The Alpha's Ferocious Mate

The Alpha's Ferocious Mate

last updateLast Updated : 2022-09-09
By:  vhictorrryyyOngoing
Language: English
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
4Chapters
1.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

I stared at him blankly. "Then reject me before I do it myself." "I won't. I'm not as heartless as you are." "Compared to your cold-blooded pack?" I laughed with no humor before being serious again. "Choose and save us both from this misery. Reject me or I will." The alpha remained still, just staring at me with no emotion at all. "I, Zehra Heyerdahl of the Crescent Moon Pack, re—" He cut me off. — • — Zehra Heyerdahl's life was sailing smoothly until one night, her family was murdered brutally by unknown assailants. To seek justice that they deserve, she found herself stepping into the Farnsworth Valley where she encountered a series of events that turned her world to disarray... especially after meeting Alpha Xanth. Skeletons in the closet were unveiled, revealing all the unmentionable things kept for a long time ago. Two souls with their own priorities; one uncovering the truth and the other one protecting the lies they believed were true. What faith awaits to the both of them? Will there still be a happy ending? Or will they just go in separate ways?

View More

Chapter 1

1: Saved or Not

“Ohhh… Hhhhh… shhh…”

Suara itu kembali masuk memenuhi indera pendengar Liontin, saat gadis berusia 22 tahun itu menginjakkan kakinya ke dalam rumah.

Gadis yang baru saja pulang kuliah itu mengerutkan keningnya dan menajamkan pendengarannya agar bisa mendengar lebih jelas lagi suara aneh itu.

“Dari kamar mama lagi? Sebenarnya apa yang sedang mama lakukan?” gumamnya sambil mendekati pintu kamar sang ibunda.

“Oouh… hhhh… in.. Ini nik… nikmat sekali Sa… yang. Le… lebih keras lag… lagi. Lebih dalam lagi. Hhhh…”

Kini terdengar suara ibunya berbicara dengan suara tersengal -sengal.

Kriet… kriet… kriet…

Suara deritan ranjang bersahut -sahutan dengan suara desahan dan erangan itu.

Karena tak bisa memendam rasa penasaran, Liontin mengangkat tangannya dan mengetuk pintu kamar ibunya.

“Ma! Mama!!!” panggil Liontin dengan nada pelan.

Suara desahan dan deritan ranjang itu pun seketika menghilang. Tapi tak ada jawaban.

“Mama. Ini Liontin Ma. Mama ada di dalam kan?”

Tetap tak ada jawaban.

“Ma. Lion tahu kalau mama ada di dalam. Sebenarnya mama lagi ngapain dan sedang sama siapa di dalam? Kenap…”

“Woi!!! Ngapain kamu berdiri di depan kamar mama?”

Terdengar suara seseorang dari arah belakang membuat Liontin langsung menghentikan ucapannya.

“Kak Wulan. Aku mendengar su…”

“Suara aneh itu lagi? Astaga Liontin. Kamu ini kenapa sih? Kamu selalu bicara yang tidak jelas. Aku tidak mendengar suara apa -apa di dalam. Tapi kamu?”

“Tapi itu memang benar adanya Kak. Bahkan baru saja tadi aku mendengar suara itu lagi. Suara des…”

“Stop Lion. Kamu selalu saja membuat cerita yang tidak benar. Heran deh aku sama kamu. Dia itu ibu kita loh. Tapi kamu ngomongnya nggak pakai mikir dulu.”

“Kak Wulan. Ak…”

Wulan mencekal lengan Liontin dengan keras, membuat Liontin merintih kesakitan.

“Aw… sakit kak. Lepasin.”

“Ayo. Daripada kamu ngomong nggak jelas. Mendingan kamu siapkan makan siang buat kakak. Kakak baru pulang syuting. Kakak capek. Cepat.”

Wulan menarik -narik tangan Liontin dan mendorong tubuhnya ke dapur sehingga gadis itu terjerembab ke lantai dapur.

Bi Situ yang sedang memasak terkejut melihat Liontin terjatuh tak jauh dari kakinya.

Dia lalu berjongkok di hadapan Liontin dan membantu gadis itu untuk berdiri.

“Non Liontin nggak apa -apa kan? Nggak ada yang terluka?”

“Halah. Lebay. Hanya begitu saja luka. Ayo cepat buatkan aku makan siang. Nasi goreng plus telur mata sapi. Jangan lupa. Susu coklat panasnya.”

Wulan lalu segera berlalu dari depan pintu dapur.

Bu Siti mengelus lutut Liontin yang terlihat sedikit memerah.

“Sakit ya Non? Kalau begitu Non duduk saja di sini. Biark bibi yang buatkan makan siang Non Wulan.”

“Eitsss…”

Wulan kembali menghadap ke dapur.

“Bibi tidak boleh membantunya. Kalau bibi ketahuan membantu Liontin, makan bi Siti akan aku pecat. Paham?”

“I.. Iya Non Wulan. Bibi paham.”

Wulan lalu bergegas meninggalkan ruangan.

Bi Siti menatap wajah Liontin dengan raut wajah sedih.

“Maafkan Bi Siti ya Non. Bibi tidak bisa membantu Non.”

“Iya Bi. Liontin nggak apa -apa kok. Lion juga tak ingin bibi dipecat. Kalau bibi pergi, lalu siapa yang nanti akan temani Liontin di sini. Oya, di mana bawang merah dan bawang putihnya? Bibi cukup tunjukkan tempatnya biar Lion ambil sendiri.”

“Ada di rak yang sebelah kanan Non.”

Liontin meletakkan begitu saja tas kuliahnya di atas meja lalu mengambil bawang dan mulai mengupasnya dengan perlahan -lahan.

“Hati -hati kalau motongnya Non. Nanti terluka.”

“Iya Bi. Oya, apa bibi pernah mendengar sesuatu dari dalam kamar mama?”

“Suara aneh itu ya Non? Hmmm… bibi nggak dengar apa- apa?”

“Hah? Benar bibi nggak dengar? Yakin?”

“Iya Non. Bibi nggak dengar apa -apa.”

“Kalau bibi nggak dengar apa -apa kenapa tadi bibi bisa tahu suara aneh? Padahal Liontin nggak ngomong suara aneh tadi.”

“Oh hmmmm itu…”

Bi Siti terlihat salah tingkah.

“Hmmm itu.. Tadi bibi nggak sengaja mendengar pembicaraan Non Liontin sama Non Wulan. Maaf.”

“Iya Bi. Nggak apa- apa.”

Liontin lalu melanjutkan pekerjaannya, menyiapkan makan siang kakaknya.

Dia yakin Bi Siti pasti juga pasti mendengarnya. Tapi bi Siti tak berani bicara karena setatus dia cuma ART di rumah berlantai dua itu. Bahkan mungkin saja Bi Siti tahu sesuatu tapi tak berani menceritakannya pada Liontin karena mungkin diancam.

Saat mau mengantarkan makanan untuk Wulan, terlihat seorang pemuda seusia Wulan sedang berada di ruang tamu ditemani oleh Wulan dan Mama Santy.

“Nak Bob. Ini putri keduaku namanya Liontin. Dan Liontin. Ini Nak Bobby. Dia yang sudah banyak membantu Wulan hingga bisa mendapatkan peran utama di di film Seksi Girl yang akan segera tayang di bioskop.”

Mama Santy bicara panjang lebar.

“Ah ibu bisa saja. Aku hanya sedikit mengarahkan saja. Memang pada dasarnya Wulan memang orangnya cantik dan pandai. Aktingnya memang maksimal banget. Aku yang sudah banyak garam pun rasanya kalah saing deh dengan dia. Aku yakin sebentar lagi Wulan bakal jadi artis terfavorit di tahun ini. Bakal ada banyak fansnya. Apalagi ibu juga pandai ngelobi seperti ini.”

Wulan dan Mama Santy terlihat begitu tersanjung dipuja seperti itu.

Sementara itu Liontin merasa sedikit risih melihat mama Santy dan Bobby agak sedikit berbeda cara saling bertatapannya.

“Oya, kalau begitu aku ke kamar dulu Ma. Permisi Kak Bobby. Kak Wulan.”

“Iya. Silahkan cantik.” jawab Bobby sambil tersenyum ramah.

Liontin langsung bergegas menuju kamarnya yang berada di lantai atas.

Masih terdengar suara tawa Mama Santy, Wulan dan Bobby di bawah sana.

“Pantas saja putri -putri ibu pada cantik -cantik. Ternyata menurun dari sang ibunda sendiri. Sudah cantik, bodi oke, supel pula.”

“Ah… nak Bobby bisa saja. Oya, kamu juga belum bertemu putri bungsu ku. Namanya Anggun. Dia bahkan paling cantik dari semua -semuanya. Kalau Liontin mah kecil.”

Begitulah suara -suara yang masih tertangkap telinga Liontin sebelum semakin jauh naik ke atas.

*** *** ***

Setelah berganti pakaian Liontin langsung melemparkan diri ke atas ranjang empuknya.

Ingin turun untuk makan siang tapi malas karena kalau turun berarti dia harus bertemu lagi dengan pemuda bernama Bobby itu.

Tok..tok..tok..

“Non Liontin.”

Terdengar suara pintu diketuk dari luar disusul suara Bi Siti memanggil namanya.

Kriet…

Liontin bergegas membuka pintu untuk perempuan bertubuh gempal.

“Maaf Non, mengganggu. Bibi hanya mau mengantar tas Non yang ketinggalan di dapur.”

Bi Siti menyerahkan tas berwarna tosca itu pada Liontin.

“Oh iya Bi. Makasih.”

“Sama -sama Non. Tapi apa Non nggak mau makan siang dulu?”

“Nanti saja Bi. Liontin mau istirahat sebentar.”

“Iya Non. Kalau Non mau makan siang, nanti panggil bibi saja. Biar bibi siapkan.”

“Iya Bi. Sekali lagi makasih.”

Begitu bi Siti pergi, Liontin kembali menutup pintu kamarnya.

Bersambung.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.

Comments

No Comments
4 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status