Pagi ini Elkan bangun lebih awal untuk membuat sarapan sendiri. Meski terlihat tidak meyakinkan, sebenarnya Elkan bisa memasak beberapa menu kesukaannya. Untuk jaga-jaga saat asisten rumah tangganya tidak bisa masuk kerja seperti ini."Aaaa!"Teriakan dari lantai atas membuatnya terkejut. Elkan mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum bergegas menyusul ke arah suara tadi,.yang berasal dari kamarnya. Memastikan jika tidak terjadi sesuatu di sana.Sebagai informasi, semalam Elkan membawa Kalea ke rumahnya. Dia sudah mencari kunci rumah milik Kalea di dalam tas gadis tersebut, namun tak juga ditemukan. Karena saat itu Kalea juga sedang mabuk, jadi tak pikir panjang untuk Elkan membawa Kalea ke rumah.Di dalam kamar sana terlihat Kalea yang menutupi tubuhnya dengan sebuah selimut. Elkan mencoba menahan tawa saat gadis itu berguling di atas kasurnya. Entah apa yang sedang dilakukan Kalea saat ini."Kamu sudah bangun?" tanya Elkan masuk ke dalam kamar. Kalea langsung menghentika aksinya. I
Kalea mendorong pria di depannya. Setelah melakukan ciuman yang panas Kalea baru sadar apa dilakukannya. Gadis itu menjauh sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan.Sementara itu Elkan terkihat mengusap bibirnya yang basah karena saliva. Elkan tidak bohong jika ciuman tadi memang memabukan untuknya. Dari cara Kalea membalas sepertinya ini yang pertama untuk gadis itu. Ah, rasanya Elkan tidak terima ciuman itu berakhir begitu saja."i think, you look like you've never been kissed," bisiknya dari samping. "but you're so charming, girl."Kalea membuang wajahnya ke samping dengan menghela nafas kasar. "You're bastard!""Yes, I'am baby," jawab Elkan santai. "Jadi itu memang ciuman pertama? Tidak buruk juga, walaupun kamu tidak membalasnya tadi. Kita harus coba lagi lain waktu.""In your dream!""Of course. In my dreams we'll kiss and go fuck so hard!"Kalea membulatkan matanya. Ingin sekali Kalea memukul mulut kotornya itu. Memang gila pria di depannya ini. Dia tau Elkan hanya ingin ber
Saat ini Kalea berada di dalam bis menuju kampus. Kebetulan sekarang dia ada kelas siang. Tubuhnya bersandar di kursi sambil menatap jendela mengarah ke jalan. Perlahan kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman. Sekelibat kejadian tadi pagi melintas di kepalanya.Tanpa sadar tangannya menyentuh bibirnya sendiri. Kenapa dia membayangkan saat ciuman bersama Elkan? Tidak! Kalea menggeleng cepat. Dia tidak boleh memikirkan si pria mesum itu."Dia itu pria hidung belang. Pasti bukan cuma gue korbannya. Liat aja, gue yang akan bikin lo bertekuk lutut.""Ck, dompetnya ke mana, ya?"Kalea menoleh saat mendengar decakan di sampingnya. Entah sejak kapan di sana ada siswi SMA yang baru pulang sekolah. Terlihat sedang membuka tas-nya mencari sesuatu."Cari apa?" tanya Kalea basa-basi."Ini, Kak. Lagi cari dompet.""Buat ongkosnya gak ada?" Kalea merogoh saku celananya. "Pakai uang aku aja."Gadis remaja itu sempat m
Kalea berjalan masuk ke butik. Setelah kuliahnya selesai dia langsung pergi ke butik karena salah satu karyawan bilang ada yang menunggunya sejak tadi. Padahal tadinya Kalea hendak pergi bersama Adel ke luar."Mbak, Ibunya ada di sana. Kami sudah mau melayani tapi maunya sama Mbak Kalea," ucap karyawannya."Emang Mbak Mia kemana?""Gak masuk kerja. Memangnya gak kasih tau Mbak Kalea?"Ia menggeleng pelan. "Enggak, tuh. Gak ada bilang apa-apa. Yaudah aku masuk dulu ke dalam."Kalea melepas tas-nya dan disimpan di kursi. Ia menghampiri seorang wanita yang memunggunginya, melihat-lihat pakaian. Kalau tidak salah beberapa hari yang lalu Ibu ini pernah datang ke butiknya."Ada yang bisa saya bantu, Bu?"Wanita itu membalikan badannya. "Saya suka sama bahan pakaian yang ada di butik kamu. Kebetulan seminggu lagi anak saya mau betunangan. Saya mau pesan pakaiannya di sini, dan nanti lusa saya balik lagi. Kalau hasilnya bagus sa
"Emang paling pusing kalau udah semester akhir. Gila aja lo suka sama sama Dosen killer kayak gitu."Adel mencak-mencak sambil keluar dari ruang Dosen. Dia baru saja mengirimkan tugas miliknya pada Pak Rendi, sang Dosen pengajar yang menurut temannya lebih menarik. Padahal apa yang menarik?Dia sudah mengerjakan tugas semalaman namun ditolak begitu saja, sedangkan Kalea malah tertawa melihatnya. Memang dosen yang satu itu tidak menerima tugas mahasiswanya begitu saja. Apalagi untuk orang yang telat seperti Kalea dan Adel."Selera kita itu beda. Daripada tetangga gue yang mesum itu, mending Pak Rendi," kata Kalea menunjukan senyum lebarnya."Tunggu! Maksud lo Pak Elkan? Kenapa tiba-tiba lo bahas dia?" Adel memasang senyum mengejek. "Lo lagi mikirin dia?"Kalea yang mendengar itu mengibaskan tangannya asal. "Ya enggak, lah. Gue cuma kasih tau lo aja, kalau cowok kayak Pak Rendi lebih menggoda. Keliatan keren gitu.""Alah, nanti jug
"Jadi kamu yang melakukan ini semua pada putri kesayangan saya?" tanya pria paruh baya di depan Kalea.Gadis itu tersenyum mengangguk. "Ya. Memang saya yang melakukannya."Kalea tidak terlihat panik sama sekali. Dia begitu santai saat mendapat pertanyaan dari Ayah Yumi. Berbeda dengan Yumi yang memnaggil Ayahnya, Kalea justru sendiri. Hanya duduk di samping Rektor yang memanggilnya ke sini. Selain karena orang tuanya masih berada di luar kota, Kelea juga tidak mau mereka tau masalah ini. Yumi yang melihat Kalea tersudutkan merasa puas. Memang saat ini tampilan Yumi lebih berantakan, seolah Kalea yang paling brutal di sini."Mengadu seperti anak kecil?" bisik Kalea yang terdengar oleh Yumi."Terserah gue. Sekarang gak akan ada yang bantu lo.""Ah, menindas seseorang dengan kesuksesan orang tuanya. Apa cuma itu yang bisa lo lakuin? Bersumbunyi di balik ketiak.""Ekhem!"Ayahnya Yumi sejak tadi mendengar percakapan mereka. "Lihat, Pak Beni. Anda menerima mahasiswi tidak sopan seperti in
Tepat hari ini, Elkan dan Airin akan pergi melihat gaun untuk acara pertunangan nanti. Tidak hanya berdua, tapi dengan Ibu mereka juga. Awalnya Elkan sempat menolak karena dia ada meeting hari ini, tapi kalau Ibunya yang meminta tidak mungkin ditolak. Yang ada habis dia mendapat omelan 7 hari 7 malam.Saat ini mereka sampai di butik. Airin menggandeng tangan Elkan dan berjalan berdampingan. Bahkan di depan pintu masuk mereka sudah disambut oleh karyawan di butik. Jangan diragukan lagi jika butik yang satu ini mengutamakan kenyamanan pelanggan."Selamat datang."Suara lembut yang mengalun di telinganya membuat Elkan langsung menoleh. Dunia ini seolah sempit. Lagi-lagi dia bertemu dengan tetangganya. Hei, kenapa Kalea ada di sini? Bukan hanya Elkan yang terkejut, Kalea juga sama terkejutnya. Namun dia berhasil menetralkan kembali wajahnya. Kalau begitu, pria ini sudah punya tunangan. Harusnya mereka tidak membuat pertaruhan yang saling menjatuhkan. "Selamat siang, Kalea. Kenalkan, ini
"Adel!" teriakan Kalea membuat Adel melempar bantal ke arahnya."Berisik! Lama-lama gue pulang juga kalau lo teriak terus."Gadis itu meloncat ke kasur di samping temannya. Menunjukan sebuah room chat yang membuat Kalea sejak tadi salah tingkah. Malam ini memang Kalea yang meminta Adel kembali menginap di rumahnya. Adel membaca isi chat yang ditunjukan Kalea. Dia juga tercengang melihatnya. Seolah mendapat jackpot, si dosen killer gebetan Kalea itu mulai mulai meladeni temannya. Biasanya mau sefrontal apapun Kalea menunjukan ketertarikan, dosennya tidak akan menanggapi. Tapi kali ini mereka berkirim pesan dengan Pak Rendi yang memulainya lebih dulu."Mimpi apa gue semalem? Kayaknya gak mimpi apa-apa." Kalea memeluk Adel erat."Eh, lepas! Gue gak bisa nafas." Gadis itu mendorong Kalea menjauh. "Yaelah, palingan juga dia cuma nanyain tugas lo. Sekarang lo lagi di skors. Lupa?""Plis, ya. Jangan bikin gue jatuh dulu. Baru juga terbang. Buktinya Pak chat gue duluan. Coba, mana pernah dia