Share

3. Frustrasi

Author: Nur Hayati
last update Last Updated: 2023-01-15 08:56:02

Yuliani berhasil keluar dari rumah untuk menemui kekasih hati yang sedari tadi memberikan kabar pasti. Tidak lupa dia membawa alat tes kehamilan sebagai bukti dari apa yang sudah diucapkan.

Dia dan kekasihnya sudah janjian untuk bertemu di taman kota yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Yuliani. Dengan penampilan seadanya, dia akan menemui pria yang sudah menghamilinya. Wajahnya terlihat pucat karena tidak memakai pewarna bibir seperti biasa. Dia buru-buru pergi agar tidak ketahuan oleh Dina.

Bermodalkan uang yang pas untuk memesan ojek online sebelumnya, Yuliani berangkat ke taman itu. Berharap ada jalan dari masalah yang saat ini dihadapinya.

"Bang, lebih cepat!" seru Yuliani ketika duduk di jok sepeda motor bagian belakang.

Dia sengaja meminta cepat agar bisa menunggu pria yang dicintai serta menenangkan diri karena pikirannya sedang tidak menentu. Segala macam pikiran negatif terbersit begitu saja, meskipun pikiran positif sesekali ada dalam benaknya.

"Iya, Mbak. Ini saja sudah cepat," kata Abang ojek online yang memiliki nama Sariman.

Laju sepeda motor semakin tinggi, hingga tak butuh lama mereka akhirnya sampai. Yuliani memberikan uang ongkos, lalu pergi dengan langkah kaki yang cepat ke dalam taman. Dia mulai mencari tempat duduk yang nyaman agar bisa leluasa berbicara pada kekasihnya tanpa terdengar orang sekitar.

"Kayaknya di sini saja lebih baik," gumam Yuliani ketika sampai di tengah taman. Tempat yang sesuai karena tidak terlalu banyak orang berlalu lalang di sana. Dia mulai menunggu sang Pujaan hati datang dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, dan perasaan grogi yang amat luar biasa. Sesekali matanya melihat ke arah jam yang ada di ponselnya.

"Kenapa lama sekali dia?" pikir Yuliani hilang kesabaran. Padahal, dia baru saja menunggu sekitar lima menit. Akan tetapi, rasanya sudah satu jam lebih.

Layar ponsel yang redup dihidupkan kembali, kemudian wanita itu mengirimkan pesan pada kekasihnya.

[Aku sudah ada di taman, kamu di mana? Kenapa lama sekali?] Pesan itu berhasil lolos dan terkirim ke nomor yang dituju.

Dua puluh menit telah berlalu begitu saja, tapi pria itu tidak datang juga. Sudah berusaha untuk dihubungi, tapi tidak ada respon.

"Andai saja aku tahu rumahnya dari awal, mungkin aku tidak akan menunggu seperti ini. Aku justru akan pergi ke rumahnya saja." Yuliani menarik napas panjang, lalu menghembuskan secara perlahan.

Sejak mereka pacaran, Yuliani memang tidak pernah diajak ke rumah pria itu. Mereka hanya berpacaran lewat pesan, lalu bertemu di tempat-tempat tertentu. Wanita berkulit putih itu juga tidak mempedulikan hal itu. Yang jelas, bisa bertemu dengan pria yang dicintai saja sudah cukup. Mungkin itu adalah salah satu kebodohan yang dimiliki, hingga dibodohkan oleh cinta yang tidak semestinya.

Yuliani sudah bersiap-siap untuk pergi dari taman, percuma juga menunggu pria yang mungkin tidak akan datang. Baru saja dia beranjak dari tempat duduknya, sebuah suara yang familiar terdengar di telinga.

"Maafkan aku, Sayang. Kamu sudah menunggu lama?" tanya Anton yang merupakan kekasih Yuliani.

Pria bertubuh tinggi, berkulit putih dengan rambut belah pinggir. Senyumannya begitu mempesona, sehingga membuat para wanita menjadi candu. Wajah yang semula berbinar karena akan bertemu dengan wanita berparas cantik justru berubah seketika. Semua itu terjadi karena penampilan Yuliani yang jauh berbeda dari biasanya.

Pertanyaan yang dilontarkan dari Anton tidak dihiraukan, sebab terpenting saat ini bukan pertanyaan konyol itu. Melainkan tentang kehamilannya dan pria itu harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

"Kamu kenapa? Mukanya kok kusut begitu?" tanya Anton memperhatikan wajah Yuliani.

Ternyata tidak mudah untuk wanita berparas cantik tersebut untuk menjelaskan semua yang terjadi. Dadanya terasa sesak dengan pikiran yang semakin kacau. Yuliani mulai menundukkan kepala, lalu duduk kembali di kursi taman.

Anton langsung duduk di sebelahnya dan mengangkat dagu yang indah itu. Tidak ada obrolan lebih lanjut, hanya ada mata yang saling bertemu di sana.

"Katakan saja, apa yang terjadi?" tanya Anton memaksa.

"Aku ... aku ...," sahut Yuliani terbata-bata. Dia takut kalau pria itu akan meninggalkannya setelah tahu tentang kehamilannya.

Anton menghembuskan napas secara kasar, wajah kesal terlihat jelas. Namun, dia tetap berusaha untuk berperilaku lembut kepada wanita yang selama ini menguntungkannya.

"Kamu kenapa? Cerita, jangan diam seperti ini. Kamu jangan takut, aku akan mendengarkan semuanya." Anton berusaha memberikan pengertian. Dia ingin Yuliani tahu, kalau pria itu begitu peduli dan sayang padanya.

Yuliani tidak bisa melanjutkan perkataannya. Hanya ada satu cara, dia mulai membuka tas dan mengambil alat tes kehamilan tersebut. Lalu memberikannya kepada Anton.

Terlihat jelas wajah pria itu kebingungan, masih tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Ini punya siapa?" tanya Anton pelan. Dalam benaknya sudah terbersit bahwa Yuliani yang tengah hamil, tapi dia berusaha memastikan lagi. Berharap pikirannya itu salah.

"Aku hamil, Anton." Yuliani menyahut singkat.

"Syukurlah ...." Anton keceplosan, entah apa yang ada dalam benaknya sekarang.

"Kamu senang mendengar kehamilanku?" tanya Yuliani tidak percaya. Mana mungkin pria itu bisa bangga melihat wanitanya hamil di luar nikah.

"Ya syukur, itu tandanya kamu subur. Memangnya kamu hamil anak siapa?" tanya Anton dengan wajah tanpa dosa.

Wajah Yuliani berubah merah padam, pertanyaan Anton berhasil membuatnya kesal. Bagaimana tidak? Kalimat itu menandakan seolah-olah dia bukan wanita baik-baik.

"Aku hamil anak kamu, Anton!" seru Yuliani menatap tajam ke arah Anton.

Buliran air mata tidak terasa mengalir begitu saja karena perkataan pria yang dicintainya.

"Gak mungkin itu anakku," sahut Anton angkuh.

"Kamu masih bilang gak mungkin? Aku melakukan itu semua hanya denganmu, mana mungkin aku bisa hamil dengan pria lain?" cecar Yuliani tidak habis pikir dengan tanggapan sang Kekasih.

"Bisa saja kamu hamil dengan pria lain sebelum aku, atau sesudah aku. Kamu itu wanita gampangan, pasti sudah banyak pria yang tidur denganmu. Dan sekarang, dengan tampang polos yang kamu miliki itu di pergunakan untuk menjebak ku." Anton menghardik Yuliani. Sikapnya kali ini sudah tidak lagi lembut seperti biasa.

Yuliani langsung melayangkan tangan ke arah pipi Anton.

"Tega kamu! Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Aku hanya menjalin hubungan denganmu, tidak dengan pria yang lain. Sudah jelas, anak ini adalah hasil dari keringat kita!" papar Yuliani sesenggukan. Wanita itu sudah tidak peduli lagi dengan sekitar, yang terpenting kali ini dia bisa mendapatkan apa yang seharusnya didapat. Meskipun banyak sorot mata yang melihat ke arahnya dengan Anton. Yuliani sudah bodoamat karena emosi yang saat ini tidak bisa dikontrol.

"Tampar saja aku sampai kamu puas, tapi asal kamu tahu satu hal ... sampai kapanpun, aku tidak akan bertanggung jawab dan mengakui janin itu darah dagingku," ujar Anton dengan tegas. Pria itu kemudian berlalu pergi begitu saja tanpa melihat ke arah Yuliani yang terlihat frustrasi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tertipu Duda Tampan    120. Tamat

    Semakin hari Kevan serta Anton semakin dekat saja, bahkan pria itu menggunakan putranya sebagai alat agar bisa menerima pria itu lagi. Namun, orang tua Yuliani sudah tidak menyetujui. Mereka tidak yakin kalau pria tampan akan benar-benar berubah. Pun Yuliani juga merasa bahwa mantan suaminya tidak akan pernah berubah. Jadi, dia dilema dengan semua yang terjadi dalam hidupnya."Ayah menyarankan kamu untuk menikah dengan Reza agar tidak dikejar terus oleh Anton. Lagi pula, sampai detik ini Reza masih mencintaimu dan berharap kamu membalas cintanya, Yul." Mark memberikan nasihat."Dari mana Ayah tahu semuanya? Padahal sudah lama dia tidak pernah ke sini lagi sejak aku memintanya untuk tidak menganggu kehidupanku lagi." Yuliani heran pada Mark yang masih tetap pada pendiriannya. "Sebenarnya, dari awal Ayah bekerja dengannya, Yul. Maaf, karena sampai detik ini Ayah tidak pernah mengatakan pada kalian," aku Mark menundukkan kepala merasa bersalah.Dina terkejut mendengar pengakuan suaminya,

  • Tertipu Duda Tampan    119. Termenung

    Anton kembali datang ke rumah Yuliani, hingga membuat Reza salah paham. Pria itu pamit pergi setelah meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengganggu wanita itu lagi."Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Yuliani ketus. Wanita itu sampai gak menghiraukan Reza yang sudah pergi dan menghilang dari hadapannya."Aku mau minta maaf, Yul. Aku juga ingin melihat anakku," sahut Anton dengan netra berkaca-kaca."Aku sudah memaafkanmu," ucap Yuliani tanpa rasa iba. Dia tidak akan membiarkan Anton bertemu dengan Kevan. "Aku ingin bertemu Kevan," ucap Anton lirih."Dia sudah tidur, lebih baik kamu pergi sekarang juga!" usir Yuliani pelan. Dia tidak ingin ada keributan, jadi berbicara begitu pelan."Aku memang salah, tapi apa aku gak berhak melihat anakku?" tanya Anton mengharapkan iba."Ini sudah malam, dia sudah tidur. Lebih baik kamu pergi, jangan sampai istirahatnya berkurang karena hadirmu." Yuliani berusaha untuk memberikan pengertian."Besok pagi aku akan kembali ke rumah ini untuk bertemu Ke

  • Tertipu Duda Tampan    118. Dibujuk

    Obrolan Reza hanya sebatas itu saja, sebab pria itu juga belum siap untuk ditolak lagi oleh wanita yang dicintainya. "Aku pamit pulang dulu, ya." Reza pamit karena tidak nyaman terlalu lama berada di samping Yuliani."Kenapa buru-buru?" tanya Yuliani basa-basi."Iya, soalnya sudah malam." Reza tidak memiliki alasan. Sebenarnya dia masih betah dan ingin berlama-lama, tapi pria itu tahu diri juga.Yuliani meninggalkan Reza sendiri untuk memanggil kedua orang tuanya. "Kenapa gak menginap saja di sini?" tanya Mark, tapi lengannya justru disenggol oleh Dina."Mungkin lain kali, Om." Reza malah menanggapi. Wanita yang sedang menggendong Kevan itu pun merasa tidak enak hati. Dia terlihat malu karena kelakuan ayahnya.Mark mengantarkan Reza hingga ke depan rumah, mereka berdua juga tidak lupa untuk mengobrol perihal perasaan. "Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah kamu berusaha mencoba sekali lagi?" tanya Mark penasaran akan obrolan putrinya dengan Reza."Aku belum memiliki nyali, Om. Sebel

  • Tertipu Duda Tampan    117. Cukup Sukses

    Seluruh keluarga disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Mark bekerja di bengkel milik teman Reza, sedangkan Yuliani masih setia berpartner dengan ibunya. Kevan yang masih kecil juga bisa diajak bekerja sama. Bisnis mereka saat ini adalah dekorasi pelaminan, mereka mendapatkan modal dari meminjam ke bank. Mereka nekat melakukan semua demi sebuah kesuksesan yang mereka yakini akan datang. Awalnya Dina ragu, tapi semua sirna saat Yuliani meyakinkannya. "Jatuh bangun dalam usaha itu pasti, Bu. Tapi kita harus bangkit, bukan menyerah dan meratapi sebuah keadaan. Yuliani sudah banyak belajar dari kejadian di masa lalu, Bu. Bahwa Allah akan memberikan jalan bagi hamba-Nya yang mau berusaha." Yuliani menasihati panjang lebar. Dia berpikir, mungkin saja ibunya sedang kehilangan pegangan. Maka sudah menjadi tugasnya untuk mengingatkan. *** Tiga tahun segera berlalu, usaha mereka terbilang cukup sukses karena hutang pada bank berhasil dilunasi. Dekorasi yang mereka miliki juga banyak yan

  • Tertipu Duda Tampan    116. Tetap Berusaha

    Hari mulai sore, tapi Mark belum juga mendapatkan pekerjaan. "Aku harus tetap berusaha agar bisa mendapatkan pekerjaan." Mark bergumam. Dia sudah berkeliling, bahkan ke beberapa bengkel untuk menawarkan diri agar bisa bekerja. Namun, tdiak ada satu pun yang mau menerima. Hingga pria itu bertemu dengan Reza yang sedang membeli buah di pinggir jalan."Om!" panggil Reza ketika melihat Mark."Reza!" Mark membalas sapaan."Om mau ke mana? Biar aku antar," tanya Reza menawari."Om lagi cari pekerjaan, Reza. Namun, sampai detik ini belum mendapatkan pekerjaan juga. Sulit sekali mencari pekerjaan sekarang ini," sahut Mark lirih. Terlihat jelas dari raut wajahnya, kalau pria itu terlihat kelelahan. "Usaha kuenya bagaimana, Om? Bukannya lagi berkembang pesat ya?" cecar Reza. Pria itu memang akhir-akhir ini tidak terlalu mengetahui detail apa yang terjadi pada keluarga wanita yang masih dicintainya."Sudah gak ada yang percaya untuk memesan kue keluarga kami, Reza." Mark menghela nafas panjan

  • Tertipu Duda Tampan    115. Fokus

    Setelah perceraian itu, Yuliani kini fokus menjalani hari-harinya untuk Kevan. Dia juga membantu usaha Dina untuk membuat kue, satu-satunya cara untuk mereka bertahan hidup dan bisa membeli makan. Akan tetapi, ada saja ujian dan cobaan yang harus mereka hadapi ketika mereka mau menuju sukses. Pria tampan yang diceraikan tujuh bulan yang lalu tidak terima, jadi hadir untuk membalaskan dendam."Apa yang kamu inginkan, Anton? Kenapa kamu masih tetap menganggu hidupku? Semua urusan kita sudah selesai, lantas kenapa kamu harus datang lagi dan merusak semuanya?" cecar Yuliani menghampiri Anton yang masih tetap tinggal di rumah yang lama."Aku masih sakit hati padamu, Sayang. Tidakkah kamu mengerti? Aku juga tidak ingin melihatmu dan seluruh keluargamu bahagia serta sukses. Makanya aku fitnah kalian agar pelanggan kue yang kalian jual kabur semua!" papar Anton tanpa merasa bersalah. Pria itu sudah tidak memiliki hati, sebab hatinya sudah diselimuti oleh perasaan benci."Aku tidak menyangka k

  • Tertipu Duda Tampan    114. Bahagia

    Yuliani masih terngiang akan lamaran Reza, tapi wanita itu tidak mungkin secepat itu mengambil keputusan untuk menerima. Terlebih, perceraian masih dalam proses di pengadilan. Dia tidak mungkin terburu-buru sekalipun surat cerai sudah ada digenggaman tangannya. "Aku belum siap menerima siapa pun untuk hadir dalam hidupku. Butuh waktu yang lama buatku untuk kembali menikah, sebab rasa trauma yang masih aku rasakan. Aku harap kamu mengerti dengan ucapanku, dan aku merasa tidak pantas untukmu." Itulah kalimat jawaban yang diberikan Yuliani pada Reza. Tidak hanya mengerti, pria itu bahkan siap untuk menunggu wanita yang dicintai sampai kapan pun juga, hingga mau membuka hati untuknya. Yuliani merasa bingung dengan semuanya. "Kenapa aku harus dihadapi dengan persoalan perasaan lagi?" pikirnya. Dia memijat keningnya yang merasa pusing karena memikirkan semuanya."Ibu sakit?" tanya Kevan ketika melihat ibunya masih belum tidur. "Ibu hanya pusing sedikit saja. Kamu mending istirahat ya, so

  • Tertipu Duda Tampan    113. Dilamar

    Sebuah keajaiban datang, apa yang diharapkan Mark benar-benar terjadi. Seseorang datang memberikan bantuan pada keluarganya. "Terima kasih atas bantuannya, Reza," ucap Yuliani sembari tersenyum. Dia tidak menyangka pria itu akan membantunya. Memberikan tempat tinggal untuk keluarganya dan juga modal usaha."Sama-sama, gak usah sungkan begitu. Kita sudah lama kenal 'kan? Jadi anggap saja ini bantuan dari seorang teman." Reza memaparkan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman Yuliani."Aku dan keluargaku berjanji, pasti kita akan membayar semuanya," kata Yuliani menjelaskan."Gak usah, Yul. Aku ikhlas membantumu dan keluargamu." Reza tidak mau Yuliani dan keluarganya merasa memiliki hutang budi.Bukan Yuliani jika tidak keras kepala, wanita itu tetap akan mengembalikan semua yang sudah diberikan Reza. Dia menganggap bantuan dari pria itu sebagai pinjaman.Pria berkaki jenjang itu pun tidak tahu harus berbicara apalagi, selain mengiyakan apa pun yang dikatakan Yuliani. "Aku harus pergi d

  • Tertipu Duda Tampan    112. Memulai Hidup Baru

    Yuliani sekeluarga syok dengan semuanya, ternyata Anton sudah mengambil alih harta Mark dengan caranya yang licik. Sertifikat rumah juga sudah berpindah tangan pada pria tampan itu hingga keluarganya tidak memiliki harta benda lagi. Tidak hanya rumah, tapi juga bisnis yang dijalani pria setengah paru baya itu juga diambil alih."Kapan mas Anton melakukan semuanya, Ayah? Bukankah Ayah tidak pernah memberikan tandatangan Ayah kepada sembarang orang?" tanya Yuliani."Dia sudah mengelabuiku, Yul. Dia pernah meminta tanda tangan Ayah dengan alasan ingin memberikan Ayah tanah yang dia beli. Dengan segala bujuk rayunya, Ayah mau saja. Tidak pernah berpikir kalau dia akan melakukan semua ini." Mark baru sadar dan menceritakan semuanya. "Tapi kenapa Ayah tidak pernah bercerita?" tanya Dina kecewa."Soalnya Ayah sudah berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapa pun termasuk kalian berdua." Mark menjawab sesuai yang diingat.Ketika mereka sedang panik karena telah kehilangan harta benda, Anton

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status