Share

10. Dilema

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-31 21:42:16

**

“Kau … mengizinkan aku pergi ke hotel?”

Bella masih menatap sepasang manik hitam itu. Mungkin saja Andrew akan berada di hotel juga, dan mengingat apa yang bisa Giovanni lakukan, Bella khawatir pria itu akan menembak kepala Andrew jika keduanya bertemu dalam suasana tidak kondusif seperti ini.

“Sudah kukatakan, aku akan mengizinkanmu pergi ke manapun selama masih berada di bawah pengawasanku.”

“Baiklah, ayo antar aku ke sana sekarang. Aku akan sekalian mengajakmu makan siang di sana. Chef hotelku adalah yang terbaik, kau tahu.”

Giovanni tersenyum kecil –sesuatu yang jarang ia lakukan– saat melihat Bella berkata penuh semangat. Sepertinya Bella sudah bisa mengatasi rasa galau karena percekcokan dengan ayahnya barusan.

Maka Giovanni mendekat dan mengecup pipi wanitanya.

.

.

Tepat seperti apa yang Bella perkirakan, ia bertemu dengan mantan tunangannya di kantor hotel.

“Bella!” sebut Andrew segera, “kau datang?”

“Kau di sini untuk membereskan barang-barangmu, kurasa,” timpal Bella dat
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   63. Kau Adalah Surgaku

    **Mature ContentItu bukanlah pertanyaan yang sulit. Bagaimana kedepannya?Namun Bella merasa lidahnya kelu, hingga tak ada kata yang bisa ia suarakan.Perempuan itu menjatuhkan pandang kepada bola mata hitam sang suami, yang senantiasa setajam mata pedang. Tapi saat ini, ada kesedihan mendalam yang membuat mata pedang itu buram. Tidak lagi berkilauan seperti biasanya.“Bella?”“Gio ….”“Sorry. Aku tidak bermaksud membebanimu dengan pertanyaan semacam itu saat kita sedang dalam keadaan seperti ini. Kita bisa membahasnya lagi nanti saat aku pulang.”Bella tidak memiliki kata-kata untuk menyanggahnya. Perempuan itu hanya mengangguk dan kemudian diam sampai Audi yang mereka tumpangi sampai di basement mansion.Ketika menaiki tangga menuju kamarnya pun, Bella masih bertahan diam. Bukan karena marah. Ia hanya bingung akan mengatakan apa kepada Giovanni. Berbagai hal seperti berkecamuk menjadi satu dalam benaknya.“Kau janji akan baik-baik saja di rumah kan, Bella?” Giovanni bertanya setel

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   62. Goodbye, Mom

    **Wanita cantik itu tidak pernah lagi membuka matanya. Berapa banyak pun Bella menangis dan memanggil namanya, Tasha tidak pernah lagi membuka mata apalagi menjawab.Sehingga pagi ini ketika semua orang berdiri di depan batu nisan dengan sebuket bunga lili putih di atasnya itu, Bella masih merasa sedang tertidur di tengah malam, di apartemen Diamond Hills.Sulit mempercayai bahwa semua ini adalah nyata. Setengahnya, Bella memang berharap ini tidak nyata. Ia baru saja menemukan sosok yang bisa mengobati kerinduannya kepada ibu kandungnya, tapi secepat ini takdir merenggutnya.Sayangnya, ini nyata.Pemakaman elit yang sunyi itu semakin terasa menyedihkan dengan latar belakang langit mendung kelabu. Sepertinya hujan sudah bersiap turun, menyambut kepulangan Tasha Ivanova dalam pelukan semesta.“Hanya aku yang ada di sini. Kau tidak perlu menyembunyikan tangismu,” tutur Bella lirih. Perempuan itu menggamit lengan sang suami dan menyandarkan kepala di ceruk leher yang lebih tua.Setelah b

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   61. Bangun, Ibu!

    **“Ibu ….” Bella mendengar suaranya berbisik serak. “Apa ini mimpi? Aku pasti masih tidur dan sekarang ini sedang bermimpi. Ini pasti mimpi, kan?”Sepertinya suara lirih itu terdengar oleh Giovanni. Karena kemudian sang tuan segera menoleh dan mematung selama beberapa detik.“Bella?” katanya, “apa yang kau lakukan di sana? Sejak kapan kau berada di sana?”“Beritahu aku, bahwa apa yang kau katakan tidak sama seperti yang kudengar,” sahut Bella. Ia menggeleng dengan panik.“Kau mendengarnya? Kalau begitu, ya … sepertinya kita harus kembali ke rumah sakit sekarang juga.”Bella tidak sadar ketika dua tetes air mata meluncur menuruni pipinya. Ia membekap mulut dengan tangannya sendiri untuk mencegah suara isak yang mungkin akan menggema keras di ruangan yang hening itu. Hanya hela napas satu-satu yang terdengar.Seperti halnya Bella, Giovanni pun demikian. Ia merasa kebas, tidak tahu harus melakukan apa. Namun sebagai lelaki yang lebih lihai menggunakan logika ketimbang perasaan, pria itu

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   60. Firasat Buruk

    **Apa yang bisa Bella katakan untuk menjawab kata-kata bernada memohon itu?Sanggupkah ia mengucapkan sesuatu yang mungkin akan menyakiti wanita seperti malaikat ini?“Aku akan selalu berada di samping Giovanni, Bu. Jangan khawatir.”Maka, itulah yang akhirnya ia katakan.“Kau akan tetap mencintainya apapun yang terjadi, Sayang?”Oh, bukankah itu berat? Bella menghela napas, tapi ia tersenyum.“Tidak ada alasan untuk tidak melakukan itu. Dan bukankah aku adalah satu-satunya gadis yang bisa disentuh oleh Gio? Itu artinya aku akan menjadi yang terakhir untuknya, Bu. Dan dia akan menjadi yang terakhir untukku pula.”Tasha tersenyum damai. Ia mengulurkan tangan untuk meminta pelukan kepada menantu kesayangannya itu.“Bella, seandainya aku bisa sedikit lebih sehat, ingin sekali rasanya mengajakmu berjalan-jalan berdua melihat pantai. Hanya kita berdua. Mungkin sebelum aku mati.”“Kita akan lakukan itu sepulangnya kau dari rumah sakit nanti, Bu. Itu bisa saja besok, kan? Dan kau tidak akan

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   59. Kau Janji, Kan?

    **St. Angelic Hospital, rumah sakit terbaik di kota San Diego.Bella berjalan dengan cepat, menyesuaikan dengan ritme langkah Giovanni sepanjang koridor ruangan-ruangan rawat yang lengang malam ini. Bella bersyukur tidak banyak pasien yang berada di sana. Ia yakin suara langkahnya dan Giovanni agak mengganggu.“Ruangan 301, Tuan,” kata Felix yang memimpin jalan. “Ada di lantai tiga. Satu-satunya kamar rawat yang berada di sana. Saya akan menelepon anak-anak untuk berjaga di setiap lantai.” Pria itu menepikan diri untuk memberi jalan kepada tuan dan nyonyanya.“Terima kasih, Felix,” ucap Bella, karena ia tahu Giovanni tidak akan melakukan itu.“Don’t mention it, Maam. Saya ada di bawah jika anda membutuhkan sesuatu.”“Aku akan menghubungimu nanti.”Melewati Felix, Bella kemudian menghela napas sebelum mengikuti sang suami yang sudah lebih dulu membuka pintu dan memasuki satu-satunya ruangan. Seketika indera penciumannya disambut oleh harum room freshener beraroma lemon. Dua orang mai

  • Tertawan Gairah Panas sang Penguasa   58. Another Mood Swing

    **“Ada apa? Ada apa dengan Ibu?” Bella merangsek mendekat. Ada semacam sinyal buruk ketika Giovanni menyebut kata ibu tadi. Perempuan itu menunggu jawabannya dengan cemas.“Ibu masuk rumah sakit. Salah satu perawatnya baru saja menghubungiku.”“Rumah sakit?” Bella tercengang. “Kita pergi lihat Ibu sekarang, Giovanni!”“Kau masih sakit–”“Aku baik-baik saja! Ayo pergi lihat Ibu sekarang! Atau kau ingin aku saja yang pergi dan kau tinggal di sini? Aku akan melakukannya!”“Apa kau gila?”Maka kemudian Giovanni segera mengayun langkah menuruni tangga rooftop dengan diikuti Bella di belakangnya. Dalam waktu sekejap saja, kedua insan itu melupakan perseteruan yang baru saja keduanya alami demi satu tujuan.“Sebaiknya kita pergi dengan Felix, Gio. Aku khawatir terjadi sesuatu jika kau mengemudi mobil sendirian dalam keadaan panik seperti ini,” saran Bella sementara keduanya melangkah cepat menuju basement.“Kau benar.” Sang tuan mengangguk setuju. Langkahnya otomatis melambat untuk menghubu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status