Share

Ch. 2 The Hell

Ken menyeringai lebar ketika gadis itu keluar dari ruang residen, ia duduk bersandar di kursi, setelah ini ia akan punya asisten pribadi gratisan. Asyik bukan? Lagipula ngeselin banget sih gadis itu? Baru jadi koas sudah bertingkah, pakai cari gara-gara dengannya lagi, sungguh berani sekali!

Ken menghela nafas panjang, ia kembali mencoba memproyeksikan sosok itu yang sudah terekam dalam benaknya. Gadis itu tidak terlalu tinggi, paling tingginya cuma 155-an doang. Rambut sebahunya tampak hitam berkilau, matanya sipit dan kulitnya seputih susu. Cantik, Ken akui gadis itu cantik, kalau saja ia tidak membuat masalah dengan Ken, rasanya Ken malah hendak berusaha mendekati gadis itu, ya meskipun hanya buat mainan, nggak diseriusin, namun Elsa masuk kategori gadis yang harus bisa untuk dibidik.

"Cari gara-gara sama aku? Jangan salahkan aku kalau kemudian aku hendak mengerjaimu habis-habisan, Elsa Belvania!"

***

"Kamu ada masalah apaan sih sama residen itu, Sa?" tanya Renita menatap Elsa yang tampak murung setelah kembali dari ruang residen tadi.

"Ah ... aku yang apes, Ren." jawab Elsa lesu sambil bersandar di tembok ruang koas, di sana hanya ada mereka berdua, lainnya sedang ikut residen penanggung jawab masing-masing visiting dan jaga IGD. Sementara residen penganggung jawab Renita tengah cuti, dan residen Elsa, siapa lagi kalau bukan dokter Ken, tengah ikut menjadi asistensi dokter Glondong praktek di poli kandungan.

"Iya memangnya kamu tadi ngapain sih?" Renita masih belum paham apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua.

"Tadi sebelum masuk aula, aku ribut sama dia, Ren."

Renita sontak melotot, apa Elsa bilang tadi? Ribut? Sama dokter Ken? Ribut kenapa? Pantas saja kalau kemudian dokter residen itu murka setengah mati!

"Ribut masalah apa, Sa? Yang bener aja!" tanya Renita syok sambil menggebuk lengan Elsa dengan gemas.

"Tadi aku keburu-buru, setengah berlari buat sampai ke aula, dianya sendiri jalan nggak pakai mata, jalan sambil mainan ponsel dan akhirnya kita tubrukan tadi." jelas Elsa sedikit malas.

"Ya ampun, Elsa!" tampak Renita geleng-geleng kepala sambil menepuk jidatnya dengan gemas, "Masa kamu nggak tahu kalau dia itu dokter residen?"

"Mana aku tahu? Tadi dia nggak pakai snelli, cuma pakai celana bahan sama kemeja, aku pikir sales obat," jawab Elsa asal, sungguh bodoh memang dirinya tadi.

Renita tidak lagi menjawab, ia hanya  menghela nafas panjang dan sedikit iba dengan sosok temannya itu. Pasti setelah ini ia bakal dikerjain habis-habisan oleh dokter residen itu bukan? Orang mereka tidak bikin gara-gara saja dikerjain, apalagi bikin gara-gara? Dasar memang nasib keset rumah sakit tidak pernah ada bagusnya!

"Dan kamu dapat hukuman apa?"

"Jadi asisten pribadi dia selama koas di bagian kandungan, gila bukan?" Elsa tersenyum sinis, ia benar-benar mengutuki kebodohannya tadi pagi.

"Yang sabar ya, stase kandungan nggak lama kok," Renita tersenyum, berusaha menenangkan temannya ini, namun sayang, mood Elsa sudah lebih dulu kacau balau.

"Sepuluh minggu kamu bilang nggak lama, Ren?" Elsa setengah berteriak, tentu saja! Stase kandungan masuk dalam kategoi stase mayor, dimana lama stase ini berkisar antara delapan hingga sepuluh minggu, dan khusus stase obsgyn, mereka akan melewatinya selama sepuluh minggu!

Renita hanya tersenyum kecut, mau bagaimana lagi. Salah sendiri kenapa harus bermasalah dengan residen? Elsa sendiri kan yang cari gara-gara? Sementara Elsa meratapi nasib, Ken sedang begitu sibuk menyimak dan membantu seniornya itu menganamesa seorang ibu hamil yang kondisi plasentanya sudah cukup memprihatinkan itu.

'Ceasar nih,' batin Ken dalam hati

Bukan mendoakan, namun melihat titik putih pada plasenta itu hampir tujuh puluh lima persen, rasanya janin dalam kandungan itu harus sesegera mungkin dikeluarkan. Apalagi BBJ dan umur sudah cukup dan kondisi cukup emergency.

"Langsung masuk ya, Bu. Kalau hasil pemeriksaan Ibu bagus, sore ini juga akan saya beri tindakan, sebelum nantinya malah membahayakan janin dalam rahim ibu," jelas dokter Glondong sabar.

"Tidak ada kemungkinan bisa normal, Dok?" tanya pasien itu tampak khawatir.

"Ada, bisa saja sebenarnya, tapi kalau menunggu sama kemudian bayi lahir secara normal, yang saya takutkan fungsi plasentanya jadi makin berkurang dan bisa mengancam keselamatan bayi dalam kandungan, Bu."

Ken melirik pasien yang datang sendiri itu, wajahnya tampak cemas, hingga kemudian dengan mantab ia menganggukkan kepalanya.

"Saya ikut saran Dokter saja, saya percaya Dokter pasti akan menyarankan yang terbaik untuk saya dan anak saya, Dok."

Tampak wajah dokter Glondong tersenyum, membuat Ken refleks ikut tersenyum, rasanya mendengar bagaimana besar rasa percaya pasien kepada dokter sungguh sangat membahagiakan. Tentu para tim medis, dokter, akan memberikan saran penanganan yang tepat untuk para pasien. Mereka sudah terikat sumpah dan perundang-undangan yang menyatakan bahwa keselamatan pasien adalah hal utama dalam pekerjaan mereka.

Mendadak Ken teringat koas itu, banyak jadwal sectio caesarea membuat Ken punya rencana untuk mengerjai gadis itu, lihat saja, akan Ken buat gadis itu begitu sibuk di stase ini!

***

"Sudah pernah masuk OK sebelumnya?" tanya Ken ketika ia dan Elsa melangkah menuju OK guna bergabung dalam operasi caesarea sore ini.

"Sudah, Dok. Waktu saya kena apendistitis," jawab Elsa sambil tersenyum masam, rasanya penderitaan Elsa sudah akan di mulai perhari ini, hari pertama ia menjajakkan diri sebagai keset rumah sakit di rumah sakit ini.

"Ah ... kalau itu sih saya nggak tanya!" tukas Ken sambil mendengus kesal.

"Nggak tanya gimana sih, Dok? Kan tadi tanya saya sudah pernah masuk OK atau belum," balas Elsa tidak terima, jelas-jelas tadi dia bertanya bukan?

Ken menggulung kertas yang ia bawa, lalu menggebukkan gulungan kertas itu ke punggung Elsa. Benar-benar gadis satu ini menyebalkan sekali!

"Aduhhh!!" teriak Elsa ketika gulungan kertas itu berhasil menggebuk punggungnya. "Apaan sih, Dok? Sakit!" Elsa menggosok punggungnya yang tadi kena gebuk sosok itu, dasar! Sudah songong, ngeselin lagi.

"Salah sendiri, kamu itu emang dasarnya nyebelin atau suka cari gara-gara sih? Saya tanya kamu sudah pernah masuk OK belum, itu maksudnya masuk sebagai anestesi kek, atau apa kek, bukan sebagai obyek bedahnya, Elsa!" hampir saja Ken berteriak, ia benar-benar gemas dengan gadis satu ini.

"Ya belum lah, Dok! Lulus saja baru kemarin, koas juga baru hari ini, saya mau masuk OK ngapain? Yang ada kena usir ntar!"

Ken menghela nafas panjang, gadis satu ini apakah memang sifatnya menyebakan macam ini sih? Lama-lama bukan Elsa yang tertekan karena Ken kerjain, tapi Ken yang tertekan karena ternyata gadis cantik ini sedikit soplak dan menyebalkan.

"Terserah deh!" Ken mendorong pintu OK lalu masuk ke dalam dan melangkah ke ruang sterilsisai. "Cuci tangan bersih-bersih, air nya mengalir sampai siku, paham?"

Elsa mengangguk cepat, kalau itu tentu ia paham. Elsa bergegas mencuci bersih-bersih kedua tangannya. Ternyata seperti ini ruang sterlisisasi para dokter dan tenaga medis yang hendak masuk ke kamar operasi? Elsa begitu serius mencuci tangan sampai tidak sadar bahwa sejak tadi Ken menatapnya dengan seksama.

'Kamu cukup cantik ternyata, Sa!'

Comments (2)
goodnovel comment avatar
winnie prass
kakak ini kak elsa bukan sih othor pf sebelah yg nopelnya berjudul cinta jas putih
goodnovel comment avatar
Nury
Tom dan Jerry siap beraksi ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status