Home / Romansa / The Blue Blood / Ch. 2 The Hell

Share

Ch. 2 The Hell

last update Last Updated: 2021-05-07 02:05:13

Ken menyeringai lebar ketika gadis itu keluar dari ruang residen, ia duduk bersandar di kursi, setelah ini ia akan punya asisten pribadi gratisan. Asyik bukan? Lagipula ngeselin banget sih gadis itu? Baru jadi koas sudah bertingkah, pakai cari gara-gara dengannya lagi, sungguh berani sekali!

Ken menghela nafas panjang, ia kembali mencoba memproyeksikan sosok itu yang sudah terekam dalam benaknya. Gadis itu tidak terlalu tinggi, paling tingginya cuma 155-an doang. Rambut sebahunya tampak hitam berkilau, matanya sipit dan kulitnya seputih susu. Cantik, Ken akui gadis itu cantik, kalau saja ia tidak membuat masalah dengan Ken, rasanya Ken malah hendak berusaha mendekati gadis itu, ya meskipun hanya buat mainan, nggak diseriusin, namun Elsa masuk kategori gadis yang harus bisa untuk dibidik.

"Cari gara-gara sama aku? Jangan salahkan aku kalau kemudian aku hendak mengerjaimu habis-habisan, Elsa Belvania!"

***

"Kamu ada masalah apaan sih sama residen itu, Sa?" tanya Renita menatap Elsa yang tampak murung setelah kembali dari ruang residen tadi.

"Ah ... aku yang apes, Ren." jawab Elsa lesu sambil bersandar di tembok ruang koas, di sana hanya ada mereka berdua, lainnya sedang ikut residen penanggung jawab masing-masing visiting dan jaga IGD. Sementara residen penganggung jawab Renita tengah cuti, dan residen Elsa, siapa lagi kalau bukan dokter Ken, tengah ikut menjadi asistensi dokter Glondong praktek di poli kandungan.

"Iya memangnya kamu tadi ngapain sih?" Renita masih belum paham apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua.

"Tadi sebelum masuk aula, aku ribut sama dia, Ren."

Renita sontak melotot, apa Elsa bilang tadi? Ribut? Sama dokter Ken? Ribut kenapa? Pantas saja kalau kemudian dokter residen itu murka setengah mati!

"Ribut masalah apa, Sa? Yang bener aja!" tanya Renita syok sambil menggebuk lengan Elsa dengan gemas.

"Tadi aku keburu-buru, setengah berlari buat sampai ke aula, dianya sendiri jalan nggak pakai mata, jalan sambil mainan ponsel dan akhirnya kita tubrukan tadi." jelas Elsa sedikit malas.

"Ya ampun, Elsa!" tampak Renita geleng-geleng kepala sambil menepuk jidatnya dengan gemas, "Masa kamu nggak tahu kalau dia itu dokter residen?"

"Mana aku tahu? Tadi dia nggak pakai snelli, cuma pakai celana bahan sama kemeja, aku pikir sales obat," jawab Elsa asal, sungguh bodoh memang dirinya tadi.

Renita tidak lagi menjawab, ia hanya  menghela nafas panjang dan sedikit iba dengan sosok temannya itu. Pasti setelah ini ia bakal dikerjain habis-habisan oleh dokter residen itu bukan? Orang mereka tidak bikin gara-gara saja dikerjain, apalagi bikin gara-gara? Dasar memang nasib keset rumah sakit tidak pernah ada bagusnya!

"Dan kamu dapat hukuman apa?"

"Jadi asisten pribadi dia selama koas di bagian kandungan, gila bukan?" Elsa tersenyum sinis, ia benar-benar mengutuki kebodohannya tadi pagi.

"Yang sabar ya, stase kandungan nggak lama kok," Renita tersenyum, berusaha menenangkan temannya ini, namun sayang, mood Elsa sudah lebih dulu kacau balau.

"Sepuluh minggu kamu bilang nggak lama, Ren?" Elsa setengah berteriak, tentu saja! Stase kandungan masuk dalam kategoi stase mayor, dimana lama stase ini berkisar antara delapan hingga sepuluh minggu, dan khusus stase obsgyn, mereka akan melewatinya selama sepuluh minggu!

Renita hanya tersenyum kecut, mau bagaimana lagi. Salah sendiri kenapa harus bermasalah dengan residen? Elsa sendiri kan yang cari gara-gara? Sementara Elsa meratapi nasib, Ken sedang begitu sibuk menyimak dan membantu seniornya itu menganamesa seorang ibu hamil yang kondisi plasentanya sudah cukup memprihatinkan itu.

'Ceasar nih,' batin Ken dalam hati

Bukan mendoakan, namun melihat titik putih pada plasenta itu hampir tujuh puluh lima persen, rasanya janin dalam kandungan itu harus sesegera mungkin dikeluarkan. Apalagi BBJ dan umur sudah cukup dan kondisi cukup emergency.

"Langsung masuk ya, Bu. Kalau hasil pemeriksaan Ibu bagus, sore ini juga akan saya beri tindakan, sebelum nantinya malah membahayakan janin dalam rahim ibu," jelas dokter Glondong sabar.

"Tidak ada kemungkinan bisa normal, Dok?" tanya pasien itu tampak khawatir.

"Ada, bisa saja sebenarnya, tapi kalau menunggu sama kemudian bayi lahir secara normal, yang saya takutkan fungsi plasentanya jadi makin berkurang dan bisa mengancam keselamatan bayi dalam kandungan, Bu."

Ken melirik pasien yang datang sendiri itu, wajahnya tampak cemas, hingga kemudian dengan mantab ia menganggukkan kepalanya.

"Saya ikut saran Dokter saja, saya percaya Dokter pasti akan menyarankan yang terbaik untuk saya dan anak saya, Dok."

Tampak wajah dokter Glondong tersenyum, membuat Ken refleks ikut tersenyum, rasanya mendengar bagaimana besar rasa percaya pasien kepada dokter sungguh sangat membahagiakan. Tentu para tim medis, dokter, akan memberikan saran penanganan yang tepat untuk para pasien. Mereka sudah terikat sumpah dan perundang-undangan yang menyatakan bahwa keselamatan pasien adalah hal utama dalam pekerjaan mereka.

Mendadak Ken teringat koas itu, banyak jadwal sectio caesarea membuat Ken punya rencana untuk mengerjai gadis itu, lihat saja, akan Ken buat gadis itu begitu sibuk di stase ini!

***

"Sudah pernah masuk OK sebelumnya?" tanya Ken ketika ia dan Elsa melangkah menuju OK guna bergabung dalam operasi caesarea sore ini.

"Sudah, Dok. Waktu saya kena apendistitis," jawab Elsa sambil tersenyum masam, rasanya penderitaan Elsa sudah akan di mulai perhari ini, hari pertama ia menjajakkan diri sebagai keset rumah sakit di rumah sakit ini.

"Ah ... kalau itu sih saya nggak tanya!" tukas Ken sambil mendengus kesal.

"Nggak tanya gimana sih, Dok? Kan tadi tanya saya sudah pernah masuk OK atau belum," balas Elsa tidak terima, jelas-jelas tadi dia bertanya bukan?

Ken menggulung kertas yang ia bawa, lalu menggebukkan gulungan kertas itu ke punggung Elsa. Benar-benar gadis satu ini menyebalkan sekali!

"Aduhhh!!" teriak Elsa ketika gulungan kertas itu berhasil menggebuk punggungnya. "Apaan sih, Dok? Sakit!" Elsa menggosok punggungnya yang tadi kena gebuk sosok itu, dasar! Sudah songong, ngeselin lagi.

"Salah sendiri, kamu itu emang dasarnya nyebelin atau suka cari gara-gara sih? Saya tanya kamu sudah pernah masuk OK belum, itu maksudnya masuk sebagai anestesi kek, atau apa kek, bukan sebagai obyek bedahnya, Elsa!" hampir saja Ken berteriak, ia benar-benar gemas dengan gadis satu ini.

"Ya belum lah, Dok! Lulus saja baru kemarin, koas juga baru hari ini, saya mau masuk OK ngapain? Yang ada kena usir ntar!"

Ken menghela nafas panjang, gadis satu ini apakah memang sifatnya menyebakan macam ini sih? Lama-lama bukan Elsa yang tertekan karena Ken kerjain, tapi Ken yang tertekan karena ternyata gadis cantik ini sedikit soplak dan menyebalkan.

"Terserah deh!" Ken mendorong pintu OK lalu masuk ke dalam dan melangkah ke ruang sterilsisai. "Cuci tangan bersih-bersih, air nya mengalir sampai siku, paham?"

Elsa mengangguk cepat, kalau itu tentu ia paham. Elsa bergegas mencuci bersih-bersih kedua tangannya. Ternyata seperti ini ruang sterlisisasi para dokter dan tenaga medis yang hendak masuk ke kamar operasi? Elsa begitu serius mencuci tangan sampai tidak sadar bahwa sejak tadi Ken menatapnya dengan seksama.

'Kamu cukup cantik ternyata, Sa!'

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
winnie prass
kakak ini kak elsa bukan sih othor pf sebelah yg nopelnya berjudul cinta jas putih
goodnovel comment avatar
Nury
Tom dan Jerry siap beraksi ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • The Blue Blood   Ch. 93 End? Masih Pantaskah?

    Ken menatap nanar pemandangan yang ada di depannya itu. Ini hari terakhir dia berada di ruangan ini. Setelah deretan pemeriksaan psikologis yang harus dia lalui, akhirnya ia lulus juga keluar dari klinik ini.Gilbert menepati janjinya. Membantu Ken sembuh sebagai permohonan maaf atas apa yang dulu dia dan Jessica lakukan. Sebuah tindakan yang lantas membuat Ken harus bertubi-tubi mengalami hal-hal tidak mengenakkan yang membuat Ken hampir kehilangan kewarasannya.Ken menghela nafas panjang, bunyi ponsel beruntun itu membuat dia sontak menoleh dan meraih benda itu. Senyum Ken merekah begitu tahu siapa yang mengirimkan dia pesan.Mama BellaItu nama yang Ken berikan untuk nomor itu. Nomor yang tak lain dan tak bukan adalah nomor milik Elsa.Tidak salah kan, Ken memberinya nama itu? Elsa memang ibu dari anaknya, anak yang harus lahir karena kegilaan Ken di masa lalu.Ken segera membuka kunci layar ponselnya, senyumnya ma

  • The Blue Blood   Ch. 92 End?

    Elsa yang tengah menulis status pasien itu melonjak kaget mendengar dering ponselnya. Elsa menatap pasiennya, yang mana langsung dibalas anggukan kepala sang pasien yang paham bahwa dokter yang tengah mengunjunginya ini harus menerima telepon.Elsa tersenyum, segera merogoh ponselnya dan sedikit bingung dengan nomor asing yang menghubunginya ini. Nomor siapa? Mantan pasien? Salah seorang anak koas? Atau siapa?"Mohon maaf saya izin sebentar, Ibu."Kembali pasien itu mengangguk, "Silahkan, Dokter."Elsa sontak melangkah keluar, tidak sopan dan tidak nyaman rasanya mengangkat panggilan di ruangan itu. Ada dua orang pasien yang harus beristirahat di sana, tentu obrolannya akan menganggu, bukan?"Halo?" sapa Elsa begitu ia sudah berada di luar kamar inap pasien."Sa, maaf kalau aku menganggu mu. Hanya memastikan bahwa nomor kamu aktif, sudah aku simpan."Suara itu... ini suara Ken! Jadi ini nomor Ken? Elsa mendadak

  • The Blue Blood   Ch. 91 Much Better

    "Kamu serius, Ken?" Darmawan duduk di depan Ken, menatap putranya itu dengan penuh air mata.Ken tersenyum, menghela nafas panjang lantas mengangguk guna menekankan bahwa apa yang tadi mereka bicarakan adalah serius, Ken tidak main-main."Ken sangat serius, Pa. Dia pantas dan layak dapat yang lebih baik. Dia berhak bahagia, Pa."Darmawan tersenyum getir, "Lantas bagaimana denganmu, Ken?""Papa jangan khawatirkan Ken, Pa. Ken baik-baik saja. Tolong kali ini hargai keputusan Ken, Pa. Biarkan Ken memilih sendiri jalan hidup yang hendak Ken ambil."Darmawan menepuk pundak Ken, tentu! Darmawan tidak ingin Ken kembali terperosok begitu jauh karena ulahnya. Dapat dia lihat bahwa Ken begitu menderita selama ini dan semua ini gara-gara Darmawan yang tidak mau mendengarkan apa yang putranya ini inginkan.Ken tidak hanya kehilangan gadis yang dia cintai, tetapi juga anak mereka. Sejenak Darmawan bersyukur jiwa Ken masih bisa diselamat

  • The Blue Blood   Ch. 90 Lepas

    Tania tersenyum, sekali lagi –entah sudah yang keberapa kali, ia menyeka air matanya dengan jemari. Sosok itu masih menggenggam erat tangannya, dan dia juga tidak berniat menyingkirkan atau melepaskan tangan itu. Ia ingin menikmati momen ini, yang mana mungkin akan menjadi momen terakhir mereka begitu dekat macam ini.“Aku benar-benar minta maaf, Tan. Maaf aku hanya hadir untuk menyakitmu. Aku lakukan ini agar aku tidak lagi menyakitimu.” Desis Ken lirih, mungkin ini kejam, tapi Ken takut dengan tetap bersatunya mereka malah hanya akan menyakiti Tania makin dalam.“It`s okay, Ken. Aku mengerti.” Tania menghirup udara banyak-banyak, sungguh dadanya sangat sesak sekali.“Biar nanti aku yang ketemu papa, biar aku yang bilang semua sama papa. Aku siap dengan segala resikonya, Tan.”“Untuk itu, tunda lah dulu, Ken. Fokus pada kondisimu, setelah semuanya beres, baru kita bicarakan perihal ini kedepan mau bagaimana

  • The Blue Blood   Ch. 89 Bahagia?

    Sungguh, setelah kedatangan dua orang tadi, hati Ken menjadi lebih tenang. Pikirannya lebih jernih. Seolah-olah semua beban yang dia pikul selama ini melebur sudah. Dan jangan lupakan obat-obatan yang diresepkan Gilbert untuknya, konseling yang selalu Gilbert lakukan untuk perlahan-lahan menyembuhkan dirinya, semua bekerja sangat baik. Ternyata benar, ikhlas adalah kunci dari semua masalah Ken. Ken hendak memejamkan matanya ketika pintu kamarnya terbuka. Ia mengerutkan kening seraya melirik jam dinding yang tergantung di tembok. Pukul delapan malam, siapa lagi yang hendak mengunjungi dirinya? Sosok itu muncul dari balik pintu, tersenyum dengan wajah yang nampak lelah. Dia lantas melangkah mendekati ranjang Ken, duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Ken dan meletakkan bungkusan yang dia bawa di nakas meja. “Maaf, aku baru bisa mengunjungimu.” Gumamnya lirih. “Nothing, Tan. Aku tahu kamu sibuk, aku tidak mempermasalahkannya.” Tania

  • The Blue Blood   Ch. 88 Bicara Apa?

    “Kalian bicara apa, tadi?” tanya Elsa ketika dia sudah berada di dalam mobil bersama sang suami.Yosua tersenyum, membawa mobil itu bergegas pergi dari halaman klinik milik psikiater itu. Tampak isterinya itu begitu penasaran, membuat Yosua sengaja tidak menjawab apa yang sang isteri tanyakan kepadanya.“Kamu ingin tahu saja atau ingin tahu banget?” goda Yosua yang langsung mendapat gebukan gemas dari sang isteri.“Serius, Bang! Kalian nggak baku hantam lagi, kan?”Hanya itu yang Elsa khawatirkan. Mereka macam kucing dan tikus, setiap bertemu pasti baku hantam. Terlebih dengan kondisi Ken yang seperti itu, dia sangat tidak stabil emosinya, membuat Elsa khawatir laki-laki itu kembali nekat dan perkelahian itu kembali terjadi.“Apakah aku nampak seperti orang yang habis terlibat baku hantam?”Elsa kembali menatap wajah itu, memang tidak nampak, tapi tidak ada salahnya kan kalau Elsa menanyakan ha

  • The Blue Blood   Ch. 87 Damai (2)

    "Aku harap kamu cepat pulih, cepat pulang. Pasien kamu pasti udah kangen."Ken mengangkat wajahnya, menatap Elsa yang tersenyum begitu manis di hadapannya. Senyumnya ikut tersungging, ia lantas mengembalikan ponsel itu pada sang pemilik."Boleh tinggalkan nomor ponselmu di kertas? Ponselku hancur kemarin."Elsa mengangguk perlahan. Tentu, sesuai kesepakatan panjang lebar yang sudah mereka bicarakan tadi, tentu kedepannya dia dan Ken perlu banyak berkomunikasi guna membahas perihal Bella."Mana kertas? Akan aku tulis."Ken bangkit melangkah ke nakas yang ada di sebelah ranjangnya. Meraih selembar kertas dan pulpen yang langsung dia serahkan pada Elsa. Tampak Elsa langsung menuliskan dua belas digit nomor ponselnya di kertas itu, lalu menyerahkannya kembali pada Ken."Aku pamit, sudah terlalu lama aku di sini dan aku rasa kamu perlu istirahat, bukan?" Elsa meletakkan plastik yang dia bawa di meja, bangkit dan bersiap melangka

  • The Blue Blood   Ch. 86 Damai

    Ken menatap nanar sosok itu, sedetik kemudian ia menghambur memeluknya, mendekap erat tubuh yang selama dua tahun ini begitu dia rindukan.Tubuh ini masih begitu hangat, yang mana artinya ini asli, bukan fatamorgana atau ilusi semata. Ini benar sosok yang begitu Ken rindukan! Ini Elsa-nya.Ken terisak, membuat Elsa menepuk punggung laki-laki itu dan membawanya menuju sofa yang ada di sana. Mendudukkan laki-laki itu dan melepaskan pelukan itu."Sa, aku benar-benar minta maaf atas kejadian kemarin. Kamu nggak apa-apa, kan?" Tanya Ken dengan cucuran air mata.Elsa tersenyum, ia hanya mengangguk pelan dan menatap lurus ke dalam mata itu. Ada setitik perasaan iba dalam hati Elsa, namun ia sudah bertekad bahwa hubungan mereka memang sudah cukup sampai di sini, ada orang lain yang Elsa prioritaskan dan sekarang orang itu bukan Ken!"Sa... Please aku mohon, ceraikan dia! Menikah sama aku, mau kan?" Ken meraih tangan Elsa, meng

  • The Blue Blood   Ch. 85 Berdamai Dengan Takdir?

    "Temui saja dia, kalian perlu bicara baik-baik empat mata."Elsa yang tengah menyeruput minuman collagen sontak terbatuk-batuk, Yosua hanya melirik sekilas, meraih cangkir kopi dan menyesapnya perlahan-lahan."Abang serius? Tapi untuk apa?" Elsa meletakkan gelasnya, fokus pada suaminya yang sudah rapi dengan setelan scrub warna biru muda."Tentu." Yosua balas menatap sang isteri. "Aku tidak memungkiri di antara kalian ada Bella, meskipun sekarang aku tidak berkenan dia bertemu Bella, tapi bagaimana pun suatu saat nanti Bella harus tahu bahwa ayah kandungnya adalah Ken, bukan aku, Sayang."Elsa tersenyum, bangkit dan duduk di sisi Yosua. Ia melingkarkan tangannya di perut Yosua. Kenapa makin lama dia makin cinta? Bukan salah Elsa, bukan kalau kemudian dia begitu mencintai Yosua?"Mau mengantarku?" Tawar Elsa sambil menatap Yosua."Tentu, tapi aku tidak mau bertemu dengannya. Cukup kamu sendiri ke dalam dan bicara denga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status