Share

Semakin menarik

Author: Vellichor_Ann
last update Last Updated: 2023-06-21 13:41:02

"Kayaknya dia punya dendam kesumat sama gue. Dikira kaki gue ini baja berlapis karat kali, ya." Kalea masih saja mendumel sambil memijit kaki mulusnya. Tapi, setidaknya gadis itu bersyukur orangtuanya tidak mendapat surat panggilan. Bisa habis dia, jika mereka tau.

"Kaki kamu kenapa? Sakit?" Vita menghampiri putrinya yang duduk seorang diri.

"Enggak. Tadi ada pelajaran olahraga, jadi pada pegel, deh," cengirnya.

"Gara-gara HP, tuh."

"Kok HP, sih?"

"Kamu main HP terus jadi jarang olahraga. Liat tuh, masa tangan ga ada ototnya." Wanita paruh baya itu meraih lengan sang anak dan menggoyangkannya.

"Ga gitu juga, Mah, konsepnya," kata Kalea menatap kesal, sedangkan Vita terkekeh pelan.

"Mari masuk, Nak. Hati-hati jalannya."

Vita dan anaknya itu refleks melihat ke arah sumber suara. Wilan datang. Tapi, membawa siapa? Dengan penasaran mereka berjalan ke pintu utama. Sedikit terkejut melihat keadaan dua orang pria di sana berantakan.

"Loh, Papa udah pulang? Terus dia ngapain ke sini?"

"Aduh, ini loh suruh masuk dulu orangnya. Mah, abilin air minum buat nak Elkan, ya."

"Iya, Pah."

Kalea yang ditinggalkan di depan pintu hanya mampu menatap kepergian kedua orang tuanya. Dia baru saja diabaikan? Saat ia berniat masuk, tak sengaja matanya melihat bercak darah menetes di lantai. 'Siapa yang berdarah?'

"Ayo, diminum dulu." Wilan menyodorkan segelas air pada Elkan yang sudah dibawa istrinya.

"Terimakasih. Maaf jadi merepotkan."

"Ga merepotkan sama sekali. Daripada di rumah sendiri, biar Kalea yang bantu obatin, ya."

Kalea yang baru duduk di samping Wilan, menatap Papanya bertanya, "Emang kenapa, sih?"

"Jadi ceritanya.. "

-flashback ON-

Elkan menatap malas tiga orang lelaki yang terus  memukul jendela mobil. Mobil yang ditumpanginya terkepung. Motor para begal itu berada di depan dan belakang mobilnya. Ia sedikit menyesal melewati jalan sepi ini. Pikirnya, arah ini lebih cepat untuk segera ke rumah tanpa repot-repot terkena macet.

"Keluar! Kalo lo ga keluar, kita pecahin mobilnya!"

Tanpa ragu pria itu turun dari dalam mobil. Sebelumnya ia sempat masukan sebuah pistol ke dalam saku jas. Jangan ditanya Elkan mendapatkan benda itu dari mana. Ini adalah rahasia yang tidak diketahui orang-orang.

"Serahin kunci mobilnya!" ancam salah satu dari mereka dengan mengacungkan sebuah pisau.

"Uuu, santai." Elkan mengangkat kedua tangannya. "Ini mobil saya. Kenapa harus saya kasih ke kamu?"

"Banyak bacot ni orang. Habisin aja!" Mendapat kode dari pemimpin, mereka mulai menyerang Elkan bersamaan.

Mereka terlibat baku hantam dengan Elkan yang melawan seorang diri. Ketika pria itu berniat mengeluarkan pistol, ia menyadari bahwa ada sebuah mobil yang berhenti di belakang mobilnya. Saat itu juga, keluar seorang pria paruh baya yang berlari ke arahnya. Tunggu! Apa? Pak Wilan?

Niat Elkan sebelumnya diurungkan begitu saja. Tidak mungkin dia menggunakan pistol dihadapan Wilan. Mungkin pria paruh baya itu akan berpikir yang tidak-tidak tentangnya. Ya walaupun itu ... Ekhem! Oke, lupakan yang itu.

Melihat orang didepannya sedikit tak fokus. Salah satu dari begal itu mencoba menusuk Elkan, namun karena terkejut Elkan justru menahan dengan tangannya. Dan tepat ketika pisau ditarik, sebuah luka sayatan merobek telapak tangan pemuda itu.

"Akh!!"

"Hey! Jangan kabur kalian!" Wilan yang berusaha mengejar mereka yang membawa kabur mobil milik Elkan, tapi sang pemilik sendiri justru menahannya.

Ponselnya menangkap foto mobil miliknya sendiri. Dia tak ingat plat nomor nya, karena terlalu banyak mobil membuatnya tak bisa mengingat satu persatu. Foto tersebut dikirimkan ke Jonan dengan keterangan waktu dan tempat.

"Biar saya lapor polisi."

"Ga perlu, pak," tolak Elkan.

"Tapi itu mobilnya-" Wilan tak melanjutkan ucapannya. Dia tersenyum paham mengingat seberapa kaya pemuda di hadapannya ini. Mungkin mobil tadi adalah sebagian dari recehannya.

"Tangan kamu kena pisau? Kita obatin di rumah saya saja, ayo," tawar Wilan.

"Terimakasih. Nanti saya obati di rumah sendiri aja, Pak."

"Sudah, Gapapa. Nanti saya minta Kalea untuk obatin kamu."

Kalea? Itu membuat Elkan berpikir ulang. "Yasudah kalau Pak Wilan bersikeras."

-flashback off-

Gadis tersebut meringis menatap luka di tangan Elkan dengan ngilu. Ia jadi membayangkan sendiri bagaimana sebuah pisau menggores telapak tangannya seperti itu.

"Kal! Ayo bantu obatin lukanya, nanti keburu infeksi," titah sang Ibu yang langsung diangguki anaknya. Gadis itu pergi ke kamar untuk mengambil kotak P3K.

"Nak, Elkan. Saya sama istri saya masuk dulu sebentar, ya. Nanti Kalea datang."

Elkan tersenyum dan mengangguk. Ia menatap luka di tangannya dengan wajah dingin. "Kalian pikir siapa yang kalian lawan?"

"Mana sini tangannya?" Kalea yang baru datang, duduk di samping pria itu.

"Benaran kamu bisa?"

"Tenang aja. Kalau gagal, paling lukanya tambah parah terus diamputasi."

"Hey!" Elkan menjauhkan tangannya dengan menatapnya tajam.

Kalea tertawa dibuatnya. "Bawel! Ayo, sini! Bercanda doang kali."

Elkan mendengus kesal. Ia memberikan tangannya dan membiarkan gadis di depannya mengobati luka tersebut. Pria itu tak henti-hentinya menatap Kalea dari samping. Jarak mereka yang sedekat ini juga membuat Elkan kembali mencium wangi khas milik gadis di hadapannya. Tanpa sadar, hal itu menjadi candunya sekarang.

Tak butuh waktu lama, tangan itu sudah diperban. Kalea yang selesai mengobati luka, membenarkan posisi duduknya. Betapa terkejutnya gadis itu ketika wajah mereka hanya berjarak beberapa centi. Terjadilah kontak mata diantara mereka.

"Shh ... Kamu mau menggoda saya?" tanya Elkan dengan suara husky-nya.

Kalea menunduk, lalu memperhatikan penampilannya. Apa yang salah? Ia memakai celana training panjang dengan t-shirt oversize. Kalau ada yang harus disalahkan, itu bukan penampilannya, tapi otak mesum pria itu.

Seolah mengetahui apa yang Kalea pikirkan, Elkan melepaskan gulungan rambutnya. Ya, sedari tadi ia salah fokus dengan leher putih mulus itu. Lagipula, pria mana yang tidak tergoda? Daripada terlihat sexy, saat ini Kalea terlihat menggemaskan dengan poni tipis yang sedikit menutupi jidatnya. Jangan lupa dengan mata bulat yang selalu menatapnya tak bersahabat.

"Ga cocok, kamu malah tambah jelek," ucapnya santai.

Jelek katanya? Sialan sekali pria ini! Sedetik kemudian ia mengulas senyum manis. Kalea menggeser duduknya mendekati Elkan, dengan tangan merangkul pria yang lebih tinggi darinya itu. Sedangkan Elkan kini seketika berubah tegang saat wajah mereka terasa dekat.

Ini bukan pertama kalinya Elkan sedekat ini dengan perempuan. Tapi, kenapa saat orang itu Kalea, jantungnya berdetak dua kali lipat. Dengan jarak sedekat ini, bagaimana jika tiba-tiba orang tua gadis ini datang? Masa bodoh dengan itu. Wajahnya memanas sekarang.

"Bilang aja kalau gue cantik, ga usah malu. Gue juga ga suka sama cowo yang perutnya buncit. Jadi, jangan terlalu percaya diri," bisiknya. Ia menepuk pelan pipi Elkan lalu pergi meninggalkannya dengan membawa kotak obat tadi.

Buncit? Satu kata itu membuat sudut bibir Elkan berkedut. Ia mengintip sedikit ke balik bajunya. Tidak tau saja kalau Elkan memiliki sixpack. Pria itu menyandarkan tubuhnya ke sofa. Perlahan tangan Elkan memegang dadanya sendiri. Seulas senyum terukir di wajahnya ketika mengingat kejadian tadi, sampai sebuah suara menyadarkannya dari lamunan.

"Nak, Elkan. Ayo ikut kita makan di sini."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tetanggaku si Crazy Hot Boss   Akhir kisah

    Huek...Kalea mengusap mulutnya dengan air mengalir dan menatapnya di depan cermin. Tiba-tiba saja ia merasa mual. Kalea sempat berpikir ke arah lain apalagi dia telat haid 2 Minggu."Masa udah hamil lagi, sih? Jangan dulu dong. Kenan masih kecil."Kalea memang selalu menjaga dirinya setiap berhubungan dengan Elkan. Dengan memiliki suami yang selalu berhasrat membuat Kalea takut kebobolan. Dia ingin memiliki anak kedua jika Kenan memang sudah berusia 5 tahun agar dia juga masih mendapat perhatian dengan cukup.Wanita itu pergi ke luar kamar mandi dan mencari Elkan dan Kenan. Ayah dan anak itu ternyata berada di luar rumah. Elkan tengah mencuci mobilnya sedangkan Kenan bermain busa dengan sebuah bebek mainan yang terapung."Kenan main apa?" tanya Kalea ikut berjongkok di samping anaknya."Bun..""Main sabun? Bajunya basah ini. Nanti masuk angin sayang. Ini pasti Papa yang ajarin, kan?"Kenan yang dibawa-bawa langsung berbalik. "Kenapa aku? Itu mau anak kamu kok.""Anak kamu juga ini. S

  • Tetanggaku si Crazy Hot Boss   kepulangan Belina

    2 tahun kemudian.Waktu terasa begitu cepat bagi orang tua untuk melihat tumbuh kembang sang anak. Contohnya Elkan, apalagi semenjak memiliki anak dia banyak menghabiskan waktu di rumah dan bekerja dari rumah. Hal itu juga yang membuat Kalea senang karena Elkan bisa membagi waktunya dengan baik.Kenan, anak itu sudah berusia 2 tahun sekarang. Semakin lucu dan semakin terlihat tampan seperti ayahnya. Bukan hanya parasnya yang menarik perhatian, tapi juga kepintarannya karena dia sudah mulai belajar berbicara. Selama di tahun kedua itu juga Kalea dan Elkan sama-sama banyak belajar. Menjadi orang tua tidak semudah itu. Bahkan tak menampik jika terkadang mereka bertengkar kecil. Namun itu juga tak akan lama karena diantara mereka akan selalu ada yang mengalah. Mungkin bisa dikatakan Elkan lebih banyak mengalah."Elkan! Udah siap belum?" teriak Kalea dari lantai bawah. Tak lama kemudian datanglah Elkan dengan Kenan di gendongannya. Bocah dua tahun itu merentangkan tangannya saat melihat K

  • Tetanggaku si Crazy Hot Boss   lembaran baru

    "El bangun," bisik Kalea menepuk pipi Elan dengan pelan. Dia tidak ingin sang anak yang tengah tertidur jadi ikut terbangun."Eum.. ada apa?" gumam Elkan membuka matanya perlahan. Ia menarik tangan Kalea agar kembali berbaring di atasnya. "Aku masih ngantuk, Beb.""Bangun! Ini udah jam tujuh, nanti kan mama sama Papa mau ke sini. Aku mau mandi, kamu jagain Kenan, ya."Pria itu menekuk wajahnya. "Gak bisa mandi bareng, dong?"Kalea terkekeh pelan dan mengecup suaminya lembut. Maklumi saja karena Elkan ini memang sedikit gila dan dia mesum. Tapi terhitung sudah 4 bulan mereka tidak melakukan hubungan suami istri. Jadi sebagai pria Elkan sangat menginginkan hal itu. "Nanti tunggu Kenan besar.""Lama banget dong, Beb.""Aku mau mandi dulu, ya. Dah..." Wanita itu tertawa sambil bergegas masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Elkan yang kini mendengus pelan.Tapi tidak apa-apa, dia juga hanya bercanda. Elkan tau Kalea masih baru beberapa hari ini melahirkan anaknya. Jadi Elkan hanya meng

  • Tetanggaku si Crazy Hot Boss   cucu pertama

    Hari ini Kalea sudah bisa dibawa pulang bersama bayinya. Kalea menggendong bayinya dengan hati-hati dengan Elkan yang membawa tas, berjalan di belakangnya. Hari ini katanya khusus hari untuk Kalea dan Elkan bersama anaknya. Setelah ini barulah nanti orang-orang bisa bebas bermain dengan anak mereka.Untuk membiasakan diri sebagai orang tua baru. Kalea dan Elkan ingin mereka memiliki waktu bertiga terlebih dahulu. Dan dimulai sekarang Elkan akan menetapkan bahwa satu Minggu sekali dia ingin ada hari dimana mereka benar-benar bertiga."Selamat datang." Elkan membuka pintu apartemen lebar, membiarkan istri dan anaknya masuk lebih dulu."Makasih Papa," kata Kalea dengan suara anak kecil.""Sama-sama sayang."Elkan meletakan tas-tas berisi pakaian Kalea dan menghampiri istrinya tersebut. Setelah dipikir-pikir sepertinya Elkan berniat untuk pindah membeli rumah lagi. Jika tetap tinggal di apartemen pasti sulit juga, apalagi kini mereka sudah punya bayi. Sebenarnya Elkan juga belum menjual r

  • Tetanggaku si Crazy Hot Boss   anggota keluarga baru

    Setelah dua bulan perginya Belina ke Swiss, keluarga Cyrano mulai terbiasa. Mereka sering mendapat kabar dari Belina. Dan jika tidak ada kabar darinya maka Elkan akan meminta kabar dari Jonan. Pria itu cukup sering melihat Belina di asrama sekolah untuk memastikan keadaannya. Hal yang terdengar menenangkan adalah Belina kembali bisa bersosialisasi seperti biasa. Contohnya dengan Jonan, dia tidak takut seperti sebelumnya. Belina mulai terbiasa dan mulai melupakan masalahnya. Fokusnya hanya pada sekolah."Aw!" Kalea mendudukkan dirinya di kursi sambil memegangi perutnya yang terasa sakit."Kalea! Lo kenapa?" Adel bergegas menghampiri sahabatnya itu. Hari ini Kalea, Adel, dan Oliv berada di apartemen Kalea. Akhir-akhir ini mereka berdua memang sering menemui Kalea. Karena tengah hamil besar, tidak mungkin juga mereka membiarkan Kalea keluar rumah hanya untuk bertemu, jadi lebih aman jika Adel dan Oliv yang mendatanginya. Lagipula Elkan tidak mengizinkan istrinya itu keluar rumah tanpa

  • Tetanggaku si Crazy Hot Boss   pergi

    Belina berjalan masuk ke dalam rumah dan menatap Kakaknya yang tengah diobati oleh Kalea. Akibat kecelakaan tadi mereka langsung pulang. Kalea benar-benar khawatir meskipun Elkan mengatakan jika dirinya baik-baik saja.Memang tidak ada luka serius. Hanya telapak tangan yang berdarah dan celana bagian lutut yang sobek, namun tak ada luka parah di lututnya. Belina tak berani mendekat karena dia merasa bersalah. Dengan perlahan Jonan lagi-lagi mendekatinya. Namun kali ini Belina menghindar."Jangan deket-deket!"Pria itu tersenyum kecut. "Maaf." Ia sedikit menjauh dari perempuan di sampingnya. "Elkan itu gak sebrengsek yang kamu pikir. Dia cuma main-main sama ceweknya dulu. Gak ada paksaan sama sekali. Mungkin kamu jijik dengernya, tapi itu Elkan. Setelah Kalea datang, Kakak kamu itu gak pernah main cewek lagi. Dan ketakutan Elkan itu, adek ceweknya ketemu sama cowok yang gak bener. Karena dia gak mau kamu kenapa-napa.""Tetep aja ini karma." Belina menunduk memainkan ujung kaosnya."Jan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status