Share

Blessing

Penulis: Riri Lidya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-31 12:02:28

“Jadi, bagaimana kita akan membuat skenario hubungan ini?” tanya Rhea ketika mereka dalam perjalanan menuju rumah Rhea.

“Ada ide?”

Rhea mengedikkan bahu. “Uh … mantan yang kembali?”

Maven menatapnya tertarik membuat Rhea gugup.

“Tidak ada yang akan percaya jika dua orang asing bertemu untuk kali pertama tiba-tiba ingin menikah. Aku dan dia sudah bersama selama enam tahun. Jika ada yang bertanya, jangan menyebutkan enam tahun terakhir ini.”

“Itu bagus. Kita bisa katakan berpacaran saat masih sekolah,” respons Maven tersenyum samar.

“Jadi, seperti itu yang akan kita katakan, oke?”

Maven mengangguk ringan. “Setuju.”

Seharusnya seperti itu.

Tetapi, begitu mereka tiba di kediaman Rhea, Maven langsung menyatakan masuk kedatangannya, “Bu Ivanka, kami akan menikah.”

Syok, bingung, dan terkejut, Ivanka benar-benar tidak bisa mengatakan apa pun.

Maven mendeklarasikan sebuah pernikahan dengan santai dan tenang di hadapannya. Apa perlu Ivanka ingatkan dia baru saja bertemu dengannya? Belum lagi Enzo masihlah pacar Rhea. Bicara tentang Enzo, semenjak tadi malam dia menghubunginya namun pria itu tidak mengangkat satu pun panggilannya.

Ivanka ingin tertawa. Yah, mungkin saja Maven sedang bergurau, tapi kedua orang di depannya sama sekali tidak tertawa. Dia bingung, masih kaget, dan kepalanya mulai terasa sakit. Alhasil, dia menatap anak perempuannya menuntut penjelasan.

Ketika Maven berujar tadi, Rhea memejamkan mata dan mengerang dalam hati. Padahal di mobil sebelumnya dia sudah berkata untuk biarkan dia berbicara dari hati ke hati dulu dengan ibunya tentang berakhirnya hubungan dia dan Enzo. Tapi, sebelum dia bisa mulai, Maven lebih dulu berbicara setelah ibunya basa-basi singkat tentang urusan mereka yang sudah selesai atau belum.

Menyadari tatapan Ivanka, Rhea mendongak dengan wajah serius. “Ma, Maven adalah mantan Rhea sebelumnya. Dan sampai sekarang, dia masih mencintai Rhea. Begitu juga Rhea. Jadi, Ma, tolong restui kami.”

***

Pintu kamar terbuka dan Ivanka masuk tergesa-gesa sambil berbicara pelan, “Mama sungguh tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di sini. Menikah? Dengan pria asing itu? Lalu bagaimana dengan Enzo?” Ivanka berbalik menatap Rhea yang menyusulnya masuk. “Kamu tidak mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di sini, Rhe?”

“Enzo, dia ….” Rhea menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. “Enzo dan Andini, mereka menjalin hubungan di belakang Rhea.”

Ivanka menutup mulutnya terkejut ke sekian kalinya lagi. “Ya Tuhan. Mereka berdua?!”

Walaupun raut wajah Rhea sangat tenang dan damai, tapi nada suaranya tidak bisa membohongi Ivanka. Suara anaknya terdengar gemetar. Bagaimana tidak? Kekasih dan sahabatnya menjalin hubungan di belakangnya bukanlah hal yang menyenangkan. Membuat dia ikut merasakan kepedihan yang dialami anaknya.

“Oh Tuhan,” ulang Ivanka mendekat, memeluk anaknya. “Kamu tidak apa-apa, Nak? Kapan kamu menyadarinya? Kamu menangkap basah mereka atau mereka yang mengatakannya?”

“Rhea melihat mereka, Ma. Dan Enzo tidak menampiknya.”

“Dasar pria yang tidak bermoral. Pantas saja dari tadi malam dia tidak mengangkat telepon Mama—” Ivanka menatapnya lambat setelah menyadari sesuatu. “Nak, kalian berpisah tadi malam?”

Rhea mengangguk pelan.

Ivanka menggeleng lambat. “Jangan katakan kamu menikah dengan pria acak hanya karena diselingkuhi pria menyedihkan seperti itu. Sambil menunggu kamu pulang, Mama mulai ingat nama Maven Williams. Dia adalah cucu Tony, pendiri TW Group, tempat Enzo bekerja. Rhe, kamu harus tahu satu hal …. Kamu lebih berharga dari pada mereka berdua, jangan menyia-nyiakan waktumu hanya karena mereka yang sudah membuatmu patah hari dan terpuruk. Pernikahan bukanlah hal yang bisa dianggap main-main, Nak.”

Apa Rhea akan membiarkan mereka berdua hidup bahagia setelah membuatnya menjadi badut selama ini? Dan perlukah dia membicarakan tentang perusahaan ayahnya yang akan berakhir pada ibunya yang tidak tahu apa pun tentang urusan itu?

Rhea tersenyum menenangkan dan memegang kedua bahu ibunya. “Ma, Rhea sudah mantap ingin menikahi Maven. Tadi malam dia menemani dan memberi dukungan untuk Rhea.”

“Kamu sedang patah hati, seseorang bisa dengan mudah memainkan perasaanmu yang melemah.”

“Karena dia masih mencintai Rhea. Itu sebabnya Rhea membiarkan dia masuk ke hati Rhea sekali lagi. Juga, bukankah lebih bagus jika seseorang datang langsung menikahi anak perempuan Mama daripada hanya pacaran sangat lama tanpa kejelasan?”

“Lalu, bagaimana dengan kamu? Apa kamu masih menyukainya? Apa kamu tertarik dengannya?”

“Rhea ….” Membuka mulutnya, dia tidak tahu apakah perlu berbohong tentang perasaannya atau jangan.

“Rhea, jangan berbohong.”

Suara dehaman yang berat mengganggu mereka berdua. Baik Rhea dan Ivanka menatap pintu yang terbuka. Di sana berdiri Maven.

“Maaf jika saya bersikap kurang ajar karena mengganggu privasi Anda, Bu Ivanka. Saya pun tahu ucapan saya sebelumnya pasti membuat Anda kaget dan bingung. Sekali lagi maaf, karena saya tidak pandai basa-basi.” Maven melangkah masuk dan berhenti di sebelah Rhea. Dia dengan berani menggenggam tangan Rhea yang tersentak kaget lalu menatap serius Ivanka. “Tapi saya bersungguh-sungguh ketika mengatakan ingin menikah. Seperti yang Rhea katakan, kami pernah saling mencintai sebelumnya. Sekarang pun, saya masih mencintai Rhea. Karena sebelumnya dia punya pacar, saya mundur perlahan. Tapi setelah apa yang terjadi padanya, mana mungkin saya tetap diam saja.”

Maven tiba-tiba membungkukkan badannya membuat Ivanka mundur karena terkejut. “Astaga.”

“Mohon untuk restui kami. Saya berjanji, selama kami menikah, saya akan memanjakannya dan membuatnya bahagia setiap hari.”

Meninggalkan Ivanka yang tidak bisa berkata-kata, Rhea menatap Maven dengan tatapan rumit. Dia kembali mengingat ucapan Enzo.

Aku akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia di dunia, Rhe.

 Kenapa para pria selalu dengan mudahnya membuat janji yang sangat sulit?

***

“Apa kamu tidak bisa basa-basi dulu sebelum mengeluarkan ultimatum? Mamaku kaget karena kamu datang-datang bilang ingin menikah,” bisik Rhea seraya menoleh ke pintu ketika mereka berjalan menuju mobil Maven.

“Aku sudah melakukannya. Dan akhirnya mamamu setuju juga.”

“Aku tidak yakin dengan itu,” gumamnya cemas.

Ivanka terlihat jelas tertekan ketika berkata, “Saya hanya bisa menyerahkannya pada Rhea. Kalau dia yakin dengan pilihannya, saya tidak akan melarangnya.”

“Omong-omong, aku tidak tahu kamu sangat ahli berbohong.”

“Serius? Apa aku harus mengatakan bahwa seseorang membantuku dengan syarat anak?”

“Kamu bisa mengatakan iblis datang membantumu.”

Menyadari bahwa Maven sedang menggodanya sebab malam itu, Rhea yang malu berdecak. Dia kembali mengawasi pintu utama rumah yang tertutup, takut jika Ivanka atau pelayan rumah mendengar obrolan mereka.

“Aku akan membawa kakekku kemari nanti malam untuk membahas pernikahan kita lebih lanjut dengan mamamu. Tolong katakan alasan yang sama yang kamu buat tadi,”

“Sungguh? Apa aku harus bertemu dengannya dulu di sana? Kurasa tidak sopan jika aku belum mengunjunginya.”

“Tidak apa-apa. Lagipula aku perlu berbicara empat mata dengannya.”

“Tapi kau yakin dia akan percaya?”

“Dia sudah tua, hal semacam ini pasti bisa juga menipunya.”

Rhea mendesah pelan. “Lalu bagaimana dengan orang tuamu?”

Pertanyaan itu membuat Albar yang berdiri diam di samping mobil segera menatap Rhea cepat.

Berbeda dari Albar, Maven menjawab dengan ringan, “Mereka sudah tiada.”

“… Maaf. Aku turut berduka cita," Rhea berujar pelan, tidak enak hati.

“Kamu akan menjadi istriku beberapa hari lagi. Berita itu harus aku beritahu. Ini sebenarnya bukan informasi penting, tapi karena kamu akan menjadi bagian dalam keluarga untuk beberapa tahun ke depan kamu perlu mengetahui beberapa hal yang terjadi di dalam keluarga besar Williams. Di sana kamu akan bertemu dengan adik dan ibu tiriku. Selain Kakek, kamu tidak perlu bersikap sopan dan baik pada siapa pun, mengerti?”

“.…” Rhea menatapnya datar. Mana mungkin dia begitu!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The Billionaire's Bride   A Wish This Small

    Rhea merasakan sentuhan lembut yang membuatnya terjaga. Dan dia merasa seperti sedang digendong. Dipandangnya Maven yang ternyata memang mengangkat tubuhnya sambil melangkah. Tunggu, dia masih ingat dia sedang membaca buku di ruang santai ketika beberapa orangnya memindahkan barang-barang Maven ke kamarnya.“Apa aku membangunkanmu?”Rhea balik bertanya. “Apa aku tertidur? Aku masih ingat sedang membaca tadi.”Maven menunduk sambil tersenyum lembut. “Ya.”“Di mana bukunya?”“Aku letakkan di meja.”“Tunggu, mereka sudah selesai mengemasi barangmu?”“Hm.”“Bukankah aku berat? Ada makhluk hidup di dalamku.”“Sama sekali tidak.”“Jam berapa sekarang?”“Empat.”Rhea mengerutkan dahi samar masih sedikit mengantuk. “Kamu pulang awal lagi.”“Begitulah.”Rhea kembali bertanya, “Kenapa kamu pulang cepat?”’“Tidak ada pekerjaan yang mendesak.”Dengan lihai walau kedua tangannya mengangkat tubuh istrinya yang sedang mengandung, tagannya masih bisa membuka pintu dan mereka masuk ke kamar.“Aku kasi

  • The Billionaire's Bride   Suggest

    Dokter mengecek hasil laporan di tangannya, saling pandang, lalu menatap Maven dan mengangguk. Rhea yang duduk manis di tempat tidur pasien tersenyum lebar ketika menatap suaminya.“Anda sudah dibolehkan pulang, Bu Rhea,” ujar salah satu dokter. “Seperti yang saya katakan sebelumnya, mohon untuk datang pada jadwal temu nanti.”“Baik.”Di dalam mobil, Rhea yang memegang buket bunga dari Maven tidak bisa berhenti tersenyum. Kaca mobil dibiarkan terbuka agar dia bisa merasakan angin pagi yang segar. Maven yang mengemudi juga tidak bisa tidak ikut tersenyum. Melihat istrinya yang bahagia sudah cukup melegakannya.Tidak seperti di rumah sakit, kali ini Maven melonggarkan keamanannya dan membolehkan rekan kerjanya datang menjenguknya di rumah. Rumah mereka yang biasanya sepi kini sangat berisik dan ramai. Yana dan pelayan lainnya menjadi kewalahan dan sibuk namun tetap menikmati pekerjaan mereka.“Kau membuatku khawatir, kau tahu!” seru Ayu berlebihan membuat Rhea tertawa pelan. “Kami bahka

  • The Billionaire's Bride   Prove It and Stay

    Duduk di sofa dengan membiarkan jendela dibiarkan dibuka, Rhea tidak bereaksi saat Maven menyelimuti pundaknya. Suaminya lalu meletakkan botol minum mineral yang sudah dibuka segel botolnya di depannya sebelum duduk di seberangnya.“Bagaimana kabarmu?”“Sudah lebih baik,” jawabnya pelan setelah menoleh. “Aku bisa pulang besok kata dokter.”“Mereka sudah mengabariku tadi pagi bahwa kamu ingin cepat pulang.”Tentu. Tiga dokter yang mengawasinya tidak mungkin tidak memberitahukan detail kondisi terbarunya pada Maven.“Untuk apa aku dikurung di sini lebih lama jika aku sudah baik?”“Kamu tidak tahu mengenai kondisimu—”“Aku lebih tahu mengenai kondisi tubuhku.”“Ya sampai pingsan. Tentu.”Rhea tidak bisa membalas, namun ekspresinya jelas menunjukkan ketidakpuasan.“… Dengar, aku hanya ingin yang terbaik untukmu dan berharap kamu menerima perawatan dan diawasi di sini untuk beberapa hari ke depan lagi. Hanya untuk berjaga-jaga.”Nada bicara Maven terdengar lebih lembut dan pelan, tidak ingi

  • The Billionaire's Bride   Flowers in the Vase

    Rhea tidak memikirkannya dua kali. Dia sudah mengambil keputusan bulat dari awal. Begitu dia hamil, dia akan merawatnya dengan baik lalu menyerahkannya pada Maven setelah lahir. Toh, sudah tidak ada harapan mengenai sebuah keluarga baginya berkat Enzo.“Setelah dia lahir?”Lalu kenapa dia tidak bisa menjawab hal yang sama seperti saat kesepakatan itu dibuat? Apa karena wajah penuh harap dan ketakutan dari Maven yang kali pertama ia lihat? Atau ….“… bisa mengkhawatirkan, terutama selama kehamilan. Tetapi saya ingin meyakinkan Anda bahwa bayi Anda baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda bahaya—” Dokter yang menangani Rhea terdiam seketika begitu mengamatinya yang termenung memandang ke luar jendela.“Bu Rhea, apa Anda mendengarkan?”Rhea mengerjap pelan sebelum mengangguk kecil. Mereka sudah mengatakan hal yang sama sejak dua hari lalu. Dan dia sudah berada di rumah sakit selama tiga hari.“Selamat, Bu Rhea, Anda hamil. Ini sudah memasuki minggu ke-7,” ujar dokter setelah melakukan tes b

  • The Billionaire's Bride   Fucked Up

    Sekarang, setelah Maven menjelaskannya, dia jadi mengingat pertemuan mereka walau masih samar. Itu sangat mengejutkannya hingga rasanya mustahil. Dia masih tidak percaya jika dia memiliki cinta monyet saat masih kecil, bahkan mengajaknya berpacaran. Yang lebih mengejutkan lagi adalah pria itu ternyata suaminya.Artinya, dia dapat menyimpulkan kesepakatan di antara mereka itu sebenarnya akses untuk kembali padanya.“Jadi, bagaimana kita akan membuat skenario hubungan ini?”“Ada ide?”“Uh … mantan yang kembali?”Pantas saja saat dia memberi saran bagaimana hubungan palsu ini dimulai, Maven meatapnya dengan pandangan yang berbeda.“Aku anggap kamu sudah mengingatnya,” gumam Maven yang memperhatikan raut wajahnya sejak tadi.“Ta-Tapi, apa harus membantuku mengingatnya dengan posisi ini?”Alih-alih ke rumah sakit atau pulang ke rumah, Maven membawanya ke hotel. Memesan suite mewah dengan pemandangan khas ibu kota, juga makan malam dengan lilin. Situasi ini lebih intim hanya untuk mengingat

  • The Billionaire's Bride   A Promise to Keep

    Ketika Rhea berkata dia belajar bahasa baru dari ibunya, itu bukanlah kebohongan. Sejak dini, orang tuanya selalu mengajaknya ke acara pribadi kalangan atas, jika acara itu semua orang membawa anak mereka.“Kalian sudah dengar soal kebijakan pajak baru yang pemerintah keluarkan? Mereka mulai mengenakan pajak lebih tinggi untuk perusahaan besar, terutama di sektor teknologi dan energi.”“Kita harus mulai berpikir jangka panjang. Tapi, Pak Okta, saya lebih tertarik dengan apa yang pemerintah lakukan terkait kebijakan perdagangan.”“Saya baru-baru ini terlibat dalam sebuah inisiatif untuk membantu masyarakat di daerah terpencil …. Oh ya, bagaimana kabar usahamu, Pak Hans?”“Yah, tidak banyak hal. Terima kasih untuk Pak Joko yang membantu saya.”“Ahahah aku yang seharusnya berterima kasih! Kau banyak membantuku selama dua tahun terakhir ini!”Para pria dewasa mendiskusikan banyak hal yang tidak dipahaminya. Tiap kali Rhea mendengar obrolan mereka, dia masih belum terbiasa. Hans yang memeg

  • The Billionaire's Bride   A Bold and Outspoken Young Girl

    Mau update kemarin tapi wi-fi lelet banget. Gagal terus buka wattpad di laptop. Selamat baca loves!________________________________“Apa kalian sadar? Sepertinya kita jarang sekali mengobrol. Bukan hanya dengan kalian sebetulnya, aku juga tidak dekat dengan pria lain di Putik. Aku penasaran kenapa tidak ada yang mengajakku mengobrol atau diam-diam mengeluhkan atasan kita di belakang.”Sambil berjalan bersama, para pria ini diam saja membuatnya tidak sabar. Dia butuh obrolan agar mengalihkan kekesalannya. Dia perlu menjaga kewarasannya.“Uh, apa kau ingin mendengarnya?”Cukup jawab saja! “Aku bersikap menyebalkan untuk menjadi teman kalian, ya?”“Tidak sama sekali. Hanya saja ….” Mereka saling pandang.“Kami terlalu malu,” celetuk salah satunya tertawa.“Kau terlalu tinggi untuk tipe kami. Apalagi saat itu kau berpacaran dengan pria berkelas sepertimu. Harapan para pria di Putik segera pupus saat itu.”Rhea berhenti melangkah seketika. Bukan jawaban seperti itu yang ia harapkan. Dia

  • The Billionaire's Bride   Annoying

    Wanita asing ini mulai berbalik dan ikut menatap Rhea. Sepertinya, wanita ini pun tampak bingung seolah bertanya-tanya, ‘Who on earth is she?’.Rhea mencoba untuk berusaha tetap tenang. “Aku pun tidak tahu kamu di sini.”Dia kemudian menatap wanita di sebelah Maven terang-terangan sambil tersenyum. Dan Maven menyadarinya.“Ini teman lamaku, Alicia. Dan Lili, ini istriku, Rhea.”Alicia membawa rambut panjang hitamnya ke belakang telinga sebelum mengulurkan tangan. “Halo, Rhea.”Teman lama ditambah panggilan seperti itu, Rhea menarik napas dalam dan mengembuskannya dengan perlahan dan diam-diam. Dia kemudian menjabat tangan indah itu dan membalas singkat sapaannya, “Hai.”Tanpa sadar pandangannya melirik tangan Alicia lain yang tidak menggunakan perhiasan apa pun di jari-jarinya. Rhea mengatur napasnya teratur dan lambat. Dia perlu tetap tenang dan berperilaku. Dinginkan kepala dan tenangkan pikiran. Apa yang perlu ia lakukan untuk mengalihkan pikirannya, ya?Haa, tangannya yang mengepa

  • The Billionaire's Bride   That Was My Line

    “… Ini sudah larut dan aku tidak punya energi untuk bergagumen hal kecil seperti ini.”Ucapan Enzo pada malam itu membuat Andini mendiamkannya. Tentu dia lebih marah karena tidak menyangka suaminya menganggap kecemasannya sebagai ‘hal kecil’. Suaminya itu bahkan tidak tahu betapa terluka perasaannya.Di saat bersiap ke kantor, Enzo berkata, “Aku sepertinya akan pulang malam lagi hari i—”“Lakukan saja apa yang kamu mau,” potong Andini yang segera mengambil tasnya. Dia selalu pulang sangat malam, jadi untuk apa mengatakan ‘hal kecil’ itu?Gerakannya yang memasang dasi terhenti seketika. Enzo kemudian melihat kepergian Andini. Tepat hari itu suaminya menyadari perang dingin yang dibuatnya. Terima kasih untuk kesibukan Enzo beberapa minggu berikutnya, perang dingin itu semakin menyesakkan dada.Suasana hatinya menjadi buruk dari hari ke hari. Bahkan di tempat kerjanya. Andini beberapa kali nyaris kehilangan kendali dirinya. Dia akui, hal kekanakkan yang ia lakukan ini pun menyakiti dirin

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status