Share

POV Siska

POV Siska

Semakin hari, kehidupan rumah tangga A Reyhan dan Mbak Ajeng semakin maju. Mereka membeli rumah secara kredit. Dari kabar yang kudengar, tempat kerja Mbak Ajeng menyediakan fasilitas bagi karyawan yang ingin kredit rumah.

"Halah, rumah dapat kredit aja bangga," celetukku saat beberapa saudara membicarakan tentang rumah A Reyhan. Wa Tuti dan suaminya sedang ke rumah A Reyhan, untuk menghadiri syukuran.

"Ya, kredit juga nggak apa-apa, yang penting punya rumah. Daripada ngontrak atau numpang di rumah orang tua," sahut Bi Wati sinis. Dari dulu, Bi Wati memang selalu sinis kalau bicara padaku. Berbeda dengan saat bicara dengan keponakan yang lain.

"Ih, aku mah, rumah bapak juga luas. Buat apa bikin rumah lagi? Toh, Bapak juga sendirian. Kalo aku bikin rumah, kasihan Bapak, nggak ada yang ngurus ntar, Bi."

"Halah, alesan aja kamu mah."

Malas mendengar ceramah Bi Wati, aku memilih pulang. Pusing kepalaku mendengar cerita tentang A Reyhan dan Mbak Ajeng. Entahlah, semakin hari,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status