Share

Chapter 6

"Siapa?" tanya Darren lagi dengan rasa penasaran yang mendalam.

Arras menghela nafas berat, dia tampak ragu untuk mengatakannya. "Martano dan Buston."

Darah Darren terasa berhenti mengalir saat mendengar jawaban dari Arras. Bagaimana tidak, orang yang membuat hidupnya hancur adalah berada sangat dekat dengannya. Bahkan saat ini dia menjadi babu bagi orang tersebut.

"Berarti ini hubungannya," gumam Darren dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dia melihat kembali dokumen yang sudah dia arsipkan di ponselnya itu. "Dia dalangnya."

Tangan Darren mengepal, rahangnya mengeras. "Aku harus membalasnya!"

Melihat perubahan Darren yang cukup signifikan membuat Areas tampak keheranan, karena wajah Darren seolah-olah menunjukkan sesuatu saat melihat ponselnya.

"Ada apa? Apa ada yang terjadi?" tanya Arras pelan.

Darren kemudian menyodorkan ponselnya ke arah Arras, meminta lelaki paruh baya itu membaca apa yang beberapa hari lalu dia temukan, dan karena itu juga lah yang membuat Darren berada di ruangan ini.

"Jangan gegabah, karena ini juga bisa menghancurkanmu," ucap Arras kemudian setelah dia mendengar cerita dari Darren, siapa Martano saat ini yang tidak lain adalah mertua dan juga bos di tempatnya bekerja. "Dan jangan sampai kau menunjukkan gelagat mengetahui sesuatu."

Darren menggelengkan kepalanya dan menghela nafas berat; "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Darren seperti sebuah gumaman, namun Arras masih mampu mendengarnya.

Lelaki paruh baya itupun menatap Darren dengan pandangan yang sulit diartikan, mungkin karena dia juga tidak menyangka kalau ternyata Darren harus mengalami hal yang berat.

"Kau mencintai Renata?" tanya Arras yang cukup membuat Darren terkejut, karena alih-alih memberikan dia solusi, Arras malah bertanya mengenai hal pribadi kepadanya.

Cukup lama Darren terdiam; "Untuk saat ini mungkin belum, tapi aku tertarik dengannya." Darren menjawab jujur mengenai perasaannya kepada Renata. Karena seiring waktu selaku tidur bersama membuat Darren memiliki ketertarikan kepada sang istri, meskipun Renata tidak pernah melihatnya ada.

"Kenapa? Bukankah disini Renata tidak tahu apa-apa?" tanya Darren kemudian. Darren sedikit menebak kalau Arras akan menggunakan Renata sebagai umpannya. Dan dia tidak pernah menginginkan itu, dia tidak mau mengorbankan orang yang tidak bersalah, seperti Renata.

Arras menggeleng; "Buatlah Renata jatuh cinta kepadamu, dan gunakan itu untuk mengeruk informasi lebih banyak. Untuk sementara jangan lakukan apapun, lakukan saja kegiatan seperti biasanya."

"Sedikitpun?" tanya Darren lagi. Rasanya akan sangat sulit menahan dirinya saat dia sudah tahu semua kebenarannya, namun hanya diam.

Arras mengangguk pelan; "Bersikaplah seolah kau tidak tahu apapun. Dan disamping itu, kau bisa gunakan uang yang kau miliki untuk membuat sebuah perusahaan baru atau bisnis baru. Setelah semuanya stabil, kau bisa memulainya."

Darren kembali terdiam, setelah dia menimbang saran dari Arras, ternyata ads benarnya. Dia tidak perlu terburu-baru, karena dia juga tidak ingin hancud seperti orang tuanya. Yang dia lawan bukanlah irang sembarangan, semua orang tahu akan hal itu.

"Datanglah kepadaku saat ada yang mengganggu perasaanmu, pintu rumah dan juga ruangan ini selalu terbuka untukmu," ujar Arras kemudian memberikan satu lembar kertas kecil kartu nama yang dilenkapi dengan alamat rumahnya.

Darren mengangguk dan menerima kertas tersebut. Dia harus segera pergi dan mengurus deposito dari papanya.

"Jangan lupa tinggalkan nomor teleponmu, Nak." Arras berpesan kepada Darren ketika Darren akan meraih handle pintu keluar dari ruangannya.

Darren meninggalkan bank Duta setelah selesai mengurus semua deposito yang ada. Dan saat ini dia sudah menjadi seorang miliarder muda yang tidak diketahui siapapun.

"Kau darimana? Bahkan hari ini absen dari kantor?!" tanya suara berat saat sore harinya Darren tiba dirumah.

Di depan pintu, Martano menunggunya dengan tatapan yang tajam.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status