LOGINWhen Billonaire Adams Rusell's wife Seline Reed, walks into his life again, he regrets his decision of ever divorcing her. However their chances of coming back is threatened by the presence of Lucian his friend, who is obsessed with Selina. Can their love over come this problem that stands in the way? What happens when Jolie her worst enemy also seeks revenge and wants Adams back again?
View More“Ah ….” Lenguhan dan desahan bergema di ruangan hotel itu.
Cahaya remang dari lampu tidur yang menyala memperlihatkan samar siluet dua orang yang tengah saling memagut satu sama lain.
Namun, detik sang pria ingin menyatukan dirinya dengan wanita dalam pelukan, satu desisan terlepas dari bibir wanita tersebut.
"Kamu masih perawan?" tanya Ryuga yang mengerutkan kening saat melihat gadis di bawah kungkungannya meringis kesakitan, tepat begitu dia berusaha membobol mahkotanya.
Claudia mencengkeram punggung Ryuga kuat-kuat. “Terobos aja, Pak,” tukasnya cepat.
Satu tangan Claudia merangkul tengkuk Ryuga, berusaha mengalihkan perhatian pria itu dengan bibirnya. Namun, Ryuga menolak.
"Jawab pertanyaan saya," tegasnya.
Ditatap seperti itu, Claudia menggigit bibir. Frustrasi karena hasratnya terpaksa ditahan. "Ya menurut Bapak?!" balasnya ketus, ingin agar pria di atasnya ini cepat melanjutkan aksinya lagi.
Namun, tidak disangka, Ryuga malah menghela napas dan menjauhkan diri darinya. "Saya nggak bisa lanjut." Suara Ryuga kembali mengudara di tengah hawa panas yang menyelimuti keduanya.
"Loh, kenapa?!" rengek Claudia. “Kan sudah sesuai perjanjian!”
Untuk melupakan rasa sakit hatinya karena ditinggal bertunangan oleh sang pujaan hati, Claudia memesan seorang pria dari muncikari yang direkomendasikan temannya.
Pria dewasa dengan proporsi tubuhnya bagus, tidak kelebihan otot dan juga wajah yang menawan, itu ciri-ciri yang Claudia berikan sehingga dirinya berujung mendapatkan Ryuga, pria yang membuat Claudia merasa telah mendapatkan jackpot lantaran gigolo yang dia pesan ternyata bisa begitu memesona.
Akan tetapi, karena dia perawan, Ryuga malah mengurungkan niatnya?! Transaksi macam apa ini!? Claudia sudah mengeluarkan uang, masa batal!?
Ryuga menautkan alis mendengar ucapan Claudia, entah karena bingung atau tidak setuju dengan kalimat gadis itu. Namun, kalimat yang tidak mampu Claudia percaya terlontar dari bibir Ryuga.
"Kamu harus lakukan itu dengan seseorang yang kamu suka,” ujar pria tersebut seraya turun dari tempat tidur dan meraih jubah mandi di dekatnya. Otot perutnya yang menggoda masih dipertontonkan.
Mendengar kalimat Ryuga membuat Claudia mematung. Gigolo macam apa Ryuga ini?! Kok bisa menolak dan malah menyarankan kliennya untuk melakukan yang pertama kali dengan orang yang mereka suka?!
Ya, kalau misalkan bisa bersama dengan orang yang Claudia suka, dia juga tidak akan ada di tempat ini!
Kepalang tanggung karena hasrat sudah di ubun-ubun, Claudia memutuskan untuk membalas, "Saya sukanya Pak Ryuga!”
Sontak, Ryuga membeku. Ekspresi pria itu memang datar, tapi pancaran matanya memancarkan keterkejutan seiring dirinya perlahan menoleh untuk menatap mata Claudia.
Wajah Ryuga tampak kesulitan, tapi setelah beberapa saat, pria itu kembali membuang wajah. “Tapi saya nggak suka kamu,” ucapnya, sukses membuat Claudia terbelalak. “Kamu amatir.”
"Pak, jahat banget sih mulutnya!" protes Claudia, merasa tersinggung.
Memang dia tidak seksi dan berisi seperti wanita-wanita lain di bar malam itu, tapi Claudia cukup pede dengan parasnya. Walau Claudia tidak selalu percaya, tapi banyak orang yang memuji kecantikannya, membuatnya yakin kalau paling tidak penampilannya masih berada di garis rata-rata!
Dengan mata yang mulai berkaca-kaca karena tersinggung, Claudia merengut selagi menatap Ryuga. Pria itu pun menyadari hal tersebut dan berujung kembali menghela napas.
"Saya minta maaf, tapi saya bener-bener nggak bisa," ucap Ryuga.
"Kenapa?! Saya berkenan, Bapak juga. Saya mau, Bapak juga mau. Jadi harusnya–”
"Kamu takut,” potong Ryuga membuat Claudia terdiam. Pria itu menoleh saat selesai berpakaian dan menatap mata Claudia lurus. “Saya bisa lihat itu di mata kamu."
Mendengarnya, Claudia tersedak air ludahnya sendiri. Apa … sungguh sejelas itu?
Memang, sejujurnya Claudia takut karena ini pertama kali baginya. Bukan hanya itu, dari awal dirinya juga tak pernah senakal itu apabila berpacaran. Paling mentok juga berpegangan tangan dan berpelukan, sisanya tidak pernah karena nyalinya begitu kecil.
Namun, karena patah hati yang begitu besar, malam ini Claudia memutuskan untuk nekat.
"Apa alasan kamu ingin tidur dengan saya?" tanya Ryuga lagi. “Penasaran? Ingin mencoba? Atau … karena ingin menjadikan malam ini pelampiasan?”
Claudia kaget. Tidak menyangka isi hatinya terbaca jelas oleh pria di hadapannya. Berusaha menghindari tatapan Ryuga yang tajam dan menusuk itu, Claudia pun menundukkan kepala, sedikit malu dan merasa bersalah.
Tahu tebakan terakhirnya benar, Ryuga berucap, “Saya nggak bersedia dijadikan pelampiasan.”
Ucapan Ryuga membuat Claudia mengepalkan tangannya. Dia sudah membayar sang muncikari, masa ditinggal tanggung begini!?
"Bener nih, Pak?" Claudia masih berharap, tapi Ryuga menganggukkan kepalanya mantap.
Keputusan Ryuga memang menyebalkan. Akan tetapi, pun dia seorang gigolo, Ryuga tetap manusia. Dia boleh punya pilihan.
Memikirkan itu, Claudia pun menghela napas kasar dan berkata, “Kalau begitu, saya minta yang lain saja.”
Mendengar tersebut, Ryuga yang baru saja ingin mengenakan jasnya mendadak membeku di tempat. “Apa?” Dia menatap gadis itu dengan wajah tidak percaya.
Claudia mengedikkan bahunya. “Ya, kalau Pak Ryuga nggak mau, saya cari pria lain. Rugi dong kalau kadung nanggung begini.”
Namanya sudah bayar, masa mau minta balik uangnya. Mana mungkin si muncikari mau!?
Baru saja Claudia membuka hapenya untuk menyalakan internet dan mengirim pesan kepada si muncikari, tangannya langsung dicekal oleh Ryuga. “Kamu akan mencari pria lain kalau saya menolak?” tanya pria itu.
Claudia mengerjapkan mata, tapi dia menjawab, “Iya.”
Ada kilatan aneh di mata Ryuga seiring dirinya berkata, “Apa kamu gila? Sebegitu nekatnya kamu sampai sama sekali tidak memedulikan harga dirimu?”
Alis Claudia tertaut, dia rasanya ingin marah. Apa hak Ryuga membicarakan harga diri dengannya?!
Baru saja ingin menyemprot pria itu, mendadak ponsel Claudia bergetar. Itu telepon dari ‘Mami’, panggilan untuk sang muncikari.
Melihat hal itu, Ryuga gegas melepaskan tangan Claudia. Mungkin baru sadar dia tidak ada hak menahan gadis tersebut.
“Saya ke kamar mandi dulu … kalau memang kamu mau lanjut, kita lanjutkan setelah kamu selesaikan panggilan itu!” Usai mengatakan hal tersebut, Ryuga langsung masuk ke kamar mandi.
Mendengar hal itu, Claudia tersenyum penuh kemenangan. Dia pun mengangkat panggilan.
“Halo?” sapa Claudia.
“Bu Claudia! Akhirnya, terhubung juga panggilannya! Ibu dari tadi ke mana?! Saya telepon berkali-kali!” tegur si mami dengan agak panik, membuat Claudia menautkan alis. Belum sempat dibalas, si mami melanjutkan, “Ini anak Mami nungguin dari tadi!”
Claudia mengerutkan kening. “Loh, ini anaknya udah sama saya.” Ryuga saja ada di dalam kamar mandi.
“Hah? Nggak, Bu Claudia. Ini anak Mami aja udah dua jam nungguin Ibu di depan bar!”
Informasi dari si muncikari membuat Claudia membeku. Dia perlahan menatap ke arah pintu kamar mandi, lalu berkata dengan agak bergetar, “Nama anak Mami … Ryuga, ‘kan?”
“Ryuga? Siapa itu? Anak Mami yang buat Bu Claudia namanya Evan!”
Balasan sang muncikari membuat dunia Claudia serasa berhenti. Jadi, dia salah orang!? Lalu, siapa Ryuga yang ada di dalam kamar mandi kalau bukan gigolo yang dia pesan?!
**
SELENAI got into my car angrily. I was prepared to drive over to the house of Lily's mother and question are about what was going on. How could her daughter have the audacity to pass off someone else's child as Adams child for five years?However just as I was about to start my car I failed a gun pressed to my forehead. I turned slowly, and Lucian was in the car, staring obsessively at me. Adam had told me that Lucian was back and that he was the son of one of his business partners. I knew that I would run into Lucian sooner or later and I was worried about what the meeting was going to be like. But I never in my life thought that he would be in my car with a gun to my head. "Lucian what is the meaning of this? Do you know that this is a crime? How dare you point a gun at my head?" I asked. "Get the heck out of the driver seat. I am sick and tired of doing this with you, Selena. I keep waiting and thinking that you will come back to your senses and you will see that Adam is not
SELENA"So you are saying that you want to get back together with Adam? Look, I know that you love that man, and I guess I should have known that you were going to go back to him when you insisted on coming here. But are you sure that you can really do it this time? This is the third time that you will be getting back together with Adam. The first two times did not work. Why do you think that it is going to work now?" Ryan had a worried look on his face as he asked me all of these questions. Although my brother sounded a bit harsh I knew that he was just asking me this because he was worried about me. "I have already made up my mind Ryan. I am going to get back together with Adam and I will make sure that our relationship works out this time. We have been through a lot together and we have grown a lot. So we can definitely make it work as long as we put in the effort. We are already together, anyway. And even though you and dad might not like it, we have a right to be happy," I sai
My heart sank to my chest when I heard the familiar voice of Jenson. I turned back slowly, and I saw the man who was supposed to be dead, sitting on the bed, a cold look on his face. I screamed, and my phone fell from my hand. "You..... aren't you.... aren't you dead?" I asked him. I shook my head, forcing myself to think quickly. He wasn't dead just yet! I couldn't let him realise I was trying to murder him! I threw myself at Jenson and started to cry. "Jenson ...baby ...I am so glad that you are alive. I was so scared ...I was calling the ambulance and Lucian....I really wouldn't have known what to do if you had indeed been dead. Can you please not scare me like that next time? I don't think I'll be able to live on if you die!" I said, crying real tears. I was crying because my plan had failed when I was so close, but he didn't need to know that. Jenson just needed to think that I was crying because he almost died.Jenson pushed me away coldly, a sneer on his face. "Do you
JOLIEI left Jenson into the house that I had rented out for our vacation. I made sure that it was a place far away from the city so that it wouldn't be easy to trace what would happen back to me. He was already old anyway, and I was sure that his death would be chalked up to a heart attack. Besides, Lucian wouldn't really care to find out what happened to his father, not when he was busy spending his money. The past few days have helped me realize that Lucian was only sticking around for the money that he could get from Jenson. He really didn't care for him as a father, and I thought that Lucian would thank me even if he found out what I did. I got rid of the man standing between his inheritance , he should be thankful to me. "Are you sure that it's a good idea for us to come here, Jolie? There is hardly any network. How am I going to communicate with the people at work?" Jenson asked me as he looked around the house. "Come on Jenson, you said that you only have today to spare






Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
reviewsMore