Share

2. Lingerie

Author: Author MungiL
last update Last Updated: 2023-10-04 09:50:50

"Tutup mulutmu adik ipar, kau ingin membuat semua penghuni rumah datang ke sini dan melihat keadaan kita?" Rafan kembali melompat ke ranjang seraya membekap mulut Yuan yang berteriak ketika mendapati dirinya yang masih belum mengenakan celana.

Dengan kasar Yuan memindahkan tangan kakak iparnya dari mulutnya, "kau yang salah, dan lagipula kenapa kau naik lagi di ranjangku? Harusnya kau cepat-cepat pakai celana dan keluar dari sini. Oh Tuhan, kau membuat mataku tercemar oleh adik kecilmu itu."

Air muka Rafan berubah menjadi wajah-wajah tak terima sekaligus tercengang. Bagaimana bisa Yuan mengatakan bahwa adiknya ini kecil di saat semalam mereka menghabiskan malam panas dengan dirinya yang tak henti-hentinya memuja betapa nikmatnya adiknya ini. 

"Apa kau bilang, adikku kecil? Seharusnya aku merekam kegiatan panas kita semalam supaya aku ada bukti, bahwa kau selalu memuja adik yang kau sebut kecil ini. Di setiap kali aku memberikan hentakan kau selalu–."

"Sudah cukup Rafan, hentikan! Kita akan menghabiskan waktu seharian hanya untuk berdebat, sekarang pergi dari kamarku. Dan jangan ingat-ingat kejadian semalam, kita sudah berjanji akan melupakannya."

Rafan kembali bangkit dari ranjang dan memakai celannya dengan cepat. Sungguh ia baru tahu jika adik iparnya ini cukup menyebalkan. Sudah satu tahun ini Yuan penyandang status sebagai adik iparnya, namun baru tiga bulan belakangan intensitasnya bertemu dengan Yuan jauh lebih sering lantaran dirinya yang setelah menyandang status duda kembali tinggal di rumah kedua orang tuanya. 

"Jangan lupa aku adalah kakak iparmu, tidak sopan adik ipar hanya memanggil nama kakaknya," ujar Rafan sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan kamar. 

Yuan hanya mencebik. Ia sangat kesal pada dirinya sendiri, betapa bodohnya ia yang selalu memberikan pujian di malam panas semalam. Kembali mengingat betapa dahsyatnya penyatuan semalam membuat wanita itu kembali menunduk memperhatikan seluruh tubuhnya, memastikan bahwa tidak ada bekas atau jejak apa pun yang ditinggalkan oleh Rafan. Untunglah hanya ada beberapa gigitan kecil yang berada di bagian tertutupnya. 

Yuan memutuskan untuk membersihkan dirinya begitu menyadari bahwa ia sudah harus segera turun untuk melakukan ritual sarapan. 

Setelah setengah jam berkutat pada dirinya sendiri, Yuan akhirnya turun ke lantai dasar. Hawa canggung tiba-tiba saja menyeruak saat langkahnya semakin dekat dengan meja makan. Di sana semua orang sudah berkumpul, tak terkecuali Rafan. 

"Selamat pagi semuanya," sapa Yuan seperti biasa.

"Selamat pagi, Sayang. Tumben kamu bangunnya belakangan, biasanya juga duluan kamu ketimbang Ibu."

"Ah iya, Bu. Sebenarnya aku udah bangun dari tadi, tapi Mas Danish sempat telepon. Jadi aku lupa waktu," jawab Yuan sedikit gugup dan mendaratkan bokongnya di kursi. 

Aroma tubuh Yuan seketika menyeruak dan memaksa masuk di indra penciuman Rafan. Pria itu sedikit kesulitan menelan ludahnya ketika aroma tubuh Yuan berjejal masuk di hidungnya. Bahkan ia sedikit gugup saat ingatannya kembali terlempar pada malam panas semalam. 

Ya, ia menyebutnya malam panas. Karena di setiap gerakan, gaya, dan juga lengkuhan wanita itu mampu membuatnya terbakar oleh hasrat terpendam yang sudah lama tak ia salurkan. Ah sungguh, ia merindukan mendiang istrinya saat ini. 

Merasa bahwa dirinya tidak mampu berlama-lama berada di dekat Yuan, ia segera menyudahi sarapannya dan berlalu dari meja makan dengan wajah yang menyebalkan di mata Yuan tentunya. 

"Yuan," panggil Bu Veronica di sela-sela makannya. 

"Iya, Bu."

"Kau belum ada tanda-tanda hamil?" tanyanya dengan hati-hati. 

Bu Veronica sebenarnya tidak enak hati ketika menanyakan hal sensitif ini kepada menantunya. Tapi di sisi lain, beliau sangat ingin segera menimang cucu dari hasil pernikahan anak bungsunya ini. Mengingat usianya sudah tidak lagi muda dan beliau juga baru saja kehilangan cucu dari Rafan. Beliau ingin sekali rumah itu segera terdengar suara tangis bayi yang meramaikan hari-hari tuanya. 

"Belum, Bu. Ibu yang sabar, ya. Aku juga sama kayak Ibu, kok. Aku juga maunya cepet punya momongan. Baik aku maupun Mas Danish juga punya keinginan yang sama. Mungkin belum dikasih aja." 

Jika Bu Veronica merasa tak enak hati ketika bertanya, maka Yuan pun merasakan kesedihan yang dalam. Sudah satu tahun ia menikah, dan tak ada tanda-tanda kehamilan menjadi beban untuknya. Terlebih lagi mengingat kakak iparnya dulu hanya butuh waktu dua bulan saja untuk mengandung. 

Mengingat kakak iparnya yang telah tiada membuatnya lagi-lagi teringat Rafan. Setiap kali ia mengingat pria itu, yang ada dalam ingatanya adalah pertarungannya di ranjang. 

"Kau Kenapa Yuan? Kepalamu sakit, kau sedang tidak enak badan?" tanya Bu Veronica saat menantunya terlihat memijat pelipisnya. 

"Ah nggak kok, Bu. Aku nggak apa-apa, mungkin aku lagi bosan aja karena nggak ada Mas Danish." 

"Keluarlah. Ke taman, ke mall, ke salon, atau ke mana pun yang kau mau. Banyak pikiran dan stress berpengaruh juga untuk kesuburan. Pastikan pikiranmu selalu enjoy, bahagia, tenang, dan senang."

Yuan mengangguk mengiyakan perkataan ibu mertunya. Jika dipikir-pikir sudah lama ia tidak keluar rumah. Tak ada salahnya jika ia kali ini merefresh isi kepalanya yang melulu tertuju pada aktivitas panas itu. 

Akhirnya pagi itu selesai sarapania memutuskan jalan-jalan. Ke salon adalah pilihan pertamanya. Dalam kepalanya sudah ada rencana akan berbelanja untuk dirinya sendiri dan suaminya setelah mempercantik diri. Mendengar kabar bahwa suaminya akan pulang nanti malam keinginan untuk tampil cantik sedang diujung kepala. 

Selesai dengan urusan tubuh dan kecantikannya, Yuan langsung melipir ke pusat perbelanjaan. Sebenarnya ia tak terbiasa masuk ke tempat ramai dan sebesar ini seorang diri. 

Tempat tujuan pertama yang ia datangi adalah deretan baju tidur yang seksi, tipis, dan menggoda. Banyak sekali lingerie dengan varian warna dan model yang tergantung di sana. Yuan menjereng beberapa lingerie sembari membayangkan bagaimana lekuk tubuhnya, apakah cukup menggoda, apakah dengan model-model dan warna yang membingungkannya bisa menggoda suaminya nanti? 

"Yang mana, ya? Gini nih kalau belanja nggak bawa temen. Bingung, kan, mau pilih yang mana? Ini warnanya bagus, tapi yang ini modelnya juga bagus. Yang satu nggak suka warnanya, yang satu nggak suka modelnya." Yuan menimbang-nimbang dan mengamati dua lingerie yang berada di tangan kanan kirinya. 

"Kau bingung menentukan yang mana? Bagaimana kalau ini?" Sebuah suara terdengar sangat dekat. Ia menurunkan kedua lingerie yang ia junjung setinggi ujung kepalanya. Dan seketika kedua matanya membulat. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Akhir Cerita

    Setelah proses panjang di pengadilan, Rafan dinyatakan bersalah atas pembunuhan berencana dan berbagai tindakan kriminal lainnya yang terkait dengan kematian Alea. Hakim menjatuhkan hukuman penjara selama 20 tahun kepada Rafan.Yuan dan sang ibu mertua hanya bisa menangis sejadi-jadinya, siapa yang menyangka jika hukuman akan selama dan sepanjang ini. Rafan menghampiri keluarganya dengan wajah yang tampak tegar meski lelah, dan ia mencoba tersenyum untuk menguatkan istri dan kedua orang tuanya. Yuan tidak bisa menahan air matanya. "20 tahun, Rafan. Itu waktu yang sangat lama. Bagaimana bisa aku melalui hari tanpamu?" Wanita itu menghambur ke pelukan suaminya. Sayang, Rafan tak bisa membalas pelukan itu lantaran tangannya sudah terborgol. Rafan menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku tahu, Yuan. Ini memang lama, tapi aku akan menjalani hukuman ini dengan tenang. Aku ingin menebus semua kesalahanku. Dan aku butuh kamu untuk tetap kuat di luar sana."Yuan menggengg

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Memaafkan

    Rafan mengulurkan tangan untuk membantu Antoni duduk sempurna. Napas mereka belum kembali normal, masih beradu dengan kenyataan yang tak hanya membuat lelah fisik. Antoni merasakan tubuhnya lemas, tetapi pikirannya terus berputar. Kata-kata Alea terus terngiang-ngiang di telinganya. "Jangan biarkan cinta merubah apa pun dalam dirimu."Ia menatap Rafan dengan pandangan yang penuh kebencian, tetapi di balik kebencian itu, ada secercah kesadaran. Alea benar, ia telah membiarkan kebencian menguasai dirinya terlalu lama. Jika ia terus berjalan di jalan ini, ia akan menjadi apa yang Alea tidak inginkan. "Antoni, tolong dengarkan aku," suara Yuan terdengar lagi, lebih lembut, "Kita bisa mengakhiri ini sekarang. Rafan bersedia menerima hukumannya. Biarkan hukum yang mengadili."Antoni menatap Yuan dengan mata yang penuh dengan emosi yang bercampur aduk. Di satu sisi, ia ingin membalas dendam, ingin Rafan merasakan penderitaan yang ia rasakan. Tetapi di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan p

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Lanjut Atau berhenti?

    Dalam pertarungan itu, Rafan berhasil merebut pistol yang terjatuh saat terjadi baku hantam. Mereka bergulat di lantai, saling rebut senjata. Yuan berteriak memohon agar mereka menyudahi kegaduhan ini. Namun, suara teriakannya tenggelam dalam suara pertarungan sengit itu. "Rafan, lempar pistolnya ke sini! Rafan kau dengar aku? Lempar ke sini, Rafan!" Yuan berteriak sekuat yang ia bisa. Saat ini hanya itu yang bisa ia lakukan. Tak lama kemudian, Rafan melakukan apa yang diminta sang istri, ia melempar senjata itu meski asal. Antoni mengamuk saat senjata itu berada di tangan Yuan. Ia kembali bangkit dengan membawa pukulan dan tendangan yang lebih brutal. Rafan hanya menghindar tak berniat membalas. Ia sedang mengumpulkan tenaga untuk menghentikan ini. Pukulan demi pukulan yang disodorkan tak membuahkan hasil membuat Antoni lelah sendiri. Di saat itulah, Rafan mengerahkan tenaga yang baru ia kumpulkan. Dengan sekali tendang di dada, Antoni tersungkur tak berdaya. "Rafan suda

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Saling Serang

    "Antoni, tolong pikirkan lagi! Apakah ini yang benar-benar diinginkan oleh Alea? Apakah dia ingin kau hidup dengan kebencian dan dendam seperti ini?""Kau tidak tahu apa-apa! Kau mungkin pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kau cintai, seseorang yang kau sayangi, tapi apakah kau pernah kehilangan seseorang dengan cara yang kejam? Sepertinya ikut melenyapkan mu juga pilihan yang bagus. Rafan juga harus merasakan apa yang aku rasakan. Kehilangan seseorang dengan cara yang kejam."Rafan maju perlahan, melihat Antoni yang kesetanan membuat ia takut hilang kendali dan justru mengikutsertakan Yuan dalam permasalahan masa lalunya. "Dengarkan aku Antoni, aku menyesal. Aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan untuk menebus kesalahanku. Aku akan melakukan apa pun yang kau minta, lakukan apa saja padaku, tapi jangan libatkan Yuan dalam hal ini. Ini murni kesalahanku, bukan?"Antoni tersenyum miring, "Kau pikir aku akan melepaskan orang yang kau cintai begitu saja? Dia ba

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Pertemuan Dua Pria

    "Yuaaann!"Suara Rafan menggema di seluruh ruangan, memecah keheningan yang melingkupi gedung lantai dua itu. Yuan terkejut melihat suaminya muncul, wajahnya penuh kepanikan dan ketakutan, napasnya pun sudah tersengal-sengal. Nampaknya ia berlari dari halaman gedung hingga naik ke titik ini. Antoni menoleh, tatapannya sangat memperjelas bahwa kebencian dirinya terhadap Rafan benar-benar berada di puncak. "Kau!" teriak Antoni mengarahkan pistolnya ke arah Rafan. "Akhirnya kau datang juga, akhirnya aku dengan leluasa bisa melihat wajahmu. Kau adalah awal dari segala penderitaanku. Kau harus membayar semuanya, Rafan. Nyawa, kebahagiaan, waktu, sakitku, dan hancurnya kehidupanku hanya karena kau!"Rafan mengangkat kedua tangannya, berusaha menunjukkan bahwa ia tak bersenjata dan tidak ada niatan untuk melawan. "Dengar aku! Aku dan kau tidak saling kenal, aku tidak tahu di sini kau siapa, tapi aku tahu siapa yang yang kau maksud. Aku tahu yang kau maksud adalah Alea, wanita yang ada di

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Terungkap

    Yuan masih terpaku di tempat. Pandangannya tak lepas dari layar monitor yang terus berjalan menampilkan gambaran masa lalu raffan yang tidak ia ketahui. Dalam waktu beberapa menit itu, slide-slide itu seolah menayangkan hampir setengah kehidupan masa muda sang suami. Semua masih menampilkan wajah-wajah yang sama, tak ada yang aneh. Rafan memang setia dalam menjalin hubungan. Bukankah wajar dan tidak ada keanehan dengan foto-foto yang ditampilkan? Itu bagian dari masa lalu dan apa masalahnya? Hingga akhirnya, pikiran Yuan yang begitu positif itu terkacaukan dengan sebuah chat. Selintas ia membaca kata "gugurkan" dan membuatnya mengatakan... "Stop! Kembali ke slide sebelumnya!"Antoni menurut, ia kembali menampilkan foto sebelumnya. "Sekarang kau tahu kenapa hingga detik ini Rafan tidak punya anak? Karma. Dia sedang menjalani karmanya. Pasti kau bertanya-tanya, siapa perempuan itu, siapa aku, apa hubungannya dengan kekacauan dalam hidupmu? Aku yakin banyak pertanyaan dalam benakmu. K

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Masuk Perangkap

    "Apa maksudnya dia mengirimku ke tempat seperti ini?! Apa aku sedang dibodohi?" gerutu Yuan seraya berjalan kembali ke mobilnya. Wanita itu belum selesai dengan keterkejutannya yang tanpa sengaja mendatangi sebuah rumah aborsi ilegal. Namun rupanya, semesta masih memberinya kejutan dengan kehadiran sosok pria berkulit putih di dalam mobilnya. "Siapa kau?" tanyanya dalam keadaan terkejut. Bagaimana tidak? Pria itu duduk kursi samping kemudi. "Itu tidak penting, yang lebih penting adalah informasi yang aku bawa. Informasi yang bisa menentukan masa depan dan jalan hidupmu selanjutnya. Jalan sekarang! Ikuti petunjuk yang aku berikan! Atau kau ... akan ditemukan menjadi mayat sebelum kau tahu rahasia besar yang dirahasiakan suamimu." Antoni mengarahkan pistol tepat di kepala Yuan. Manusia mana yang tidak gemetar jika dihadapkan dengan senjata tajam sementara dirinya tak menguasai apa pun dalam perkelahian atau menjinakkan senjata tajam, jangankan melakukan itu, memegang dengan benar da

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   Tempat Masa Lalu

    Rafan beberapa kali membolak-balikan kertas itu untuk meyakinkan diri. Tak ada apa-apa di benda itu. Bahkan setitik noda tinta pun tak ada. Ia juga dengan teliti memastikan bahwa tak ada apa-apa lagi di kaleng itu. Memang tidak ada, kosong, itulah kenyataan yang ada di hadapannya sekarang. Rasa takut, cemas, dan kekhawatirannya tak terbukti. Ia merasa lega karena tak ada hal apa pun yang menambah kecurigaan sang istri terhadapnya. Namun, kelegaan itu hanya berlangsung sementara saja, ia merasa kembali dikuliti saat mendapati tatapan sang istri yang mengarah padanya. Tatapannya biasa saja, tidak menakutkan bagi Rafan, tapi entah kenapa ia merasa terintimidasi oleh sorot mata wanita itu. Mungkin ini adalah efek lantaran dirinya yang menyembunyikan hal besar dari semua orang. "Sudah puas, Sayang? Tidak ada apa-apa, jadi tidurlah. Aku akan menyusul setelah mandi." Rafan kembali menggulung kertas dan memasukkan ke kaleng lalu ia letakkan benda itu di meja rias.Yuan mengangguk, tetapi ek

  • Tertawan Cinta Kakak Ipar   108. Surat Kaleng

    Rafan hendak membuka mulutnya untuk kembali menjawab pertanyaan dari Frans. Hanya saja, getaran di ponselnya membuat ia mengalihkan perhatian. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal terpampang di layar. Baginya sekarang tak mengherankan lagi ada banyak nomor yang menghubunginya. Si peneror seringkali mengganti nomornya saat menghubungi. Wajah yang semula biasa saja kini mendadak membuat raut tegang, wajahnya pucat, dan ia mulai di serang panik. "Sial! Frans, aku harus pulang." Hanya kalimat itu yang mampu Rafan keluarkan. Ia tergesa membawa dirinya keluar dari apartemen. Pesan dari peneoror ini membuat ia kembali kalang kabut. Rafan meluncur di jalan dengan kecepatan tinggi, hatinya berdegup kencang. Pemandangan di sekitarnya menjadi blur, hanya fokus pada satu tujuan, pulang. Ketegangan memenuhi udara di dalam mobil saat ia meraba-raba kantong saku, mengeluarkan ponselnya dengan gemetar. Layar ponsel terangkat menampilkan foto ancaman yang menakutkan. Rafan merasa napasnya se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status