Alexa sudah sampai di depan rumahnya dan langsung masuk ke ruang tamu, saat ini ia sedang melihat Yaron yang sedang menatap ke arahnya dengan santai. Haden yang menjadi penengah langsung tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat Alexa menghampirinya.
“Dari mana aja?” tanya Haden saat melihat sepupunya yang sudah menyiapkan ribuan kata-kata untuk menyerangnya.
“Ron ngapain?” greget Alexa.
“Nunggu kamu,” jawab Yaron simple sedangkan Haden hanya menelan ludahnya, saat ia di acuhkan oleh Alexa bahkan pertanyaan darinya saja tidak di jawab sama sekali.
“Aku udah bilang ada janji. Kenapa masih nunggu. Keras kepala banget sih.”
“Pulang!” usir Alexa yang membuat Haden bersiap-siap untuk mengangkat kakinya.
“Mau kemana?” tanya Alexa saat melihat Haden akan pergi.
“Pulang.”
“Bukan kamu tapi Yaron,” ucap Alexa sambil senyum terpaksa karena Yaron hanya diam saja sedangkan Haden hanya menganggukan kepalanya sambil duduk kembali karena takut.
“Pulang ... Yaron,” ucap Alexa lembut dan merendahkan suaranya.
Yaron langsung berdiri dan menghampiri Alexa, sesaat semuanya hening hanya ada detak jam yang menghiasi suasana yang cukup mendebarkan.
“Aku bilang gak ada penolakan. Jadi mau gak mau kamu harus ikut aku sekarang.”
Alexa menatap Yaron dengan tidak percaya lalu melihat ke arah jam tangannya, “Oke, tapi aku mau ... kamu ajak aku ke tempat yang biasanya kamu datengin sama Nori.”
“Kenapa bengong? Belum Move on?” lanjut Alexa sambil tersenyum licik saat melihat Yaron yang hanya menatapnya dingin.
Jalanan kota memang sangat indah saat malam tiba, ribuan lampu dari bangunan-bangunan besar dan lampu jalan saling menerangi seakan ingin mengalahkan sang bulan serta ribuan bintang yang ada di langit. Tangan Alexa dengan sengaja memeluk pinggang Yaron, senyuman tergambar di bibirnya saat bayangan mereka berdua selalu terlihat mengikuti kemana mereka pergi sampai pada akhirnya bayangannya hilang saat cahaya perlahan hilang.
“Mall?” ucap Alexa tidak percaya saat Yaron menghentikan dan memparkirkan sepeda motornya di surganya para cewek.
“Iya, kenapa? Itukan yang kalian mau?” jawab Yaron sedangan Alexa turun dan memberikan helmnya.
“Ooo ... of course.” Alexa melihat ke arah Yaron dengan tersenyum kecil.
Alexa menggenggam tangan Yaron saat mereka mulai melangkahkan kakinya ke Mall, dan dia bisa merasakan bahwa Yaron tidak nyaman dengan apa yang dia lakukan. Tapi Alexa mencoba untuk tidak mempedulikan itu dan ia tidak akan melepaskan genggamannya bahkan akan melakukan hal yang sebaliknya.
“Jadi kalian suka ke Mall.”
Yaron menganggukan kepalanya malas, “Terus kalian ngapain? Belanja?”
“Hmmm.”
Mata Alexa kini sedikit tidak terlihat saat mendengar jawaban yang Yaron lontarkan. “Hmmm? Ooo shit!”
Kini, suara hati Alexa tidak bisa diam, dia terus saja mensumpah sirampahi cowok yang sedang berada di sampingnya, logikanya terus meminta untuk pulang saja. Tidak ada yang seru, dari tadi hanya kebohongan saja yang Alexa dapatkan. Tapi ternyata hati Alexa belum muak sehingga dia akan melanjutkan permainannya.
“Ke atas yu ... main game,” ajak Alexa cepat yang membuat Yaron kehilangan kendali karena terbawa oleh langkah Alexa.
Mereka naik ekskalator satu per satu sampai berhenti di lantai paling atas. Tidak sedikit orang yang melihat ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Alexa yang memakai baju olahraga karena belum sempat mengganti bajunya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pakaian Alexa, yang salah ada di wajahnya karena begitu menarik perhatian para cowok-cowok buaya yang haus akan daging yang segar.
“Nanti, kalau mau pergi jangan pakai makeup yang berlebihan,” ucap Yaron yang daritadi merasakan banyak cowok-cowok yang melihat ke arah Alexa dengan mata yang jelalatan.
“Suatu kalimat perintah atau kalimat memberi saran?”
“Perintah!”
“Ohhh ... emang apanya sih yang berlebihan.” Alexa terlihat menghentikan langkahnya. “Kenapa?” tanya Yaron sambil melihat ke arah Alexa.
“Stop, bentar. Buka matanya lebar-lebar. Nah bagus.” Tangan Alexa memegang wajah Yaron kemudian menatap mata Yaron sambil melihat riasan wajahnya yang katanya terlalu berlebihan.
”Ngaco, kata siapa berlebihan? Orang ini natural kok.” Alexa terlihat semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Yaron yang membuat Yaron menciptakan jarak dan sedikit menjauh dari Alexa.
Kening Alexa memperlihatkan kerutan saat melihat Yaron mencoba menjauh dari dirinya, “Ohhh i see, bilang aja ‘Alexa kamu cantik’. Jangan so-soan ngasih perintah jangan pakai make up berlebihan. Dasar!”
Alexa melanjutkan langkahnya dan tidak menggandeng tangan Yaron untuk tetap berada disisinya, dia sangat bingung, mau sampai kapan Yaron terus berpura-pura seperti ini dan memaksa hatinya untuk terus berbohong untuk mengakui kalau Yaron mencintai dirinya padahal tidak sama sekali. Jelas-jelas dari sikap Yaron saat berada di motor sampai saat Alexa menggenggam tangannya saja, sangat keliatan bahwa dia tidak nyaman berada di dekat Alexa dan berusaha untuk menjauh.
Belum lagi saat Alexa menatap pupil mata Yaron yang mengecil menandakan memang dia tidak suka kepadanya berbeda saat melihat cowok-cowok yang haus akan danging segar dan yang mencintainya yang pupil matanya selalu membesar saat berada di dekat Alexa.
“Karena aku yang ngajak duluan untuk main game, jadi aku yang akan milih permainan buat kita tanding. Yang kalah hukumannya menceritakan apa yang ditanyakan oleh pemenang dengan jujur.”
“Mencari kesempatan dalam kesempitan,” timpal Yaron dengan muka yang tidak berdosa.
“Kenapa? Takut. Terlalu banyak bohong sama akting sih.” Alexa tersenyum sinis.
“Dasar drama king!” gerutu Alexa pelan.
Alexa memilih permainan dance, basket ball, hockey meja, game balapan, dan yang terakhir memukul kepala katak. Sebenarnya Alexa memilih itu karena dia sudah terbiasa bermain dengan Nazwa maupun Haden jadi ia sangat yakin bisa mengalahkan Yaron. Permainan di mulai, Alexa dan Yaron mulai menggerakan tubuh mereka untuk mengikuti arahan dance dari layar, sepanjang permainan Alexa maupun Yaron tidak menggambarkan kebahagian melainkan hanya muka datar yang ditunjukan padahal kalau sama Nazwa dan Haden, Alexa selalu tertawa terbahak-bahak melihat eskpresi saat mereka kalah begitupun dengan Yaron saat ini,
“Yow yow yowww.” Alexa mengangkat tangannya saat ia memenangkan permainannya.
“Kalau sama Irvin pasti seru,” gerutu Alexa saat akan memulai permainan basket ball dan menjeda terlebih dahulu karena idenya langsung muncul untuk mengirim pesan terlebih dahulu kepada Irvin.
Senyum Alexa tergambar saat melihat layar hpnya karena Irvin langsung dengan cepat melihat pesan dan langsung membalasnya. Suara Yaron yang memberi kode lewat batuk membuat kebahagiaan Alexa perlahan hilang.
“Langsung aja deh ke permainan pukul katak, udah cape!” Alexa meninggalkan Yaron yang sudah bersiap-siap dengan bola basket di tangannya yang selangkah lagi tinggal dimasukan ke ring.
“Gak asik! Gak ada hasrat buat main, pengen cepat-cepat pulang”ucap Alexa di dalam hatinya berbanding terbalik dengan keadaannya.
Alexa dengan malas memainkan permainan pukul katak bahkan sampil terus mensumpah sirampahi karena dari tadi Yaron tidak memberikan ekspresi apa-apa hanya datar, harusnya di permainan seperti ini dia bahagia bukan malah jadi darah tinggi seperti ini.
“Awww,” teriak Alexa saat pemukul kataknya mengenai tangan sebelahnya.
Yaron yang mendengar bahkan melihat Alexa yang asal-asalan mainnya pun langsung sigap membawa tangan Alexa sambil mengusap dan meniup tangannya. “Makanya jangan dulu mikirin orang lain kalau raganya ada disini,” ucap Yaron yang membuat Alexa malas.
“Ngasih tahu diri sendiri?” tanya Alexa yang membuat Yaron berhenti meniup tangannya dan langsung fokus menatap Alexa. Andai saja Yaron tahu dari tadi Alexa terus memikirkan dirinya bukan orang lain ataupun Irvin, karena bisa-bisanya daritadi Yaron hanya menunjukan muka datarnya.
“Aku gakpapa, Xa.”“Aku gak nanyain kondisi kamu!” geram Alexa.“Kamu anemia, Iya atau enggak?!” Alexa terlihat menatap wajah Yaron dengan kesal karena tidak suka dengan sikap Yaron yang selalu menyembunyikan apapun dari Alexa. Yang salah ada di dirinya karena tidak bisa dipercaya atau ada di Yaron?“IYA ATAU ENGGAK?!”“Iya,” jawab Yaron melihat ke arah Alexa dengan datar.“Aku gak mau, kamu jadi iba dengan penyakit yang aku derita,” lanjut Yaron membuang wajahnya.Alexa terlihat mengerutkan keningnya, “Apa sih, Ron! Siapa juga yang mau iba sama sikap kamu yang songong gini,” ucap Alexa tersenyum kecil supaya mencairkan suasana.“Lagipula, aku nanya gitu cuma mau memastikan aja apa yang aku duga-duga selama ini benar atau enggak. Supaya aku bisa menjaga kamu dan jadi ibu yang over protektif kalau anaknya kenapa-napa, sekaligus jadi suster s
Yaron melihat Alexa dari kejauhan, walaupun Alexa membelakanginya, dia masih bisa melihat dengan samar jika Alexa seperti orang yang bahagia dan sesekali tersipu malu saat berbicara dengan Irvin. Tidak ada alasan untuk Yaron membuang mukanya supaya tidak melihat apa yang dilakukan oleh Alexa, buktinya kemarin bukan kemauan Yaron untuk melihat Alexa bermain basket dengan Irvin dengan sangat romantis dan bahagianya.“Di ajak lagi main basket?” tanya Yaron saat Alexa kembali duduk di sampingnya.Alexa menggelengkan kepalanya sambil menyimpan hp setelah membalas pesan dari seseorang. “Kalau gitu di ajak jalan?”Alexa kembali menggelengkan kepalanya sambil mengerutkan keningnya, “Apa sih! Kepo!” jawab Alexa sambil melihat-lihat sudut kamar Yaron yang simple tapi terlihat elegant.Alexa tersenyum kecil saat melihat poto Yaron yang masih kecil dan di edit menjadi naik unta, tentu saja itu poto Yaron saat wisuda tk. Saat Alexa
Alexa berjalan sambil melihat jendela kelas Yaron yang menunjukan tidak ada tanda-tanda Yaron disana, bahkan kantongnya saja tidak ada. Alexa hanya melihat Nori yang sedang mengobrol dengan teman-temannya dan sedang melihat ke arah Alexa sambil bisik-bisik, tentu saja yang melihatnya akan menyangka jika Nori sedang menceritakan tentang Alexa.“Budi,” panggil Alexa kepada salah satu teman kelas Yaron yang kebetulan keluar dari kelas.“Iya.”“Yaron kemana ya? Kok gak ada di kelas,” tanya Alexa sambil melihat ke dalam kelas.“Dia gak sekolah, Alexa.”“Kenapa?”Budi menggelengkan kepalanya yang membuat Alexa khawatir, tidak lupa sebelum Budi pergi Alexa mengucapkan terima kasih karena sudah memberikan dia informasi. Sambil melihat ke arah kelas yang menunjukan Nori sedang melihatnya, Alexa mencoba menelphone lagi Yaron yang masih tidak aktif walaupun menggunakan panggilan biasa.
Di satu sisi lain dari arah barat, terlihat ada seseorang yang bersembunyi di balik pohon sambil melihat dua orang manusia yang sedang main basket dengan bahagianya, dihiasi oleh ribuan senyuman dan candaan. Semuanya terasa indah apalagi sang cewek yang daritadi merengek supaya cowoknya bisa mengalah dalam bermain basket. Senyum terlukis abstrak dari wajah Yaron melihat kebahagiaan Alexa yang sedang bermain basket dan ekspresi wajahnya yang membuat Yaron mengagumi ciptaan Tuhannya yang sangat manis, mandiri dan cantik tentunya.Entah bagaimana caranya, langkah kaki yang digerakan oleh hati Yaron menuntun dan membawanya untuk melihat apa yang dilakukan Alexa bersama dengan Irvin. Ada rasa bahagia karena melihat kebahagiaan Alexa namun ada rasa kecewa karena Yaron tidak bisa membuat Alexa sebahagia itu bila bersamanya. Saat melihat kepala Alexa yang terkena bola basket, langkah kaki Yaron tiba-tiba berjalan dengan sendirinya dan terhenti saat melihat Irvin yang langsung mendeka
Alexa menatap Yaron dengan malas sambil melepaskan pegangan tangannya, tentu saja akan beda cerita kalau Yaron ikut bersama dengan Alexa. Bagaimana mungkin Alexa bisa merefresikan pikirannya yang selalu atau bahkan dipenuhi oleh masalah, dan itu semua tentang Yaron. Alexa menggelengkan kepalanya pelan melihat ke arah Yaron sebentar lalu melihat ke arah lain yang kebetulan ada Haden.“Haden...!” teriak Alexa.Haden langsung menghampiri Alexa dan Yaron, “Ada apa, Sepupu aku yang paling cantik. Apa yang harus aku bantu?” ucap Haden sambil merangkul Alexa di depan Yaron.“Lo gak bisa kayak ginikan?” ejek Haden kepada Yaron sambil tertawa puas.“Anterin Yaron pulang, pastikan dia gak ikutin aku pulang sama Irvin. Apalagi ganggu waktu santai aku sama dia.”Haden yang mendengar itu langsung menganggukan kepalanya dan mengangkat jempolnya, “Siap, it’s eazy. Lo dengar kan kata sepupu gue apa? Hayu
Seperti yang Alexa dan Nazwa prediksi, hari ini sekolah dibuat geger karena melihat perubahan Rina yang menjadi lebih cantik bahkan trending di sekolah saat ini diduduki olehnya. Banyak cowok-cowok yang melihat Rina dengan santapan yang enak bahkan ada beberapa cowok yang langsung menghampiri Rina dan langsung mendekatinya tanpa aba-aba. Tapi, ternyata Rina belum siap dengan keadaannya dan dia hanya tersenyum kecil dan merasakan gugup. Untung saja ada Alexa dan Nazwa yang selalu berada di sisinya.“Nah Rin, jangan mau di deketin sama Bayu, dia ceweknya banyak terus tukang ghosting,” ucap Alexa saat bayu sudah pergi dari sisi Rina.“Kalau Gio, dia ganteng sih. Tapi kamu akan ngebatin karena dia baik ke semua cewek.” Kini, Alexa melihat ke arah Gio yang sedang melihat ke arah mereka.“Tapi sih, sebenarnya semua cowok punya kekurangannya tersendiri. Jadi, ya ... kamu tahulah. Cara mereka nyakitin kita itu berbeda-beda tapi tujuannya sa
Hari yang sangat cocok untuk berlibur dan merefreshing pikiran dengan jalan-jalan sekaligus belanja ke mall untuk keperluan Rina. Dimulai dari pakaian, sepatu, tas, dan aksesoris-aksesoris yang mereka habiskan secara tiga jam lebih karena ternyata mereka bukan tipe cewek yang suka berlama-lama untuk berbelanja dan memilih pakaian yang sesuai dengan selera tanpa mementingkan fasion/stylish.“Rin, kalau gak pakai kacamata kamu bisa lihat dengan jelas gak atau mau pakai kacamata aja?” tanya Nazwa saat sedang memilah aksesoris seperti kalung, anting dan disana ada juga kacamata yang simple.“Kalau lebih pede pakai kacamata, gapapa pakai kacamata aja. Kamu akan tetap cantik dan gak mengurangi kecantikan kamu kalau gak pakai kacamata,” timpal Alexa.“Ah Teh Alexa bisa aja, tapi kayaknya Rina mau pakai kacamata aja, boleh kan Teh?” jawab Rina tersipu malu.Nazwa dan Alexa menganggukan kepalanya sambil memilih model kacamata ya
Yaron melihat Alexa dengan wajah yang datar, “Kenapa sih bahas Nori terus? Kamu cemburu?”Alexa tersenyum mendengar itu, “Iyaa, aku cemburu. Kenapa emangnya?”Yaron langsung terdiam dan menatap Alexa dengan tidak percaya, “Xa, kapan sih kamu mau berhenti ikut campur urusan orang lain?” tanya Yaron yang kini tatapannya berubah menjadi teduh.“Hmmm... emang kapan aku ikut campur urusan orang lain? Hubungan Irvin sama pacarnya aja aku udah bomatkan.”“Aku gak bahas Irvin. Udah deh, aku tahu Xa, maksud kamu deketin Rani apa.”“Ron, udah deh jangan mulai. Kamu gak tahu, titik permasalahannya. Aku ngelakuin itupun bukan tanpa alasan.” Kini, ucapan Alexa sudah mulai meninggi. Oleh karena itu, dia langsung mengatur nafasnya supaya bisa tenang.“Aku ngelarang kamu juga bukan tanpa alasan, Xa. Aku Cuma peduli dan khawatir kamu kenapa-napa. Udah gitu aja.”&ldquo
Kemampuan Alexa semakin hari semakin berkurang karena sudah jarang di asah untuk melihat sikap dan perilaku para cowok, apalagi setelah Alexa bertemu dengan Yaron dan Irvin, statusnya menjadi orang ketiga seakan vakum terlebih dahulu. Sangat di sayangkan memang, apalagi saat Alexa merasa bahwa ia tidak bisa mendeskripsikan sikap Yaron dan Irvin kepadanya. Apakah mereka melihat Alexa sebagai seorang perempuan atau tidak.Kadang, Alexa selalu berpikir apakah kemampuannya tidak mempan kepada dua cowok yang sedang berada di dalam ceritanya saat ini, karena dia sudah mulai menggunakan hati dibandingkan logikanya, sehingga dia lebih banyak merasa yang ujungnya malah jadi baper sendiri.“Nazwa...!” panggil Alexa yang membuat Nazwa langsung menoleh ke arahnya.Alexa mengeluarkan nafasnya terlebih dahulu dengan lemah. “Kenapa?” tanya Nazwa.“Kayaknya aku harus cari target baru deh, selain Irvin dan Yaron. Ada kenalan gak? Tapi kali in