Share

8. Keras Kepala

Alexa sudah sampai di depan rumahnya dan langsung masuk ke ruang tamu, saat ini ia sedang melihat Yaron yang sedang menatap ke arahnya dengan santai. Haden yang menjadi penengah langsung tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat Alexa menghampirinya.

“Dari mana aja?” tanya Haden saat melihat sepupunya yang sudah menyiapkan ribuan kata-kata untuk menyerangnya.

“Ron ngapain?” greget Alexa.

“Nunggu kamu,” jawab Yaron simple sedangkan Haden hanya menelan ludahnya, saat ia di acuhkan oleh Alexa bahkan pertanyaan darinya saja tidak di jawab sama sekali.

“Aku udah bilang ada janji. Kenapa masih nunggu. Keras kepala banget sih.”

“Pulang!” usir Alexa yang membuat Haden bersiap-siap untuk mengangkat kakinya.

“Mau kemana?” tanya Alexa saat melihat Haden akan pergi.

“Pulang.”

“Bukan kamu tapi Yaron,” ucap Alexa sambil senyum terpaksa karena Yaron hanya diam saja sedangkan Haden hanya menganggukan kepalanya sambil duduk kembali karena takut.

“Pulang ... Yaron,” ucap Alexa lembut dan merendahkan suaranya.

Yaron langsung berdiri dan menghampiri Alexa, sesaat semuanya hening hanya ada detak jam yang menghiasi suasana yang cukup mendebarkan.

“Aku bilang gak ada penolakan. Jadi mau gak mau kamu harus ikut aku sekarang.”

Alexa menatap Yaron dengan tidak percaya lalu melihat ke arah jam tangannya, “Oke, tapi aku mau ... kamu ajak aku ke tempat yang biasanya kamu datengin sama Nori.”

“Kenapa bengong? Belum Move on?” lanjut Alexa sambil tersenyum licik saat melihat Yaron yang hanya menatapnya dingin.

Jalanan kota memang sangat indah saat malam tiba, ribuan lampu dari bangunan-bangunan besar dan lampu jalan saling menerangi seakan ingin mengalahkan sang bulan serta ribuan bintang yang ada di langit. Tangan Alexa dengan sengaja memeluk pinggang Yaron, senyuman tergambar di bibirnya saat bayangan mereka berdua selalu terlihat mengikuti kemana mereka pergi sampai pada akhirnya bayangannya hilang saat cahaya perlahan hilang.

“Mall?” ucap Alexa tidak percaya saat Yaron menghentikan dan memparkirkan sepeda motornya di surganya para cewek.

“Iya, kenapa? Itukan yang kalian mau?” jawab Yaron sedangan Alexa turun dan memberikan helmnya.

“Ooo ... of course.” Alexa melihat ke arah Yaron dengan tersenyum kecil.

Alexa menggenggam tangan Yaron saat mereka mulai melangkahkan kakinya ke Mall, dan dia bisa merasakan bahwa Yaron tidak nyaman dengan apa yang dia lakukan. Tapi Alexa mencoba untuk tidak mempedulikan itu dan ia tidak akan melepaskan genggamannya bahkan akan melakukan hal yang sebaliknya.

“Jadi kalian suka ke Mall.”

Yaron menganggukan kepalanya malas, “Terus kalian ngapain? Belanja?”

“Hmmm.”

Mata Alexa kini sedikit tidak terlihat saat mendengar jawaban yang Yaron lontarkan. “Hmmm? Ooo shit!”

Kini, suara hati Alexa tidak bisa diam, dia terus saja mensumpah sirampahi cowok yang sedang berada di sampingnya, logikanya terus meminta untuk pulang saja. Tidak ada yang seru, dari tadi hanya kebohongan saja yang Alexa dapatkan. Tapi ternyata hati Alexa belum muak sehingga dia akan melanjutkan permainannya.

“Ke atas yu ... main game,” ajak Alexa cepat yang membuat Yaron kehilangan kendali karena terbawa oleh langkah Alexa.

Mereka naik ekskalator satu per satu sampai berhenti di lantai paling atas. Tidak sedikit orang yang melihat ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Alexa yang memakai baju olahraga karena belum sempat mengganti bajunya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pakaian Alexa, yang salah ada di wajahnya karena begitu menarik perhatian para cowok-cowok buaya yang haus akan daging yang segar.

“Nanti, kalau mau pergi jangan pakai makeup yang berlebihan,” ucap Yaron yang daritadi merasakan banyak cowok-cowok yang melihat ke arah Alexa dengan mata yang jelalatan.

“Suatu kalimat perintah atau kalimat memberi saran?”

“Perintah!”

“Ohhh ... emang apanya sih yang berlebihan.” Alexa terlihat menghentikan langkahnya. “Kenapa?” tanya Yaron sambil melihat ke arah Alexa.

“Stop, bentar. Buka matanya lebar-lebar. Nah bagus.” Tangan Alexa memegang wajah Yaron kemudian menatap mata Yaron sambil melihat riasan wajahnya yang katanya terlalu berlebihan.

”Ngaco, kata siapa berlebihan? Orang ini natural kok.” Alexa terlihat semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Yaron yang membuat Yaron menciptakan jarak dan sedikit menjauh dari Alexa.

Kening Alexa memperlihatkan kerutan saat melihat Yaron mencoba menjauh dari dirinya, “Ohhh i see, bilang aja ‘Alexa kamu cantik’. Jangan so-soan ngasih perintah jangan pakai make up berlebihan. Dasar!”

Alexa melanjutkan langkahnya dan tidak menggandeng tangan Yaron untuk tetap berada disisinya, dia sangat bingung, mau sampai kapan Yaron terus berpura-pura seperti ini dan memaksa hatinya untuk terus berbohong untuk mengakui kalau Yaron mencintai dirinya padahal tidak sama sekali. Jelas-jelas dari sikap Yaron saat berada di motor sampai saat Alexa menggenggam tangannya saja, sangat keliatan bahwa dia tidak nyaman berada di dekat Alexa dan berusaha untuk menjauh.

Belum lagi saat Alexa menatap pupil mata Yaron yang mengecil menandakan memang dia tidak suka kepadanya berbeda saat melihat cowok-cowok yang haus akan danging segar dan yang mencintainya yang pupil matanya selalu membesar saat berada di dekat Alexa.

“Karena aku yang ngajak duluan untuk main game, jadi aku yang akan milih permainan buat kita tanding. Yang kalah hukumannya menceritakan apa yang ditanyakan oleh pemenang dengan jujur.”

“Mencari kesempatan dalam kesempitan,” timpal Yaron dengan muka yang tidak berdosa.

“Kenapa? Takut. Terlalu banyak bohong sama akting sih.” Alexa tersenyum sinis.

“Dasar drama king!” gerutu Alexa pelan.

Alexa memilih permainan dance, basket ball, hockey meja, game balapan, dan yang terakhir memukul kepala katak. Sebenarnya Alexa memilih itu karena dia sudah terbiasa bermain dengan Nazwa maupun Haden jadi ia sangat yakin bisa mengalahkan Yaron. Permainan di mulai, Alexa dan Yaron mulai menggerakan tubuh mereka untuk mengikuti arahan dance dari layar, sepanjang permainan Alexa maupun Yaron tidak menggambarkan kebahagian melainkan hanya muka datar yang ditunjukan padahal kalau sama Nazwa dan Haden, Alexa selalu tertawa terbahak-bahak melihat eskpresi saat mereka kalah begitupun dengan Yaron saat ini,

“Yow yow yowww.” Alexa mengangkat tangannya saat ia memenangkan permainannya.

“Kalau sama Irvin pasti seru,” gerutu Alexa saat akan memulai permainan basket ball dan menjeda terlebih dahulu karena idenya langsung muncul untuk mengirim pesan terlebih dahulu kepada Irvin.

Senyum Alexa tergambar saat melihat layar hpnya karena Irvin langsung dengan cepat melihat pesan dan langsung membalasnya. Suara Yaron yang memberi kode lewat batuk membuat kebahagiaan Alexa perlahan hilang.

“Langsung aja deh ke permainan pukul katak, udah cape!” Alexa meninggalkan Yaron yang sudah bersiap-siap dengan bola basket di tangannya yang selangkah lagi tinggal dimasukan ke ring.

“Gak asik! Gak ada hasrat buat main, pengen cepat-cepat pulang”ucap Alexa di dalam hatinya berbanding terbalik dengan keadaannya.

Alexa dengan malas memainkan permainan pukul katak bahkan sampil terus mensumpah sirampahi karena dari tadi Yaron tidak memberikan ekspresi apa-apa hanya datar, harusnya di permainan seperti ini dia bahagia bukan malah jadi darah tinggi seperti ini.

“Awww,” teriak Alexa saat pemukul kataknya mengenai tangan sebelahnya.

Yaron yang mendengar bahkan melihat Alexa yang asal-asalan mainnya pun langsung sigap membawa tangan Alexa sambil mengusap dan meniup tangannya. “Makanya jangan dulu mikirin orang lain kalau raganya ada disini,” ucap Yaron yang membuat Alexa malas.

“Ngasih tahu diri sendiri?” tanya Alexa yang membuat Yaron berhenti meniup tangannya dan langsung fokus menatap Alexa. Andai saja Yaron tahu dari tadi Alexa terus memikirkan dirinya bukan orang lain ataupun Irvin, karena bisa-bisanya daritadi Yaron hanya menunjukan muka datarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status