Share

3. Frustrasi

Yuliani berhasil keluar dari rumah untuk menemui kekasih hati yang sedari tadi memberikan kabar pasti. Tidak lupa dia membawa alat tes kehamilan sebagai bukti dari apa yang sudah diucapkan.

Dia dan kekasihnya sudah janjian untuk bertemu di taman kota yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Yuliani. Dengan penampilan seadanya, dia akan menemui pria yang sudah menghamilinya. Wajahnya terlihat pucat karena tidak memakai pewarna bibir seperti biasa. Dia buru-buru pergi agar tidak ketahuan oleh Dina.

Bermodalkan uang yang pas untuk memesan ojek online sebelumnya, Yuliani berangkat ke taman itu. Berharap ada jalan dari masalah yang saat ini dihadapinya.

"Bang, lebih cepat!" seru Yuliani ketika duduk di jok sepeda motor bagian belakang.

Dia sengaja meminta cepat agar bisa menunggu pria yang dicintai serta menenangkan diri karena pikirannya sedang tidak menentu. Segala macam pikiran negatif terbersit begitu saja, meskipun pikiran positif sesekali ada dalam benaknya.

"Iya, Mbak. Ini saja sudah cepat," kata Abang ojek online yang memiliki nama Sariman.

Laju sepeda motor semakin tinggi, hingga tak butuh lama mereka akhirnya sampai. Yuliani memberikan uang ongkos, lalu pergi dengan langkah kaki yang cepat ke dalam taman. Dia mulai mencari tempat duduk yang nyaman agar bisa leluasa berbicara pada kekasihnya tanpa terdengar orang sekitar.

"Kayaknya di sini saja lebih baik," gumam Yuliani ketika sampai di tengah taman. Tempat yang sesuai karena tidak terlalu banyak orang berlalu lalang di sana. Dia mulai menunggu sang Pujaan hati datang dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, dan perasaan grogi yang amat luar biasa. Sesekali matanya melihat ke arah jam yang ada di ponselnya.

"Kenapa lama sekali dia?" pikir Yuliani hilang kesabaran. Padahal, dia baru saja menunggu sekitar lima menit. Akan tetapi, rasanya sudah satu jam lebih.

Layar ponsel yang redup dihidupkan kembali, kemudian wanita itu mengirimkan pesan pada kekasihnya.

[Aku sudah ada di taman, kamu di mana? Kenapa lama sekali?] Pesan itu berhasil lolos dan terkirim ke nomor yang dituju.

Dua puluh menit telah berlalu begitu saja, tapi pria itu tidak datang juga. Sudah berusaha untuk dihubungi, tapi tidak ada respon.

"Andai saja aku tahu rumahnya dari awal, mungkin aku tidak akan menunggu seperti ini. Aku justru akan pergi ke rumahnya saja." Yuliani menarik napas panjang, lalu menghembuskan secara perlahan.

Sejak mereka pacaran, Yuliani memang tidak pernah diajak ke rumah pria itu. Mereka hanya berpacaran lewat pesan, lalu bertemu di tempat-tempat tertentu. Wanita berkulit putih itu juga tidak mempedulikan hal itu. Yang jelas, bisa bertemu dengan pria yang dicintai saja sudah cukup. Mungkin itu adalah salah satu kebodohan yang dimiliki, hingga dibodohkan oleh cinta yang tidak semestinya.

Yuliani sudah bersiap-siap untuk pergi dari taman, percuma juga menunggu pria yang mungkin tidak akan datang. Baru saja dia beranjak dari tempat duduknya, sebuah suara yang familiar terdengar di telinga.

"Maafkan aku, Sayang. Kamu sudah menunggu lama?" tanya Anton yang merupakan kekasih Yuliani.

Pria bertubuh tinggi, berkulit putih dengan rambut belah pinggir. Senyumannya begitu mempesona, sehingga membuat para wanita menjadi candu. Wajah yang semula berbinar karena akan bertemu dengan wanita berparas cantik justru berubah seketika. Semua itu terjadi karena penampilan Yuliani yang jauh berbeda dari biasanya.

Pertanyaan yang dilontarkan dari Anton tidak dihiraukan, sebab terpenting saat ini bukan pertanyaan konyol itu. Melainkan tentang kehamilannya dan pria itu harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

"Kamu kenapa? Mukanya kok kusut begitu?" tanya Anton memperhatikan wajah Yuliani.

Ternyata tidak mudah untuk wanita berparas cantik tersebut untuk menjelaskan semua yang terjadi. Dadanya terasa sesak dengan pikiran yang semakin kacau. Yuliani mulai menundukkan kepala, lalu duduk kembali di kursi taman.

Anton langsung duduk di sebelahnya dan mengangkat dagu yang indah itu. Tidak ada obrolan lebih lanjut, hanya ada mata yang saling bertemu di sana.

"Katakan saja, apa yang terjadi?" tanya Anton memaksa.

"Aku ... aku ...," sahut Yuliani terbata-bata. Dia takut kalau pria itu akan meninggalkannya setelah tahu tentang kehamilannya.

Anton menghembuskan napas secara kasar, wajah kesal terlihat jelas. Namun, dia tetap berusaha untuk berperilaku lembut kepada wanita yang selama ini menguntungkannya.

"Kamu kenapa? Cerita, jangan diam seperti ini. Kamu jangan takut, aku akan mendengarkan semuanya." Anton berusaha memberikan pengertian. Dia ingin Yuliani tahu, kalau pria itu begitu peduli dan sayang padanya.

Yuliani tidak bisa melanjutkan perkataannya. Hanya ada satu cara, dia mulai membuka tas dan mengambil alat tes kehamilan tersebut. Lalu memberikannya kepada Anton.

Terlihat jelas wajah pria itu kebingungan, masih tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi.

"Ini punya siapa?" tanya Anton pelan. Dalam benaknya sudah terbersit bahwa Yuliani yang tengah hamil, tapi dia berusaha memastikan lagi. Berharap pikirannya itu salah.

"Aku hamil, Anton." Yuliani menyahut singkat.

"Syukurlah ...." Anton keceplosan, entah apa yang ada dalam benaknya sekarang.

"Kamu senang mendengar kehamilanku?" tanya Yuliani tidak percaya. Mana mungkin pria itu bisa bangga melihat wanitanya hamil di luar nikah.

"Ya syukur, itu tandanya kamu subur. Memangnya kamu hamil anak siapa?" tanya Anton dengan wajah tanpa dosa.

Wajah Yuliani berubah merah padam, pertanyaan Anton berhasil membuatnya kesal. Bagaimana tidak? Kalimat itu menandakan seolah-olah dia bukan wanita baik-baik.

"Aku hamil anak kamu, Anton!" seru Yuliani menatap tajam ke arah Anton.

Buliran air mata tidak terasa mengalir begitu saja karena perkataan pria yang dicintainya.

"Gak mungkin itu anakku," sahut Anton angkuh.

"Kamu masih bilang gak mungkin? Aku melakukan itu semua hanya denganmu, mana mungkin aku bisa hamil dengan pria lain?" cecar Yuliani tidak habis pikir dengan tanggapan sang Kekasih.

"Bisa saja kamu hamil dengan pria lain sebelum aku, atau sesudah aku. Kamu itu wanita gampangan, pasti sudah banyak pria yang tidur denganmu. Dan sekarang, dengan tampang polos yang kamu miliki itu di pergunakan untuk menjebak ku." Anton menghardik Yuliani. Sikapnya kali ini sudah tidak lagi lembut seperti biasa.

Yuliani langsung melayangkan tangan ke arah pipi Anton.

"Tega kamu! Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Aku hanya menjalin hubungan denganmu, tidak dengan pria yang lain. Sudah jelas, anak ini adalah hasil dari keringat kita!" papar Yuliani sesenggukan. Wanita itu sudah tidak peduli lagi dengan sekitar, yang terpenting kali ini dia bisa mendapatkan apa yang seharusnya didapat. Meskipun banyak sorot mata yang melihat ke arahnya dengan Anton. Yuliani sudah bodoamat karena emosi yang saat ini tidak bisa dikontrol.

"Tampar saja aku sampai kamu puas, tapi asal kamu tahu satu hal ... sampai kapanpun, aku tidak akan bertanggung jawab dan mengakui janin itu darah dagingku," ujar Anton dengan tegas. Pria itu kemudian berlalu pergi begitu saja tanpa melihat ke arah Yuliani yang terlihat frustrasi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status