Share

Bab 3: Tidak bosan lagi.

Para hadirin berteriak panik dan histeris seperti Clare setiap menangkap basah ketika Henry hendak atau tengah melakukan percobaan bunuh diri tanpa alasan yang masuk akal. 

Henry satu-satunya yang mungkin paling tenang di sana. Ia mencoba menganalisis area sekitar sebelum akhirnya polisi berdatangan. Osvard Anderson adalah salah satu anggota polisi terbaik di Westminster. Osvard juga merupakan teman dekat Henry, usianya lima tahun di atasnya yang berarti 34 tahun. Tubuh jangkung nan tegap itu berjalan ke arahnya. Setelah kurang lebih sebulan lamanya tidak bertemu kumis dan janggutnya itu kelihatan semakin lebat saja, menurut Henry. Tapi tidak mungkin ia memilih topik tersebut sebagai pembicaraan di saat yang seperti ini.

"Osvard!" seru Henry.

"Kasus di awal tahun, huh?" balasnya disertai senyum segaris di wajah tegasnya.

Henry mendengus, "Padahal jatah cutiku masih satu minggu lagi."

"Kau berkata seakan kau begitu kesal, namun ekspresi wajahmu berkata lain. Aku yakin kau sangat senang dapat kembali bekerja," ungkap Osvard. Matanya melirik ke arah lain saat Henry menjawab, ia memastikan rekan-rekannya mengamankan TKP dan orang-orang dengan baik.

"Seratus persen benar. Cuti sangat membosankan, tapi sekarang aku sudah tidak bosan lagi." Henry berkata begitu entengnya.

"Aku berharap bisa menggantikanmu cuti," lontar Osvard. Keduanya terkekeh pelan sebelum sibuk mengumpulkan para tersangka sesuai pengamatan Henry saat pertama kali melihat TKP.

Tersangka: pertama, wanita yang berteriak ketika melihat korban yang bernama Rosetta, lalu seorang pelayan yang mengedarkan wine bernama Bill, yang ketiga tukang dekorasi bernama Matt, dan yang terakhir Josh, laki-laki yang seusia dengan Terry. Mereka semua memiliki alibi masing-masing, dan Henry akan mencoba mengupas mereka satu persatu dan menyatukan kembali dengan kasus agar menjadi valid.

"Mari selesaikan ini dengan baik, Littlejohn."

Mendengar penuturan temannya sekaligus partner lamanya dalam urusan detektif dan menyelesaikan teka-teki masalah itu Henry merasakan kembali semangatnya.

----

"Aku baru saja mendatangi meja itu dan lelaki itu sudah berlumuran darah di sana." Rosetta mencoba berbicara dengan normal akan tetapi mulutnya kaku dan tubuhnya terus bergetar hebat.

Henry melihat sorot ketakutan alami yang tersirat di mata wanita bernama Rosetta itu. Di dalam otaknya, Henry seolah-olah memiliki sebuah notasi yang berisikan nama-nama para tersangka, lalu ia mencoret nama Rosetta dari daftar tersebut.

Osvard membantunya mengintrogasi tersangka lainnya. Pendengarannya dengan teliti menangkap semua percakapan penting. Beginilah jika Henry sedang bekerja, sikap kekanakannya akan melebur sementara dan ia bertingkah laku bak orang yang berbeda.

"Apa kau membawa pisau dari area dapur kemari, Mr. Bill?" tanya Henry.

Bill, salah satu pelayan yang bekerja di acara pernikahan ini memiliki alibi: hanya melakukan tugas pelayanan yang semestinya, Bill juga bilang jika dirinya cuma mengedarkan minuman dari dapur untuk diberikan kepada para hadirin dan tidak menambahkan apa pun ke dalamnya apalagi sampai berencana membunuh orang, ia tidak menyentuh pisau atau peralatan dapur lainnya karena tugasnya hanya mengedarkan nampan berisi belasan gelas wine.

Henry menatap lamat-lamat pisau yang masih tertancap di punggung korban. "Osvard, suruh seseorang mengecek semua pisau yang dipakai pegawai di dapur," titah Henry.

Tanpa ba-bi-bu Osvard menyuruh beberapa rekannya untuk melakukan apa yang Henry katakan.

"Apa alibimu, Tuan muda?" tanya Osvard pada Josh dengan suara yang dibuat-buat.

Josh kelabakan dan menyebutkan alibinya dengan cepat. Sikapnya tentu mengundang curiga banyak orang.

"Aku sedang menelepon! Aku bersumpah tidak melihat sedikit pun kejadiannya! Aku menelepon membelakangi korban! Aku bersumpah tidak melihat atau melakukan apa pun!" katanya.

"Kenapa kau menelepon di area sini?" tanya Osvard lagi.

Henry cepat-cepat membalas, "Karena area ini yang paling sepi di antara yang lain," tebaknya.

Josh, lelaki itu mengangguk-angguk cepat. Membenarkan tebakan Henry.

Lalu Henry mengembuskan napasnya, mulai melangkah pada Matthew atau Matt, seorang tukang dekorasi pernikahan.

"Dan kau Mr. Matthew, sebutkan alibimu."

Dengan terbata-bata Matt berbicara, "Aku... aku sempat berbicara pada korban sebelum tragedi ini terjadi. Dia... dia terus berdiri di dekat pohon hias ini, karena kebetulan lampu di pohon hias yang satu ini mati jadi aku meminta orang itu untuk bergeser sedikit. Hanya itu!"

"Lalu?" ucap Henry, tahu kalau Matt belum selesai berbicara.

"L-lalu... aku pergi sebentar untuk mengambil tang yang tertinggal di kotak peralatanku. Dan saat aku kembali lelaki itu sudah mati. Percayalah aku tidak melakukan apa-apa, aku tidak tahu apa-apa!" Matt menyelesaikan ucapannya dengan suara tegas.

"Dia berbohong." Osvard berucap cukup lantang.

Semua arah pandang mata langsung terarah padanya. Kemudian Osvard berjalan dengan langkah berat dan membisikkan sesuatu pada Henry.

"Osvard...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status