Alexa dan Nazwa kini sedang duduk di kantin sambil menikmati mie baso yang hanya di bumbui penyedap rasa dan sambal tanpa saos kecap. Keduanya makan sambil terus bercerita sampai mulut mereka terdiam karena ada Yaron yang duduk di antara mereka berdua.
“Ada apa?” tanya Alexa kepada Yaron sambil menyuapi mulutnya.
“Habisin dulu aja makannya.”
Alexa menganggukan kepalanya, “Gak pesan makanan?” tanya Alexa saat melihat Yaron yang daritadi hanya melihat dia dan Nazwa makan.
“Enggak.”
“Mau?” Alexa terlihat menyodorkan sendok yang sudah di isi oleh potongan baso. Awalnya Yaron melihat dulu dengan wajah yang datar sampai pada akhirnya dia membuka mulutnya dan mengunyah makanannya.
“Please deh, kalian lupa ya, disini ada aku,” greget Nazwa.
“Nyuapin doang, ni riwehh,” ucap Alexa dengan berlogat.
“Mau lagi?” tanya Alexa yang dijawab gelengan kepala oleh Yaron.
“Sama-sama,” sambung Alexa karena hanya melihat Yaron yang cuek tidak mengatakan apa-apa.
“Terima kasih,” timpal Nazwa yang meledek Alexa.
Alexa hanya melihat dengan malas Nazwa sambil melajutkan untuk mengunyah kembali dan menghabiskan makanannya, “Jangan terus natap gitu, aku gak suka.” Alexa terlihat menyodorkan sendok yang kosong seakan memperingati Yaron yang daritadi menatapnya.
“Nanti sore aku jemput,” ucap Yaron saat Alexa sudah selesai makan.
“Hah? Mau kemana?”
“Gak bisa, aku udah ada janji sama orang lain.” Alexa terlihat memandang mata Nazwa seakan meminta bantuan.
“Gak ada penolakan,” ucap Yaron sambil meninggalkan Alexa.
“Ih kok gitu sih!” kesel Alexa.
“Sabar-sabar. Telepon aja atau kirim pesan sama Irvin kalau kamu mau berangkat kesana sendiri.”
Alexa menganggukan kepalanya setuju, ia langsung mengirim pesan ke Irvin tapi ternyata dia tidak aktif tapi Alexa yakin nanti dia akan membuka pesannya jadi tidak mencoba untuk menelephone.
Saat Alexa sudah sampai di rumahnya, dia langsung membersihkan badannya dan segera bersiap-siap untuk pergi meninggalkan rumahnya supaya tidak bertemu dengan Yaron walaupun sebenarnya dia sudah mengingatkan Yaron untuk tidak menjemputnya ke rumah karena dia tidak bisa jalan dengannya hari ini.
Alexa membuka pintu rumahnya dengan santai kemudian beberapa detik setelahnya wajahnya menjadi pucat saat ada seseorang di depan pintunya, “Yaron.”
Alexa langsung melihat hpnya yang bergetar yang ternyata Irvin sudah membalas dan mengirim alamat dan tempat untuk dia lomba basket, “Mau kemana?” tanya Yaron saat melihat pakaian Alexa yang simple karena memakai kaos dan celana jeans pendek beserta topi yang berwarna hitam putih.
“Aku kan udah bilang, aku ada janji sama orang lain. Lagian kamu udah bacakan pesan aku yang isinya jangan jemput aku karena aku gak bisa.”
“Aku udah nurutin kemauan kamu, jadi tolong jangan ganggu aku dulu sekarang.” Alexa langsung meninggalkan Yaron namun langkahnya terhenti saat mendengar kalimat yang diucapkan oleh Yaron. “Sampai kapan kamu mau jadi orang yang kayak gini, Xa?”
“Jangan ikut campur. Kamu gak tau apa-apa soal ini.” Setelah menjawab pertayaan dari Yaron, Alexa langsung masuk ke dalam mobilnya tanpa melihat ke arah Yaron lagi. Keadaannya saat ini menjelaskan bahwa Alexa pacar Yaron, tapi itu bukan kenyataannya, seorang Alexa masih sendiri karena tidak ada kejelasan dalam hubungannya sama Yaron. Siapa yang akan setuju jika mereka berdua pacaran jika tidak ada rasa diantara keduanya. Walaupun sikap Yaron yang menunjukan posesif, tapi siapa yang tahu kalau Yaron benar-benar suka kepada Alexa dan siapa yang akan menjamin jika itu bukan akting dan hanya permainan Yaron semata?
Di dalam mobil, fokus Alexa teralihkan saat Yaron tidak henti-hentinya mengirim pesan dan menelphone. Karena menganggu, akhirnya Alexa mematikan hpnya dan langsung memutar musik untuk membuatnya tidak badmood karena sikap Yaron yang menyebalkan.
Alexa melambaikan tangannya saat melihat Irvin yang sedang bermain basket sambil duduk bersama dengan penonton yang lain. “Irvinn semangatt, go Irvin semangat, go-go Irvin semangat,” teriak Alexa yang langsung menjadi pusat perhatian orang-orang yang sedang menonton lomba.
Irvin yang mendengar itu hanya manahan senyumnya sambil ingin menutup wajahnya karena malu, benar saja Alexa berteriak seperti itu. Irvin kira Alexa hanya bercanda saat mengucapkan kalimat itu. Permainan babak pertama sudah selesai dengan skor yang sangat sengit yaitu dimenangkan oleh tim Irvin dengan jumlah skor 20 dan lawan 18. Alexa turun dari bangku penonton dan menghampiri Irvin yang sedang menunggunya di bawah.
“Hebattt, tingkatkan dan terus semangat. Jangan di kasih kendor lawannya, Bapak Guru halu” ucap Alexa antusias sambil bertepuk tangan dengan meriah.
“Ini aku bawain minum, tadi sih beli di supermarket.” Alexa terlihat memberikan botol minumannya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Makasih ...lepas aja topinya, ini di dalam ruangan. Emangnya gak gerah.”
Alexa menggelengkan kepalanya lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Irvin, “Nanti teman atau lawan kamu ada yang naksir, terus muji kecantikan aku gimana?” bisik Alexa lalu ia tertawa.
“Aku bantu bersihan keringat kamu ya,” ucap Alexa sambil membersihkan keringat di bagian wajah Irvin terutama di kening dan pipi.
“Oh iya, maaf ya tadi aku telat datangnya.”
“Kenapa harus minta maaf, kamu gak salah kok.”
“Ya ... gak enak aja padahal aku udah janji. Tapi sekarang sebagai gantinya aku mau nonton lomba kamu sampai beres dan semangatin tiada henti.” Alexa tersenyum manis sambil terus membersihkan keringat Irvin.
Irvin memegang tangan Alexa yang sedang membersihkan keringatnya, “Makasih ya, udah bikin aku malu.” Alexa dengan spontan langsung memukul dengan pelan tangan Irvin yang langsung membuat Irvin meringis kesakitan. Bisa-bisanya dia di terbangkan lalu dijatuhkan tanpa ada jeda sedikitpun.
“Aaa Maaf, sakit ya. Kok bisa sih padahal perasaan mukulnya pelan,” ucap Alexa sambil mengelus tangan Irvin yang dia pukul.
“Tapi boong,” ejek Irvin yang langsung membuat bibir Alexa maju beberapa centi.
“Ohhh gitu, oke tunggu aja pembalasan dari seorang Alexa....”
Irvin hanya tersenyum saat mendengar kalimat yang dilontarkan Alexa. Sebentar, kali ini Alexa akan menebak jika Irvin sedang bahagia dan bersemangat untuk mengikuti lomba. Hatinya juga sudah mulai menghangat apalagi saat Alexa mengucapkan kata maaf dan penyesalannya karena sudah datang terlambat. Kalau orang lain pasti akan meremehkan hal itu, tapi harusnya mereka tahu, dari hal-hal terkecil orang bisa membuat momen yang indah. Apalagi, katanya cewek itu selalu susah kalau minta maaf. Jadi Alexa akan membuat Irvin terpesona dan merasa tidak menyangka saat ia meminta maaf padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun.
Tidak terasa Alexa sudah berada dan menunggu Irvin selama dua jam, sampai lombanya selesai. Lomba tentunya dijuarai oleh tim Irvin dan sekarang meraka sedang diskusi dengan pelatih dan timnya yang lain.
Setelah diskusinya di cukupkan untuk istirahat, Irvin langsung menghampiri Alexa yang sedang mengangkat dua jari jempolnya ke arah Irvin, “Keren, selamat....”
“Kamu masih ada rapat?” tanya Alexa karena tidak sengaja mendengar pembicaraan yang dibicarakan pelatih Irvin.
“Maaf ya, aku gak bisa nungguin kamu. Aku ada urusan yang lain. Maaf banget, aku janji nanti kalau ada lomba atau latihan dan apapun itu, aku akan nemenin sampai kamu pulang.”
“Mau pulang?" tanya Irvin yang dijawab anggukan pelan Alexa karena tidak enak.
“Iya gakpapa, maaf ya aku gak bisa nganterin kamu.”
“Santai aja, aku bawa mobil kok. Sekali lagi selamat ya, kemampuan kamu emang gak bisa diraguin lagi. The best pokoknya. Aku duluan ya. Semangat rapatnya.” Alexa memberikan air minum dan membersihkan terlebih dahulu keringat yang ada di kening Irvin dan menepuk pundaknya.
“Dahh ... sampai ketemu lagi.” Alexa melambaikan tangannya dan segera masuk ke dalam mobilnya, saat ini Alexa begitu sangat kesal saat menerima pesan dari Haden yang isinya Yaron dari tadi menunggunya di depan rumah, untung saja Haden kesana untuk mampir jadi dia mengajak Yaron untuk masuk dan ngobrol-ngobrol.
“Aku gakpapa, Xa.”“Aku gak nanyain kondisi kamu!” geram Alexa.“Kamu anemia, Iya atau enggak?!” Alexa terlihat menatap wajah Yaron dengan kesal karena tidak suka dengan sikap Yaron yang selalu menyembunyikan apapun dari Alexa. Yang salah ada di dirinya karena tidak bisa dipercaya atau ada di Yaron?“IYA ATAU ENGGAK?!”“Iya,” jawab Yaron melihat ke arah Alexa dengan datar.“Aku gak mau, kamu jadi iba dengan penyakit yang aku derita,” lanjut Yaron membuang wajahnya.Alexa terlihat mengerutkan keningnya, “Apa sih, Ron! Siapa juga yang mau iba sama sikap kamu yang songong gini,” ucap Alexa tersenyum kecil supaya mencairkan suasana.“Lagipula, aku nanya gitu cuma mau memastikan aja apa yang aku duga-duga selama ini benar atau enggak. Supaya aku bisa menjaga kamu dan jadi ibu yang over protektif kalau anaknya kenapa-napa, sekaligus jadi suster s
Yaron melihat Alexa dari kejauhan, walaupun Alexa membelakanginya, dia masih bisa melihat dengan samar jika Alexa seperti orang yang bahagia dan sesekali tersipu malu saat berbicara dengan Irvin. Tidak ada alasan untuk Yaron membuang mukanya supaya tidak melihat apa yang dilakukan oleh Alexa, buktinya kemarin bukan kemauan Yaron untuk melihat Alexa bermain basket dengan Irvin dengan sangat romantis dan bahagianya.“Di ajak lagi main basket?” tanya Yaron saat Alexa kembali duduk di sampingnya.Alexa menggelengkan kepalanya sambil menyimpan hp setelah membalas pesan dari seseorang. “Kalau gitu di ajak jalan?”Alexa kembali menggelengkan kepalanya sambil mengerutkan keningnya, “Apa sih! Kepo!” jawab Alexa sambil melihat-lihat sudut kamar Yaron yang simple tapi terlihat elegant.Alexa tersenyum kecil saat melihat poto Yaron yang masih kecil dan di edit menjadi naik unta, tentu saja itu poto Yaron saat wisuda tk. Saat Alexa
Alexa berjalan sambil melihat jendela kelas Yaron yang menunjukan tidak ada tanda-tanda Yaron disana, bahkan kantongnya saja tidak ada. Alexa hanya melihat Nori yang sedang mengobrol dengan teman-temannya dan sedang melihat ke arah Alexa sambil bisik-bisik, tentu saja yang melihatnya akan menyangka jika Nori sedang menceritakan tentang Alexa.“Budi,” panggil Alexa kepada salah satu teman kelas Yaron yang kebetulan keluar dari kelas.“Iya.”“Yaron kemana ya? Kok gak ada di kelas,” tanya Alexa sambil melihat ke dalam kelas.“Dia gak sekolah, Alexa.”“Kenapa?”Budi menggelengkan kepalanya yang membuat Alexa khawatir, tidak lupa sebelum Budi pergi Alexa mengucapkan terima kasih karena sudah memberikan dia informasi. Sambil melihat ke arah kelas yang menunjukan Nori sedang melihatnya, Alexa mencoba menelphone lagi Yaron yang masih tidak aktif walaupun menggunakan panggilan biasa.
Di satu sisi lain dari arah barat, terlihat ada seseorang yang bersembunyi di balik pohon sambil melihat dua orang manusia yang sedang main basket dengan bahagianya, dihiasi oleh ribuan senyuman dan candaan. Semuanya terasa indah apalagi sang cewek yang daritadi merengek supaya cowoknya bisa mengalah dalam bermain basket. Senyum terlukis abstrak dari wajah Yaron melihat kebahagiaan Alexa yang sedang bermain basket dan ekspresi wajahnya yang membuat Yaron mengagumi ciptaan Tuhannya yang sangat manis, mandiri dan cantik tentunya.Entah bagaimana caranya, langkah kaki yang digerakan oleh hati Yaron menuntun dan membawanya untuk melihat apa yang dilakukan Alexa bersama dengan Irvin. Ada rasa bahagia karena melihat kebahagiaan Alexa namun ada rasa kecewa karena Yaron tidak bisa membuat Alexa sebahagia itu bila bersamanya. Saat melihat kepala Alexa yang terkena bola basket, langkah kaki Yaron tiba-tiba berjalan dengan sendirinya dan terhenti saat melihat Irvin yang langsung mendeka
Alexa menatap Yaron dengan malas sambil melepaskan pegangan tangannya, tentu saja akan beda cerita kalau Yaron ikut bersama dengan Alexa. Bagaimana mungkin Alexa bisa merefresikan pikirannya yang selalu atau bahkan dipenuhi oleh masalah, dan itu semua tentang Yaron. Alexa menggelengkan kepalanya pelan melihat ke arah Yaron sebentar lalu melihat ke arah lain yang kebetulan ada Haden.“Haden...!” teriak Alexa.Haden langsung menghampiri Alexa dan Yaron, “Ada apa, Sepupu aku yang paling cantik. Apa yang harus aku bantu?” ucap Haden sambil merangkul Alexa di depan Yaron.“Lo gak bisa kayak ginikan?” ejek Haden kepada Yaron sambil tertawa puas.“Anterin Yaron pulang, pastikan dia gak ikutin aku pulang sama Irvin. Apalagi ganggu waktu santai aku sama dia.”Haden yang mendengar itu langsung menganggukan kepalanya dan mengangkat jempolnya, “Siap, it’s eazy. Lo dengar kan kata sepupu gue apa? Hayu
Seperti yang Alexa dan Nazwa prediksi, hari ini sekolah dibuat geger karena melihat perubahan Rina yang menjadi lebih cantik bahkan trending di sekolah saat ini diduduki olehnya. Banyak cowok-cowok yang melihat Rina dengan santapan yang enak bahkan ada beberapa cowok yang langsung menghampiri Rina dan langsung mendekatinya tanpa aba-aba. Tapi, ternyata Rina belum siap dengan keadaannya dan dia hanya tersenyum kecil dan merasakan gugup. Untung saja ada Alexa dan Nazwa yang selalu berada di sisinya.“Nah Rin, jangan mau di deketin sama Bayu, dia ceweknya banyak terus tukang ghosting,” ucap Alexa saat bayu sudah pergi dari sisi Rina.“Kalau Gio, dia ganteng sih. Tapi kamu akan ngebatin karena dia baik ke semua cewek.” Kini, Alexa melihat ke arah Gio yang sedang melihat ke arah mereka.“Tapi sih, sebenarnya semua cowok punya kekurangannya tersendiri. Jadi, ya ... kamu tahulah. Cara mereka nyakitin kita itu berbeda-beda tapi tujuannya sa
Hari yang sangat cocok untuk berlibur dan merefreshing pikiran dengan jalan-jalan sekaligus belanja ke mall untuk keperluan Rina. Dimulai dari pakaian, sepatu, tas, dan aksesoris-aksesoris yang mereka habiskan secara tiga jam lebih karena ternyata mereka bukan tipe cewek yang suka berlama-lama untuk berbelanja dan memilih pakaian yang sesuai dengan selera tanpa mementingkan fasion/stylish.“Rin, kalau gak pakai kacamata kamu bisa lihat dengan jelas gak atau mau pakai kacamata aja?” tanya Nazwa saat sedang memilah aksesoris seperti kalung, anting dan disana ada juga kacamata yang simple.“Kalau lebih pede pakai kacamata, gapapa pakai kacamata aja. Kamu akan tetap cantik dan gak mengurangi kecantikan kamu kalau gak pakai kacamata,” timpal Alexa.“Ah Teh Alexa bisa aja, tapi kayaknya Rina mau pakai kacamata aja, boleh kan Teh?” jawab Rina tersipu malu.Nazwa dan Alexa menganggukan kepalanya sambil memilih model kacamata ya
Yaron melihat Alexa dengan wajah yang datar, “Kenapa sih bahas Nori terus? Kamu cemburu?”Alexa tersenyum mendengar itu, “Iyaa, aku cemburu. Kenapa emangnya?”Yaron langsung terdiam dan menatap Alexa dengan tidak percaya, “Xa, kapan sih kamu mau berhenti ikut campur urusan orang lain?” tanya Yaron yang kini tatapannya berubah menjadi teduh.“Hmmm... emang kapan aku ikut campur urusan orang lain? Hubungan Irvin sama pacarnya aja aku udah bomatkan.”“Aku gak bahas Irvin. Udah deh, aku tahu Xa, maksud kamu deketin Rani apa.”“Ron, udah deh jangan mulai. Kamu gak tahu, titik permasalahannya. Aku ngelakuin itupun bukan tanpa alasan.” Kini, ucapan Alexa sudah mulai meninggi. Oleh karena itu, dia langsung mengatur nafasnya supaya bisa tenang.“Aku ngelarang kamu juga bukan tanpa alasan, Xa. Aku Cuma peduli dan khawatir kamu kenapa-napa. Udah gitu aja.”&ldquo
Kemampuan Alexa semakin hari semakin berkurang karena sudah jarang di asah untuk melihat sikap dan perilaku para cowok, apalagi setelah Alexa bertemu dengan Yaron dan Irvin, statusnya menjadi orang ketiga seakan vakum terlebih dahulu. Sangat di sayangkan memang, apalagi saat Alexa merasa bahwa ia tidak bisa mendeskripsikan sikap Yaron dan Irvin kepadanya. Apakah mereka melihat Alexa sebagai seorang perempuan atau tidak.Kadang, Alexa selalu berpikir apakah kemampuannya tidak mempan kepada dua cowok yang sedang berada di dalam ceritanya saat ini, karena dia sudah mulai menggunakan hati dibandingkan logikanya, sehingga dia lebih banyak merasa yang ujungnya malah jadi baper sendiri.“Nazwa...!” panggil Alexa yang membuat Nazwa langsung menoleh ke arahnya.Alexa mengeluarkan nafasnya terlebih dahulu dengan lemah. “Kenapa?” tanya Nazwa.“Kayaknya aku harus cari target baru deh, selain Irvin dan Yaron. Ada kenalan gak? Tapi kali in