"Itu leher kamu kenapa?" tanya Tiara khawatir. "Kemarin tiba-tiba ada orang aneh yang langsung mencekik aku terus bilang, aku masih bisa hidup baik-baik saja setelah menghilangkan nyawa Fanya, Fanya anaknya siapa aku aja ga tau" sahutnya santai. Tiara yang mendengar itu langsung terdiam, Sara yang melihat Tiara diam saja mengerutkan keningnya. Baru saja dia akan mengeluarkan suara, Sara mendapatkan notifikasi Wa dari atasannya. Bryan tau kalau ada Tiara di sana, dan dia membiarkannya saja karena yang dia lihat gadis itu tetap bekerja dan sepertinya Tiara membantu pekerjaan gadis itu. "Beb, aku ke ruangan Pak Bos dulu ya, kenapa aku takut ya? Apa aku mau diomelin lagi," sahutnya sambil menyimpan file-filenya terlebih dulu. "Tolong liatin dan cek apa sudah disimpan atau belum file-filenya aku takut lupa" sahutnya sebelum membuka pintu. Tiara menganggukkan kepalanya dan gadis itu keluar dari ruangannya menuju ke ruangan Bryan. "Ada apa ya Pak?" tanya gadis itu setelah menutup
Seorang gadis cantik turun dari taksi, dia sempat merapihkan penampilan sejenak lalu masuk ke dalam lobi perusahaannya. Saat masuk ke dalam lobi dia agak bingung karena ramai sekali orang di sana. Sampai dia melihat temannya yang menuju ke arahnya sambil memainkan ponselnya. Langsung saja Sara menghalangi gadis itu membuat gadis itu terkejut, "Eh Titi, kok rame sih? Ada apa?" "Pak Bryan buka loker buat Sekretaris dan mereka kandidatnya," sahut gadis itu santai, karena dia ada urusan dan dia terburu-buru dia langsung pamit pada gadis itu dan pergi keluar perusahaan. Gadis itu masuk ke dalam, saat dia akan menekan lift ada seseorang yang berdehem padanya membuat gadis itu terkejut. Saat Sara menoleh ke samping dia hanya tersenyum sambil menggaruk kepala bagian belakangnya saja saat melihat pemuda tampan yang sudah melipat tangannya di depan dadanya. "Alasan kali ini apa lagi" sahutnya datar. "Saya ga ada alasan, Bapak sendiri yang meminta saya menemui klien dulu sebelum sampa