Henry mengajak Arlo untuk membantunya di kasus ini. Pada awalnya Arlo menolak mentah-mentah setelah mengetahui kalau misi yang diberikan hanyalah tantangan dari seseorang yang baru ditemuinya dalam kurun satu hari atau bahkan belum genap sehari. Akan tetapi, Arlo lebih tidak tahan berdebat dan berurusan dengan Henry mode manja seperti bayi besar. Dan berakhirlah mereka berdua di sini, di Tothill Street, salah satu kantor polisi pusat di Westminster. Nama Arlo Martinez cukup terkenal karena telah beberapa kali menyelesaikan suatu kasus bersama Henry. Pekerjaan tetap Arlo adalah sebagai wartawan, karena itulah Henry sangat membutuhkan Arlo untuk bekerja bersamanya sebagai partner detektif.
"Ke mana kau saat hari pernikahan?" Henry menyela percakapan Arlo dan Osvard.
Arlo yang merasa ditanya lantas menjawab. "Aku terserang flu waktu itu. Tapi aku sudah mengirim hadiah pernikahannya, tenang saja."
"Ada kasus saat acara pernikahan—"
"Aku tahu, dan kau semakin terkenal setelah menyelesaikan kasus itu. Rekan-rekan wartawanku banyak sekali yang mengirimku pesan untuk disampaikan padamu." Arlo menimpali dengan nada malas.
Mata Henry berbinar-binar mendengar penuturan Arlo. Namun tiba-tiba saja suara nyaring menusuk telinganya.
"Osvard! Aku merindukanmu!"
Henry dan Arlo tercengang di tempat. Lalu masuklah dua orang gadis yang memiliki tinggi dan ukuran tubuh yang sama.
"Wow, siapa lelaki tampan di depanku ini?" gumam gadis baru di sebelah Misa.
Misa berekspresi seolah menahan muntah mendengar perkataan partnernya tersebut.
"Kau akan menyesal telah berkata seperti itu," gumam Misa. "Dia si dokter sekaligus detektif yang aku ceritakan padamu. Dan di sebelahnya..."
"Arlo. Arlo Martinez," jawab Arlo gesit.
"Baiklah. Mr. Martinez," balas Misa.
Dapat Misa lihat wajah berseri-seri Henry yang menyebalkan, namun ia tidak ingin memperhatikannya terlalu lama.
"Edith," gadis yang merupakan teman Misa itu mengulurkan tangan pada Henry.
Dengan ragu-ragu Henry membalas uluran tangan tersebut, "Henry Littlejohn," ujarnya.
"Oh, Littlejohn! Ya, aku sering mendengar namamu disebut-sebut. Kau sangat terkenal akhir-akhir ini."
Misa memperingati Edith dalam hati untuk tidak memuji Henry terutama soal ketenaran, meskipun ia tahu itu sia-sia.
"Wah, benarkah itu? Terima kasih banyak. Aku sangat tersanjung," Henry membalas pada Edith namun tatapan matanya terarah pada Misa. Muka angkuhnya ia pasang agar semakin memanas-manasi Misa.
Kemudian Edith melangkah menuju Osvard dan menyapanya untuk yang ke tiga kalinya. Arlo yang sudah bersedia mengulurkan tangannya malah begitu saja dilewatkan oleh Edith. Henry yang menyadari hal tersebut diam-diam tertawa dan mengasihani Arlo.
"Selamat sore, Misa," sapa Henry formal.
Misa memutar bola matanya malas. "Ya."
Seperti biasa: singkat, padat, dan jelas.
"Gadis itu terlihat menyebalkan," bisik Arlo pada Henry. Gadis yang dimaksudnya adalah Edith.
"Gadis itu juga sudah dipastikan sangat menyebalkan." Kali ini ucapan Henry merujuk pada Misa.
"Namun menarik," lanjut Henry beberapa detik kemudian.
Arlo terheran-terheran sambil memperhatikan sikap Henry yang lebih aneh lagi dari hari-hari biasanya.
Di depan meja Osvard terdapat dua kursi kosong yang ditempati oleh Misa dan Edit sementara di belakangnya lagi ada sebuah sofa yang biasa diduduki oleh para wali pelaku saat investigasi, dan kini ditempati oleh Henry dan Arlo.
Misa berdeham. "Bisakah kita mulai membicarakan kasusnya saja? Waktuku terlalu berharga untuk dibuang-buang."
"Tunggu Dale sebentar, dia agak telat hari ini," balas Osvard.
Mendengarnya Henry jadi teringat akan obrolannya dengan misa kemarin hari: kalau dia akan mengadukan Dale pada Osvard minggu depan. Sepertinya hal tersebut akan terjadi hari ini, tiba-tiba saja ia merinding.
"Mulai saja, Osvard, Misa kelihatannya sangat marah." Edith mengusulkan.
Osvard melirik ke arah Misa. "Dia memang menyimpan dendam besar pada Dale."
"Ya. Dia menyia-nyiakan banyak waktuku dan bekerja lamban seperti seekor kura-kura tua," Misa menambahkan, mimik mukanya yang sinis melengkapi sindirannya.
Pintu ruangan terbuka, Dale melangkah masuk lalu memberikan map yang ditugaskan Osvard padanya.
"Nah, ini dia kura-kura itu! Salam kenal Dale, aku Arlo Martinez," sahut Arlo tiba-tiba sambil mengulurkan tangannya.
Raut bingung tergambar jelas di wajah Dale, namun polisi itu tetap membalas jabatan tangan Arlo.
"Hey, Tuan Detektif Populer. Di mana map milikku yang kaupinjam semalam?" tanya Misa dingin.
Langsung saja Henry berdiri dan memberikan map tersebut pada Osvard. Ia melihat lamat-lamat isi map milik Dale yang dikeluarkan oleh Osvard di atas mejanya.
"Apa kau menemukan sesuatu yang aneh, Littlejohn?" Osvard memastikan.
Henry mengambil salah satu cetak foto dari belasan lainnya yang tertata rapi. Dari kedua map tersebut sembilan puluh persen isinya sama, kecuali cetak foto yang sedang ia genggam dan mungkin laporan-laporan data yang belum ia baca dari map Dale.
"Mengapa mereka menggunakan mobil yang berbeda di foto ini?" tanyanya, "dari mana foto ini didapatkan?"
Edith mengangkat sebelah tangannya tinggi-tinggi. "Aku yang menjepretnya! Sebenarnya tidak juga sih karena aku hanya meretas CCTV yang ada di seluruh Westminster, jadi mudah saja aku mengikuti jejak mereka tanpa ketahuan. Tetapi kekurangannya tidak bisa mengikuti hingga sedetail manual seperti yang Misa lakukan, itu sangat berisiko," jelas Edith.
Henry menyerahkan foto tersebut pada Osvard namun tak sampai semenit Misa mengambilnya paksa. Arlo yang duduk di belakang Misa mengintip dengan mudahnya.
"Aku hampir lupa dengan foto ini," gumam Misa.
"Tempat tersebut dekat dengan sungai Thames... sepertinya di ujung kota bukan?" tebak Osvard.
Henry ikut menebak. "Kemungkinan besar di sekitar Pimlico atau...."
"Millbank!"
Mereka semua berseru bersamaan. Destinasi selanjutnya telah ditentukan.
"Sembilan tahun yang lalu, saat itu Whitelaw masihlah dokter magang, bukan seperti yang sekarang. Whitelaw adalah nama yang digunakannya selama bekerja di sini, dan mungkin dia mengubah panggilannya setelah keluar dari rumah sakit ini. Whitelaw adalah seorang yang pekerja keras dan penggila kesempurnaan. Lalu, mengapa saya tahu itu semua? Karena saya adalah teman satu universitasnya dulu. Saya dan Whitelaw dulu adalah teman baik..."Henry terus mendengarkan tanpa berniat bertanya.Dr. Norman melanjutkan, "Tetapi semenjak Whitelaw gagal lulus sesuai rencananya, dia mulai agak sedikit berubah. Kala itu, memang sesuatu yang tak dapat diduga. Dia harus mengulang. Saya terus memberinya dukungan sebagai seorang teman. Awalnya, Whitelaw menanggapi tapi lama-kelamaan—semenjak saya lulus lebih dulu—dia mengubah kami menjad
"Sally! Sally!" Henry melesat masuk begitu saja ke dalam ruang kearsipan, di depan Sally dia langsung menghentikan langkah dan menatapnya heran sebab wanita umur tiga puluhan itu tidak membentaknya seperti yang biasa wanita itu lakukan.Sally menoleh padanya, di sebelah kiri pipinya terlihat membengkak, Henry menyimpulkan bahwa alasan di balik Sally yang pendiam hari ini adalah karena sakit gigi. Ia tidak mengerti apa yang hendak wanita itu isyaratkan padanya melalui sorot matanya yang tajam, tapi jika ditebak-tebak pasti tak jauh dari 'jangan berisik' atau 'pergilah' yang ingin dikatakannya. Lantas Henry hanya mengangguk-angguk meski tidak paham apa yang dikatakan Sally, karena wanita itu kini tengah berusaha berbicara tetapi kesulitan akibat giginya yang sakit.'Ya, ya. Aku tahu gigimu sedang sakit, maaf karena telah membuat keributan tiba-tiba...," ucap Henry.Sally bergumam tidak jelas lagi."Sudahkah kau pergi ke dokter gigi d
Singkat cerita mengenai Henry dan Misa yang membantu Kent berbenah toko peralatan kantor milik pamannya sejak matahari baru memunculkan diri. Karena rencana mereka agar toko milik paman Kent ini akan selesai pada jam bukanya atau jam 11 pagi. Tapi Henry buru-buru menolak hal tersebut dan menambahkan syarat pada perjanjian: bahwa mereka takkan bersedia membantu Kent membereskan toko jika Kent tidak ikut bersama mereka menjenguk pamannya. Bagaimanapun juga Kent masih tetap tahanannya, dan Kent bisa melakukan apa pun untuk mengelabuinya. Kent yang sudah terlalu lengah pada akhirnya menuruti kemauan Henry. Dia bingung harus melakukan apa agar dirinya dapat terlepas dari prasangka sang Detektif. Pun si teman Detektif yang merupakan seorang detektif juga tidak berniat mempercayainya. Maka dari itu, Kent lebih memilih bergerak gesit agar semuanya dapat kembali normal. Tanpa ada detektif, kasus, polisi, bukti, atau apa pun yang berhubungan dengan itu. Setelah melalui b
Mereka menunggu sampai Kent selesai melayani pelanggannya. Sembari menunggu mereka berkeliling mencari keberadaan benda yang dicari. Walaupun Toko Peralatan Kantor ini memang tidak kelihatan seperti Toko Peralatan Kantor pada biasanya dari luar, di dalamnya tak dapat diragukan lagi kalau ini adalah sebuah Toko Peralatan Kantor. Banyak sekali buku nota, binder, map, dan sejenisnya, bahkan hingga printer tua yang namun masih terlihat berfungsi, kursi kantor, hingga loker-loker kecil dan sedang dengan harga terjangkau pun ada. Kekurangannya adalah... banyak sekali. Tampaknya pegawai di toko ini sedikit, sehingga pasti kesulitan untuk membenah barang-barang yang ada tertata rapi. Dan pasti juga ada campur tangan dari pelanggan yang seenaknya melihat-lihat ataupun mengacak-ngacak ketika mencari sesuatu tanpa dibereskan kembali setelahnya. Tapi Henry sendiri kemari bukan untuk menjadi seorang kritikus, melainkan sebagai seorang detektif.Akhirnya, 2 pelanggan terakhir yang be
Hari ini Misa dan Violet sudah bertemu dua kali, Sebuah kebetulan yang aneh; Misa sendiri tidak menyangka kalau orang yang ditemuinya merupakan salah satu dari teman Henry, dunia seolah menyempit. Apa pun yang dia jumpai semuanya memiliki hubungan dengan Henry, entah apa pun itu."Kau mengenal Violet?" tanya Henry penasaran."Tidak. Kita baru bertemu tadi siang... tak sengaja bertemu lebih tepatnya."Henry mengangguk paham."Tampaknya pacarmu itu merajuk." Misa memperhatikan raut wajah Violet sebelum wanita itu beranjak pergi tadi."Hey? Apa maksudnya pacar? Aku tidak tertarik padanya," tangkis Henry cekatan."Perkataanmu itu akan menyakiti hatinya jika dia mendengar, benar-benar berhati dingin." Misa menyinggung Henry tanpa ragu.Mendengarnya Henry ingin sekali membelikannya sebuah kaca yang sangat besar agar gadis itu dapat melihat dirinya sendiri tak jauh seperti apa yang dia ungkapkan. Karena tidak ingin me
"Bagaimana bis—tunggu sebentar... mengapa kau malah meneleponku? Sudahkah kaucari?"Misa merasa ada yang aneh pada Henry, ia jadi berpikir orang itu tengah membohonginya."Aku meneleponmu tanpa alasan," jawab Henry dari seberang sana.Apa yang ada di dalam kepala lelaki itu Misa selalu tidak memahaminya. "Jernihkan dulu pikiranmu. Di mana kau sekarang?" Misa bermaksud untuk mendatangi Henry saat itu juga.Henry menjawab, "Itu dia, aku masih ada jam kerja setelah ini. Temui aku di rumah sakit di ruanganku dua jam lagi.""Dua jam lagi? Yang benar saja...," gerutu Misa. "Baiklah, karena aku memiliki beberapa pertanyaan juga untukmu. Sampai jumpa dua jam lagi."Terdengar suara helaan napas dari sana, "Asal kau tahu, kau menyelamatkan otakku. Sampai jumpa dua jam lagi."Bip! Misa mematikan panggilannya lebih dulu, trolinya didorong ke kasir, butuh waktu 15-20 menit untuk Misa mengantre. Siang ini cukup ramai khalaya