Share

3. Ae-in

Author: Author MungiL
last update Last Updated: 2023-10-04 09:59:35

"Bagaimana bisa kau ada sini, Rafan?" Yuan menoleh ke kanan dan kiri, ia tak menjumpai siapa pun di sini kecuali Rafan. Tidak ada sekretaris atau setidaknya bawahan pria itu. Untuk apa pria ini datang ke pusat perbelanjaan di jam kerja seperti ini? Batinnya.

"Memangnya kenapa kalau aku ada di sini? Ini di tempat umum, siapa pun berhak ke sini asal punya duit. Adikku menyukai warna cerah, ini bagus untuk menggodanya nanti malam."

Rafan mengambil lingerie yang masih berada di tangan Yuan dan mengembalikannya ke tempat semula lalu menyodorkan lingerie pilihannya. Tak kunjung diterima Yuan, pria itu menarik tangan wanita itu dan meletakkannya di gantungan lingerie yang ia bawa. Sedetik kemudian, lingerie itu sudah berpindah tangan. 

Yuan yang tercengang dan masih shock hanya bergeming. Tak ada perlawanan ataupun kalimat yang wanita itu keluarkan. Ia hanya mampu menatap Rafan yang nampak biasa saja setelah kejadian semalam. Padahal ia dengan susah payah berusaha melupakan, tapi yang ada malah pria ini muncul terus di pikiran dan sekarang ada di depannya. Sungguh ia hanya bisa mematung di tempat, untuk menelan salivanya saja terasa sulit. 

"Aku ada sesuatu yang lain untukmu, Yuan." Rafan merogoh saku jasnya dan, "krim untuk menutupi karya ku yang ada di balik pakaianmu. Ini sangat ampuh," bisiknya di telinga Yuan yang membuat jantung wanita itu terasa berhenti berdetak seketika. 

Yuan baru bisa menggerakkan tubuhnya ketika Rafan sudah pergi dari hadapannya. Buru-buru ia merogoh tas mungil yang talinya tersampir di pundak. Ia menatap krim yang berukuran kecil dan sedikit panjang. 

'Apa-apaan ini.'

Dengan kesal ia kembali memasukkan krim itu ke dalam tas. Hilang sudah mood-nya untuk berbelanja. Ia berjalan menuju kasir dengan tanpa sadar membawa lingerie yang diberikan oleh Rafan. Ia baru sadar ketika sudah sampai kasir dan menyerahkan baju itu pada pekerja. Meskipun dalam hati ia merutuki kebodohannya, ia tetap saja membawa barang itu pulang. 

°°°

Malam harinya, Yuan berkutat di depan cermin. Setelah ia membersihkan diri, kini ia ingin mempercantik diri. dengan menggunakan make up tipis, ia sudah siap menyambut kedatangan sang suami. 

Yuan dengan was-was duduk di tepi ranjang. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam saat terdengar mobil masuk pekarangan rumah. Ini adalah pertama kalinya bagi keduanya terpisah untuk beberapa hari. Itulah sebabnya, Yuan sedikit gugup malam ini. Apalagi jika mengingat lingerie yang ia kenakan adalah pilihan Rafan. Ah sudah, lupakan asal usul lingerie ini. 

"Surprise!" kata Yuan dengan bibir yang merekah. 

Untuk sejenak Danish terdiam seraya mengamati keadaan kamarnya. Bunga mawar tersebar di seluruh ranjang. Lampu temaram yang menyala dan juga ada beberapa lilin di sudut kamar membuat suasana romantis seketika memenuhi ruangan. 

"Apa ini, Yuan? Kau menyiapkan semua ini? Kita bukan lagi pengantin baru. Untuk apa semua ini?" 

Reaksi Danish sungguh diluar dugaannya. Ia menunggunya dengan sabar sepanjang hari, rindu yang teramat dalam membuat detik-detik ini begitu istimewa. Tapi kalimat yang terdengar dari mulut Danish sedikit mencubit hatinya. Sangat jelas tak ada senyum atau kebahagiaan di bibir pria itu. Yuan kecewa, tapi sebisa mungkin tak ia tunjukkan. 

"Ya memang kita bukan pengantin baru, tapi ini adalah pertama kalinya kita berpisah selama satu minggu. Tentu saja perpisahan ini membuat aku merindukanmu, Mas. Dan dengan cara inilah aku menyambutmu. Kau juga rindu aku, kan?" Yuan berjalan mendekat. 

"Nggak begini juga, Yuan. Kau, kan, tahu, aku perjalanan dari luar kota dan jauh. Aku cape, aku mau bersih-bersih, habis itu istirahat. Jangan berusaha menggodaku, biarkan suamimu ini merehatkan badan. Kalau kau merindukan yang lain, besok akan aku beri." Danish mengusap puncak kepala wanita itu dan mengecup keningnya singkat, lalu melipir ke kamar mandi. 

Yuan masih mematung di tempat. Kenapa suaminya tiba-tiba terlihat berubah? Tak biasanya laki-laki itu tidak menghargai usaha dan kerja kerasnya. 

'Ah mungkin memang Mas Danish kecapean aja. Dia nggak berubah, Yuan. Nggak usah overthinking.'

Wanita itu membuang jauh-jauh pikiran buruknya. Meskipun dalam hati dan logikanya kini tengah ribut, ia berusaha untuk tetap berpikir positif. Ia berusaha keras untuk meyakini bahwa suaminya itu memang keletihan. 

"Mau aku buatkan kopi atau minuman lain? Atau kau mau makan sesuatu?" Yuan bertanya saat suaminya baru saja membuka pintu kamar mandi. Ia mengganti lingerinya dengan pakaian tidur setelah menyiapkan baju tidur untuk sang suami. 

"Tidak perlu. Aku mau langsung tidur."

Yuan mengangguk dan membawa tubuhnya untuk berbaring di ranjang kosong samping suaminya. Meskipun dalam hatinya ia cukup bertanya-tanya apa yang membuat suaminya seperti berubah menjadi acuh. Seumur-umur tidak pernah Yuan diperlakukan seperti ini oleh Danish. Pikiran yang ingin berpikir positif itu ternyata tidak sejalan dengan kata hatinya. 

°°°

Pagi harinya, matahari muncul di balik cakrawala dengan lembut, menyinari dunia dengan sinar keemasan. Suara burung bernyanyi dengan gembira, menyapa hari baru yang penuh potensi. Udara segar pagi mengisi paru-paru dengan kehidupan, dan embun di daun-daun memberikan kilauan magis yang menghipnotis. 

Di seberang jendela, taman bunga mulai mekar dengan indahnya. Bunga-bunga mawar, anggrek, dan tulip memberikan tampilan yang mengagumkan. Seekor kupu-kupu beterbangan di antara bunga-bunga itu, menambahkan sentuhan kecantikan alami. 

"Aku suka pagi hari," kata Yuan memandangi taman samping rumah yang ada di bawah sana. 

Sebuah rangkulan yang ia rasakan di sepanjang perutnya membuatnya sedikit terkejut. Di detik berikutnya, ada sebuah beban di pundaknya, bukan beban yang berat. Ia menyukai beban kepala suaminya itu. 

"Secangkir kopi sepertinya cukup untuk menghangatkanku pagi ini."

"Kau merindukan kopi buatanku? Aku akan segera kembali dan membawanya."

"Kau yang terbaik."

Yuan dengan semangat baru menuruni anak tangga satu persatu dan menuju dapur. Ia akan membuatkan kopi spesial seperti biasanya untuk sang suami. Senyum terukir sejak tadi, bgaimana tidak? Sikap suaminya kembali seperti biasanya, itu artinya memang semalam ia benar-benar kelelahan. Sungguh Yuan merasa bersalah karena berpikir yang tidak-tidak semalam. 

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Yuan untuk membawa secangkir kopi itu ke kamar. Namun begitu ia membuka pintu tak ia dapati suaminya di sana. Mendengar gemericik air di kamar mandi, Yuan tidak perlu bertanya ke mana perginya suaminya. 

Ponsel yang berada di atas nakas berdering bersamaan saat Yuan meletakkan secangkir kopi buatannya. Keningnya pun mengernyit, pasalnya ini masih terlalu pagi untuk menelepon seseorang. 

"Ae-in?" Kening Yuan tambah mengernyit ketika melihat nama kontak yang menelpon suaminya sepagi ini. 

Yuan hampir saja menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan. Namun, secepat kilat sebuah tangan menyambar ponsel itu dan menatapnya dengan tatapan tajam seolah tatapan mata itu menunjukkan bahwa, apa yang dilakukan Yuan adalah sesuatu yang lancang. 

"Siapa yang menghubungimu sepagi ini, Mas? Siapa Ae-in?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Akhir Cerita

    Setelah proses panjang di pengadilan, Rafan dinyatakan bersalah atas pembunuhan berencana dan berbagai tindakan kriminal lainnya yang terkait dengan kematian Alea. Hakim menjatuhkan hukuman penjara selama 20 tahun kepada Rafan.Yuan dan sang ibu mertua hanya bisa menangis sejadi-jadinya, siapa yang menyangka jika hukuman akan selama dan sepanjang ini. Rafan menghampiri keluarganya dengan wajah yang tampak tegar meski lelah, dan ia mencoba tersenyum untuk menguatkan istri dan kedua orang tuanya. Yuan tidak bisa menahan air matanya. "20 tahun, Rafan. Itu waktu yang sangat lama. Bagaimana bisa aku melalui hari tanpamu?" Wanita itu menghambur ke pelukan suaminya. Sayang, Rafan tak bisa membalas pelukan itu lantaran tangannya sudah terborgol. Rafan menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku tahu, Yuan. Ini memang lama, tapi aku akan menjalani hukuman ini dengan tenang. Aku ingin menebus semua kesalahanku. Dan aku butuh kamu untuk tetap kuat di luar sana."Yuan menggengg

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Memaafkan

    Rafan mengulurkan tangan untuk membantu Antoni duduk sempurna. Napas mereka belum kembali normal, masih beradu dengan kenyataan yang tak hanya membuat lelah fisik. Antoni merasakan tubuhnya lemas, tetapi pikirannya terus berputar. Kata-kata Alea terus terngiang-ngiang di telinganya. "Jangan biarkan cinta merubah apa pun dalam dirimu."Ia menatap Rafan dengan pandangan yang penuh kebencian, tetapi di balik kebencian itu, ada secercah kesadaran. Alea benar, ia telah membiarkan kebencian menguasai dirinya terlalu lama. Jika ia terus berjalan di jalan ini, ia akan menjadi apa yang Alea tidak inginkan. "Antoni, tolong dengarkan aku," suara Yuan terdengar lagi, lebih lembut, "Kita bisa mengakhiri ini sekarang. Rafan bersedia menerima hukumannya. Biarkan hukum yang mengadili."Antoni menatap Yuan dengan mata yang penuh dengan emosi yang bercampur aduk. Di satu sisi, ia ingin membalas dendam, ingin Rafan merasakan penderitaan yang ia rasakan. Tetapi di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan p

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Lanjut Atau berhenti?

    Dalam pertarungan itu, Rafan berhasil merebut pistol yang terjatuh saat terjadi baku hantam. Mereka bergulat di lantai, saling rebut senjata. Yuan berteriak memohon agar mereka menyudahi kegaduhan ini. Namun, suara teriakannya tenggelam dalam suara pertarungan sengit itu. "Rafan, lempar pistolnya ke sini! Rafan kau dengar aku? Lempar ke sini, Rafan!" Yuan berteriak sekuat yang ia bisa. Saat ini hanya itu yang bisa ia lakukan. Tak lama kemudian, Rafan melakukan apa yang diminta sang istri, ia melempar senjata itu meski asal. Antoni mengamuk saat senjata itu berada di tangan Yuan. Ia kembali bangkit dengan membawa pukulan dan tendangan yang lebih brutal. Rafan hanya menghindar tak berniat membalas. Ia sedang mengumpulkan tenaga untuk menghentikan ini. Pukulan demi pukulan yang disodorkan tak membuahkan hasil membuat Antoni lelah sendiri. Di saat itulah, Rafan mengerahkan tenaga yang baru ia kumpulkan. Dengan sekali tendang di dada, Antoni tersungkur tak berdaya. "Rafan suda

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Saling Serang

    "Antoni, tolong pikirkan lagi! Apakah ini yang benar-benar diinginkan oleh Alea? Apakah dia ingin kau hidup dengan kebencian dan dendam seperti ini?""Kau tidak tahu apa-apa! Kau mungkin pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kau cintai, seseorang yang kau sayangi, tapi apakah kau pernah kehilangan seseorang dengan cara yang kejam? Sepertinya ikut melenyapkan mu juga pilihan yang bagus. Rafan juga harus merasakan apa yang aku rasakan. Kehilangan seseorang dengan cara yang kejam."Rafan maju perlahan, melihat Antoni yang kesetanan membuat ia takut hilang kendali dan justru mengikutsertakan Yuan dalam permasalahan masa lalunya. "Dengarkan aku Antoni, aku menyesal. Aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan untuk menebus kesalahanku. Aku akan melakukan apa pun yang kau minta, lakukan apa saja padaku, tapi jangan libatkan Yuan dalam hal ini. Ini murni kesalahanku, bukan?"Antoni tersenyum miring, "Kau pikir aku akan melepaskan orang yang kau cintai begitu saja? Dia ba

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Pertemuan Dua Pria

    "Yuaaann!"Suara Rafan menggema di seluruh ruangan, memecah keheningan yang melingkupi gedung lantai dua itu. Yuan terkejut melihat suaminya muncul, wajahnya penuh kepanikan dan ketakutan, napasnya pun sudah tersengal-sengal. Nampaknya ia berlari dari halaman gedung hingga naik ke titik ini. Antoni menoleh, tatapannya sangat memperjelas bahwa kebencian dirinya terhadap Rafan benar-benar berada di puncak. "Kau!" teriak Antoni mengarahkan pistolnya ke arah Rafan. "Akhirnya kau datang juga, akhirnya aku dengan leluasa bisa melihat wajahmu. Kau adalah awal dari segala penderitaanku. Kau harus membayar semuanya, Rafan. Nyawa, kebahagiaan, waktu, sakitku, dan hancurnya kehidupanku hanya karena kau!"Rafan mengangkat kedua tangannya, berusaha menunjukkan bahwa ia tak bersenjata dan tidak ada niatan untuk melawan. "Dengar aku! Aku dan kau tidak saling kenal, aku tidak tahu di sini kau siapa, tapi aku tahu siapa yang yang kau maksud. Aku tahu yang kau maksud adalah Alea, wanita yang ada di

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Terungkap

    Yuan masih terpaku di tempat. Pandangannya tak lepas dari layar monitor yang terus berjalan menampilkan gambaran masa lalu raffan yang tidak ia ketahui. Dalam waktu beberapa menit itu, slide-slide itu seolah menayangkan hampir setengah kehidupan masa muda sang suami. Semua masih menampilkan wajah-wajah yang sama, tak ada yang aneh. Rafan memang setia dalam menjalin hubungan. Bukankah wajar dan tidak ada keanehan dengan foto-foto yang ditampilkan? Itu bagian dari masa lalu dan apa masalahnya? Hingga akhirnya, pikiran Yuan yang begitu positif itu terkacaukan dengan sebuah chat. Selintas ia membaca kata "gugurkan" dan membuatnya mengatakan... "Stop! Kembali ke slide sebelumnya!"Antoni menurut, ia kembali menampilkan foto sebelumnya. "Sekarang kau tahu kenapa hingga detik ini Rafan tidak punya anak? Karma. Dia sedang menjalani karmanya. Pasti kau bertanya-tanya, siapa perempuan itu, siapa aku, apa hubungannya dengan kekacauan dalam hidupmu? Aku yakin banyak pertanyaan dalam benakmu. K

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status