Share

3

Author: nura0484
last update Last Updated: 2024-12-25 18:45:23

“Mobil kenapa?”

Luna menghentikan langkahnya ketika melihat papanya sudah siap dengan pakaian olahraga “Papa mau kemana? Olahraga sama siapa?”

“Faisal dan papanya, Raka bentar lagi datang. Mobil kenapa? Kamu telat service?” Andi menatap penuh selidik yang diangguki Luna dengan senyum bersalah “Kamu naik apa ke toko?”

“Mobil papa memang dipakai? Papa kan pergi sama tetangga dan Mas Raka, jadi aku pakai mobil papa aja.”

Andi menggelengkan kepalanya “Mama kamu mau pakai, ketemuan sama teman-temannya. Kamu pakai punya Raka aja.”

“Naik kendaraan online aja.”

Luna malas jika meminjam mobil kakaknya, Raka. Sebenarnya enak, tapi Raka akan minta segera balik karena harus menghabiskan waktu dengan istri dan anaknya di rumah orang tua istrinya. Menikmati sarapannya dalam diam, tanpa ada gangguan siapapun sampai suara yang sangat dikenal masuk kedalam rumah.

“Kamu ngapain kesini?” Luna mengerutkan keningnya menatap Nuri duduk dihadapannya.

“Aku udah minta ijin sama Mas Ali buat ke tokomu, menghabiskan waktu disana.” Nuri menjawab tanpa beban.

“Aku kerja disana, bukan main loh.” Luna memberikan peringatan.

“Tahu, boleh nggak? Jahat banget nggak boleh ke tokomu.” Nuri mengerucutkan bibirnya yang membuat Luna memutar bola matanya malas.

“Pakai mobil aku aja, mobil Luna lagi di bengkel.” Faisal meletakkan kunci mobil diatas meja “Raka nggak akan buat kamu nyaman, nanti aku ambil sekalian pulang bareng.”

“Kalian nggak lagi ada hubungan, kan?” Nuri menatap penuh selidik.

“Nggak usah mikir aneh-aneh.” Luna menatap tajam ke Nuri yang tidak peduli.

Berangkat ke toko dengan Nuri, sahabat dari kecil sampai dewasa membuat mengenal luar dalam. Nuri yang dulu masih kekanakan harus ditemani kemana dia pergi, nyatanya berani memutuskan menikah dengan cepat. Luna yang mempunyai banyak teman dekat pria harusnya paham dengan pemikiran pria tapi nyatanya tidak sama sekali, mereka sebenarnya berpisah dengan baik-baik tapi satu hal yang disyukuri hubungan mereka belum sampai memikirkan pernikahan.

“Azka benar nggak lagi hubungi kamu?” Nuri membuka pembicaraan yang serius setelah beberapa waktu tidak Luna hiraukan.

“Buat apa dia hubungi? Kita sudah berakhir dan dia sibuk sama pekerjaannya. Wanita kaya aku nggak akan bisa membuat karirnya naik, dia butuh wanita yang luwes terutama nanti berhubungan sama istri atasannya. Kita berpisah dengan baik-baik, walaupun kedua orang tua menyayangkan keputusan yang diambil.”

“Memang kamu kurang luwes apa?” tanya Nuri penasaran.

“Kamu tahu sendiri kalau aku ini cuek dan nggak peduli sama sekitar.” Luna menatap malas pada Nuri yang hanya menganggukkan kepalanya.

“Ibu dari aku datang nyuruh Mas Faisal mau ketemu sama anak teman-temannya. Aku yakin kalau apa yang aku katakan tentang ini nggak akan dilakukan, lagian aku tahu kalau Mas Faisal ini nggak mau sembarangan menikah setelah pengkhiantan pacarnya dulu. Kamu bisa bicara sama Mas Faisal buat ikutin permintaan ibu?”

Luna langsung menggelengkan kepalanya “Aku nggak mau masuk terlalu dalam di keluarga kamu, kita memang dekat tapi ini terlalu personal. Ibu juga beberapa kali cerita sama mama tentang Mas Faisal, mungkin butuh waktu untuk menyembuhkan luka.”

Kekasih Faisal memang hanya diketahui Raka dan dirinya, melihat keadaan semalam membuat pikiran negatif datang. Luna berharap tidak ada hubungan dengan pengkhiantan, sesuatu yang akan membuat lukanya kembali terbuka. Hembusan napas panjang dikeluarkan Luna dengan pelan, takut jika Nuri berpikir tidak-tidak.

“Pernikahan kamu sama Mas Ali tampaknya berjalan lancar, kamu sangat beruntung dapatin Mas Ali.” Luna memilih mengalihkan pembicaraan.

“Ngarang! Mas Ali yang beruntung dapatin aku.”

Pembicaraan beralih pada kehidupan pernikahan Nuri, wanita dihadapannya memang mudah untuk dialihkan dari pembahasan utama. Luna yang mendengar kehidupan pernikahan Nuri membuatnya belajar jika nanti menikah, harapannya adalah menikah dengan pria yang tepat. Azka, salah satu standard yang dibuat Luna, walaupun sadar jika tidak mungkin mendapatkan pria seperti Azka kembali.

“Mbak, mas ganteng kemarin sudah datang dan nunggu diluar.”

“Mas ganteng?” Nuri mengerutkan keningnya.

“Mas Faisal, kamu temuin sana. Aku beres-beres, lagian kamu hubungi tadi minta dijemput.”

“Kamu pulang sama kita, kan?”

“Menurutmu?” Luna menatap malas.

Memberikan instruksi pada pegawainya sebelum pulangbersama dengan mereka, langkah kakinya menuju luar dimana pemandangan yang sering dilihatnya yaitu perlakuan Faisal pada Nuri. Setidaknya bentuk kasih sayang dirinya dengan Raka bukan seperti mereka, Nuri memang manja bahkan tidak malu menunjukkan depan banyak orang, melupakan usia yang sedang berjalan.

“Aku belum kasih tahu kamu ya?” Nuri menatap ke belakang dimana Luna duduk “Aku hamil!”

“Serius?” Luna menatap tidak percaya yang diangguki Nuri “Selamat! Dijaga kehamilannya, udah mau jadi ibu jangan manja-manja.” Nuri mengerucutkan bibirnya.

“Bagian manja sulit dihilangkan, Lun.” Faisal membuka suaranya sambil tersenyum.

“Mas Ali itu di rumah orang tuanya sekarang, katanya ngidam masakan ibunya. Aku ngidam ketemu kamu, menghabiskan waktu sama kamu.”

“Kamu nggak lagi bodohin Mas Ali, kan? Alasan datang kesini dengan alasan ngidam, padahal melarikan diri dari orang tua.”

“Ngarang!” Nuri menatap kesal pada Luna yang langsung menjulurkan lidahnya.

Faisal hanya menggelengkan kepala mendengar perdebatan mereka berdua, persahabatan dari kecil bahkan sampai sekarang, belum lagi orang tua mereka yang suka kemana bersama-sama. Suara kedua wanita yang masih dianggapmya kecil masih mendominasi, Faisal hanya mendengarkan sambil fokus menyetir.

“Mas kenapa nggak mau ketemu sama cewek-cewek yang ibu pilih?” Nuri menatap Faisal yang mulai membahas hal pribadi.

“Nggak tertarik,” jawab Faisal singkat.

“Mas, bukannya lebih baik ketemu? Ibu kan cuman minta ketemu, bukan dinikahin? Mas ketemu anggap aja ketemu calon pegawai, siapa tahu ada yang cocok. Hitung-hitung senengin ibu lah, dapat pahala, mas.” Luna membuka suara memberikan pendapat.

“Betul.” Nuri mengangguk setuju.

“Kamu disuruh Nuri?” tembak Faisal mengarahkan kepalanya ke belakang untuk menatap Luna yang seketika menggelengkan kepalanya.

“Nggak ada aku suruh Luna! Jangan galak-galak!” Nuri memukul lengan Faisal cukup keras.

Luna meringis melihatnya, tampaknya memang salah terlihat dalam masalah keluarga orang lain, seharusnya tadi diam saja. Memilih mengalihkan pandangan kesamping, tidak mendengar pembicaraan mereka berdua.

“Mas Raka nggak tidur dirumah?” suara Nuri menghentikan lamunan Luna.

“Mas Raka mana mau tidur di rumah lagi, katanya nggak bebas ngapa-ngapain nanti.” Luna menjawab sambil menggelengkan kepalanya.

“Mas Raka imajinasinya besar juga, kamu nanti kalau nikah pasti kaya gitu. Rumah orang tua itu nggak bebas, rumah sendiri bisa melakukan di setiap sudut...”

“Kamu ini ngomongnya makin ngawur, sana keluar udah ditunggu Ali.” Faisal menghentikan kalimat Nuri.

Melihat jika sudah sampai rumah, Nuri langsung keluar dari mobil membuat Luna dan Faisal hanya menggelengkan kepalanya, Luna menatap Faisal yang entah sengaja atau tidak mereka saling menatap satu sama lain.

“Aku minta maaf sudah langsung memberikan pendapat, mas.” Luna memberikan tatapan penyesalan.

“Usul kamu benar, mungkin aku akan menyetujui permintaan ibu. Keluar! Mereka nanti mikir kita ngapa-ngapain.”

Keluar dari mobil langsung mendatangi tetangganya yang sedang bercanda satu sama lain, mencium punggung tangan orang tua Nuri dan Faisal, menganggukkan kepalanya pada Ali yang juga membalasnya dengan anggukan kepala.

“Aku balik dulu, badan udah lengket semua. Duluan, kapan-kapan ketemu.” Luna menepuk bahu Nuri pelan dan langsung melangkah keluar mendapati Faisal sedang menatap ponsel dengan kesal.

“Blokir aja kalau mas belum mau ketemu, tapi jangan lama-lama karena bagaimanapun ada yang harus dibicarakan. Duluan, mas.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tetangga Masa Gitu   49

    “Semoga saja dia nggak melakukan hal gila lagi, apa yang terjadi ini kaya teguran dari Tuhan.”  Mereka semua mengamiinkan kalimat yang keluar dari bibir Raka, tidak ada yang membuka suaranya kembali. Orang tua Dewi sudah mengatakan apa yang seharusnya dilakukan sang anak pada mereka, tapi tampaknya semua nasehat hanya dianggap sebagai angin lalu. Obsesi membuat Dewi tidak bisa berpikir dengan jernih, bahkan membuat mereka berdua harus bersabar menghadapinya. “Aku dengar kalau kecelakaannya parah, bahkan hampir angkat rahimnya.” Ismi memberikan informasi membuat semua menatap tidak percaya. “Pantas orang tuanya minta maaf,” ucap Heri yang diangguki Raka. “Suaminya gimana?” tanya Raka menatap Akbar yang hanya bisa mengangkat bahunya “Dia kapan datang?”  “Secepatnya, tapi nggak tahu kapan. Dewi rencananya akan dibawa ke rumah orang tuanya.” Akbar menjawab apa yang diketahuinya “Orang tua

  • Tetangga Masa Gitu   48

    “Mantanmu itu ada aja gebrakannya.”  Faisal berdecih mendengar kalimat yang keluar dari bibir Heri, ditambah anggukan Raka. Informasi yang diberikan Nisa memang tidak mengarah pada Dewi, tapi tidak tahu pikirannya secara seketika mengarah kesana setelah semua kejadian. Sekarang ketika berkumpul bersama dua sahabatnya yang datang ke rumah orang tuanya membuat Faisal menceritakan semuanya, kepalanya sudah penuh dengan permasalahan yang dibuat Dewi. “Kamu nggak pernah ketemu sama Dewi?” tanya Heri “Maksudku sekali lagi? Kasih penegasan gitu.”  “Dia bilang kalau aku nikahnya sama wanita lain nggak masalah, tapi ini Luna yang aku nikahin. Dia tahu kalau selama ini hanya pelarian agar aku nggak memikirkan Luna.”  “Salah kamu sendiri dulu bilang begitu.” Raka menanggapinya santai “Malah sekarang adikku yang harus menjalani semua kesalahanmu.”  “Untungnya Luna sabar dan cinta sama kamu, coba

  • Tetangga Masa Gitu   47

    “Rekan kerja? Yakin?” Eni memicingkan matanya mendengar jawaban Faisal. “Ibu kalau nggak percaya bisa tanya sama Heri, aku juga udah bilang sama Luna kerjaan sekarang lagi ngerjain konseling dan dia rekan kerja.” Faisal menatap Eni dengan tatapan meyakinkan. “Kamu harus menyelesaikan masalah ini sama dia.” Eni mengatakan dengan nada serius. “Sudah, bu. Aku sampai nggak tahu lagi gimana ngomongnya.” Faisal mengusap wajahnya kasar. “Gimana kalau ketemu sama ibu? Apa kamu ketemu orang tuanya?” Faisal mengerutkan keningnya “Ngapain? Kurang kerjaan banget aku ketemu orang tuanya, bu. Aku sama Luna sudah bicara sama dia dan suaminya tapi malah menjadi. Kita sampai bingung harus gimana, bahkan dia memberi kabar kalau pesan kue di Luna secara langsung bisa dapat diskon banyak. Luna sampai lelah jawab permintaan tetangga, lagian Luna mau kasih diskon berapa banyak? Luna juga perlu membayar gaj

  • Tetangga Masa Gitu   46

    “Jangan terlalu serius, mas. Mereka pada takut sama kamu.”  Faisal mengerutkan kening mendengar kalimat Nisa “Konseling memang harus serius, kamu lupa? Lagian kita harus memberi batasan sama mereka, aku juga tahu waktu dan tempat untuk serius dan santai. Kurang berapa lagi? Masih banyak?” “Mungkin dua atau tiga orang, tapi besok kayaknya banyak.” Nisa menatap catatan yang ada diatas meja. “Baiklah, semangat. Setelah ini kita makan-makan.”  “Bener, mas?” Nisa menatap tidak percaya yang hanya diangguki Faisal “Ok, semangat.”  Faisal tahu pekerjaan saat ini memang melelahkan, dimana mereka harus melakukan tes lalu memberikan penilaian dan berakhir dengan konseling. Mereka dipisah menjadi beberapa, Faisal dan Nisa kebagian sekolah yang jaraknya jauh dari rumah dan kantor, tempat konseling mereka selalu berubah tergantung dari jadwal dan permintaan yang masuk. “Aku ngga

  • Tetangga Masa Gitu   45

    “Mulai sibuk, mas?”  Faisal menganggukkan kepalanya “Kamu udah tahu kalau mulai konseling.”  “Mas sendiri atau sama siapa?”  “Penanggung jawab aku dan Nisa, tapi kita ada tim sekitar enam orang.”  “Nisa? Aku nggak pernah dengar.”  “Dia udah mau nikah, sayang.” Faisal mencium pipi Luna sekilas “Nggak usah cemburu.”  Luna berdecih sambil memutar bola matanya malas “Waktu kita nikah dia datang?”  “Pertanyaan macam apa itu? Jelas datang, kenapa memang?” Faisal menatap bingung “Jamgan bilang kamu cemburu. Kamu sama Rebecca aja nggak cemburu, masa sekarang cemburu.”  “Kamu sama Rebecca itu hubungan kita hanya tetangga, mas. Kalau sekarang beda, lagian aku nggak cemburu tapi hanya bertanya nggak lebih, tapi reaksi kamu malah aneh.” Luna menggelengkan kepala dengan tatapan penuh selidik.  “Ya...ya...maaf kalau kal

  • Tetangga Masa Gitu   44

    “Nggak usah kepikiran hamil, sayang. Kalau memang sudah waktunya pasti dikasih, bisa jadi kamu belum hamil karena masih ada yang Tuhan rencanakan tentang usaha kamu itu.” “Padahal kita lakuinnya sebelum menikah, mereka-mereka diluar sana lakuin sebelum menikah udah langsung hamil terus kenapa aku belum? Nggak mau coba cek kah, mas?” Faisal menatap dalam kearah Luna “Kamu kenapa? Apa yang ada dalam pikiranmu? Nggak ada hubungan sama Dewi, kan?” Luna terdiam, mengalihkan pandangan kearah lain “Entah, kehadiran mantan kamu itu sering buat aku berpikir tentang kehamilan. Kalau aku hamil pastinya mas nggak mikir dia.” “Kapan aku mikirin dia?” Faisal seketika tidak terima dengan kalimat Luna. “Bukan mikir yang begitu, tapi mikir tentang kehamilan. Aku takut aja kalau ada apa-apa sama kita sampai belum hamil.”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status