Tania mengernyit pedih ketika hendak turun dari mobilnya. Area sensitifnya terasa begitu pedih efek pergumulan yang tadi dia dan Ken lakukan. Pernikahan mereka memang masih bulan depan, namun agaknya rayuan dan sentuhan Ken tadi benar-benar membuat Tania lupa diri.
"Shit! Sakit banget!" Tania menyenderkan tubuhnya di jok mobil, memijit perlahan pelipisnya sambil memejamkan mata.
Bayangan pergumulan mereka tadi kembali terlintas dalam benak Tania. Betapa lembut dan perlahan Ken menyentuhnya, betapa nikmat sensasi itu dia rasakan berpadu dengan pedih dan perih yang membelenggu dirinya. Dan sebuah fakta yang dia dapatkan bahwa ternyata dia bukan lah wanita pertama yang Ken sentuh dengan begitu indah.
"Siapa wanita-wanita itu?" Mendadak Tania begitu penasaran. Seperti apa wanita yang sudah calon suaminya jelajahi, seperti apa mereka? Pasti lebih cantik dan menggoda, tidak seperti dirinya ini yang...
Ahh! Tania benar-benar heran, kapan ji
Ken mencoba menjernihkan pikirannya. Sejak tadi hati kecilnya terus memaksanya untuk melarikan diri. Bahkan sejak kemarin sesuatu dari dalam dirinya itu terus berbisik menyuruhnya pergi dari kenyataan yang harus dia hadapi pagi ini.Ia sejak pukul enam pagi tadi sudah begitu rapi dengan setelan jas dan dasi kupu-kupu berwarna hitam. Sepatunya kinclong sampai bisa ia gunakan untuk memantut diri. Sungguh semuanya sangat sempurna kalau saja wanita yang akan dia ajak berikrar di depan altar suci pernikahan nanti adalah Elsa Belvania Setiawan.Tampak Linda tersenyum, menempuk lembut pundak Ken yang sangat begitu gagah dengan kemejanya. Matanya berkaca-kaca menahan haru. Akhirnya Ken, anak nomor duanya ituk akan menikah juga.“Ma, Ken boleh kabur?” bisik Ken sambil menatap mata sang mama dengan seksama.Linda sontak melotot tajam mendengar apa yang keluar dari mulut Ken, ia sontak menimpuk punggung Ken dengan gemas.“Jangan macam-macam,
Tania meremas benda itu dengan ekspresi kecewa, sudah yang entah keberapa kali dia melakukan ini dan hasilnya benar-benar mengguncangnya begitu luar biasa. Apa yang salah? Dia merasa bahwa selama ini baik-baik saja dan tidak pernah menemukan ada yang aneh pada dirinya. Semuanya normal! Sebagai seorang dokter, walapun dia seorang radilog, tapi Tania tahu betul bahwa dia tidak memiliki masalah atau keluhan apapun pada organ reproduksinya.Sudah dua tahun dia resmi menikahi Ken, laki-laki yang kini sudah menjadi sah pula menyandang gelar spesialis kandungan. Sebagai isteri seorang dokter kandungan tentu sang suami memperhatikan dan memantau betul kesehatan organ reproduksinya, dan selama ini Ken bilang semua baik-baik saja, lantas kenapa garis ini tidak pernah bertambah? Kenapa selalu satu?“Sayang, kamu belum selesai?”Pintu kamar mandi terhempas, nampak Ken sudah berdiri dengan handuk yang melingkar di lehernya. Seperti biasa, sebelum berangkat prakte
Ken melangkah turun dari mobilnya. Snelli kebanggaannya itu masih ia genggam belum ia kenakan. Dengan santai ia melangkah masuk dan menyusuri koridor rumah sakit. Dia harus mengunjungi beberapa pasien sebelum poli rawat jalan buka. Ada beberapa agenda sectio caesarea yang sudah terjadwalkan dan ini sudah menjadi kesibukan Ken selama beberapa bulan terakhir ini.Ia hendak melangkah ke bangsal rawat inap ketika sosok itu berteriak lantang memanggil namanya.“Ken!”Ken menoleh, nampak Samuel, rekan seperjuangan Ken selama PPDS, berlari-lari kecil menghampiri Ken. Ken sendiri heran, mereka beda tempat dinas dan untuk apa dokter kandungan itu sampai datang kemari menemui dirinya?“Kok nyasar sampai sini? Ada apa?” Ken menjabat tangan Samuel, ia masih begitu terheran-heran dengan apa alasan Samuel bisa sampai kesini.Samuel nampak mencoba menetralkan nafasnya, ia malah merogoh saku celana ketimbang menjawab pertanyaan Ken. Ken mak
“APA?”Ken membelalakkan mata terkejut, mantan yang kemarin? Elsa kah yang Jessica maksud? Elsa sudah punya anak? Dia sudah menikah? Yang benar saja! Dengan siapa dia menikah? Apakah dengan ....“Kau tidak tahu?” tampak Jessica tersenyum mengejek, “Anaknya perempuan, sangat cantik kayak mamanya.” Sambung Jessica yang makin membuat hati Ken panas membara.“Dari mana kamu tahu?” Ken menatap Jessica tajam, dia tidak sedang mempermainkan Ken, bukan?Tawa Jessica pecah, sungguh ia tampak sangat bahagia. Dan Ken bersumpah kalau dia bukan wanita dan tidak tengah hamil, Ken ingin menghajarnya sampai babak belur. Tapi sekali lagi, keadaan membuat Ken tidak bisa berbuat apa-apa, meskipun kini dia tengah ditertawakan dan jangan lupa dipermalukan oleh sosok itu.“Well,” Jessica melipat tangannya di dada, menatap Ken dengan tatapan mengejek, tampak sangat terlihat Jessica begitu menikmati pemandangan d
“Ken?” “YA! Ini aku!” jawab suara itu, “Katakan, siapa laki-laki yang berani-beraninya menikahi Elsa?” Tawa Yosua pecah, ia menyandarkan tubuh di kursi menyilangkan kakinya dan tampak sangat menikmati obrolan mereka. Yosua menghentikan tawanya, menghela nafas panjang sejenak, kemudian kembali bersuara. “Aku!” jawab Yosua mantab. “Aku laki-laki yang sangat cukup berani menikahi Elsa. Apa ada masalah?” “K-KAU ....” *** Yosua menatap wajah pucat itu dengan tatapan iba, ia lantas menyodorkan plastik putih itu kepadanya. Membuat sosok itu tertegun sesaat sebelum tangisnya kembali pecah. Yosua memejamkan matanya sejenak, menjatuhkan diri di sofa tepat di sisi gadis itu. “Sudah, kita coba dulu lihat apakah betul dugaanmu itu, Sa.” Bisik Yosua lirih, dua tangannya mencengkeram bahu gadis itu erat-erat, membuat Elsa makin keras terisak. “A-aku udah telat, a-aku-.” “Tes dulu!” potong Yosua tegas, “Kita tidak bisa hanya me
PLAKKK “BANG!” Elsa berteriak, tangannya tremor luar biasa. Dia tidak menyangka bahwa Yosua akan berdiri menjadi tameng untuknya ketika tangan Yusuf terayun hendak menampar Elsa. Wajah Yusuf memerah luar biasa, dia tampak sangat begitu marah, sangat marah. Bagaimana tidak, satu-satunya anak gadis yang dia miliki, anak gadis yang selama ini dia banggakan karena ia adalah calon dokter, tiba-tiba pulang dan mengaku bahwa dalam kondisi hamil tujuh minggu! “Om, saya tahu Om marah dan kecewa dengan semua yang sudah terjadi. Tapi saya mohon dengan sangat Om, jangan tampar Elsa. Tolong.” Yosua tidak gentar, ia membalas tatapan penuh amarah itu dengan berani, dengan lembut dan sorot setengah memohon. “Tampar saja saya, Om. Saya yang bersalah. Saya yang tidak bisa mengendalikan diri. Saya minta maaf, Om.” Yusuf mendengus. Tangannya masih mengepal kuat. Ia masih benar-benar syok. Anak gadisnya dihamili anak sahabatnya sendiri? Anak yang
“Tidur aja di dalam, biar Abang yang tidur di luar.” Elsa mengangguk dan tersenyum, ia sudah sedikit lebih tenang walaupun masih syok dan tidak terima dengan apa yang sudah terjadi kepadanya. Bagaimana tidak? Di saat dia yang sudah hampir bisa move on dan melupakan kejadian bengis yang dia alami, kini dia harus menerima kenyataan bahwa dia hamil anak dari mantan kekasihnya itu. Tidak sampai di situ, dia harus rela pergi dari rumah sebagai hukuman yang sang papa berikan atas apa yang sudah Elsa lakukan. “Bang ...,” Elsa memanggil sosok yang sudah melangkah keluar dari kamar. “Ya?” Yosua membalikkan badan, menatap Elsa dari pintu kamar yang hendak dia tutup. “Terima kasih banyak!” Senyum manis itu merekah, kepalanya mengangguk lalu menutup pintu kamar dan meninggalkan Elsa sendirian dalam kamar itu. Mata Elsa menyapu seluruh ruangan. Kamar apartemen ini mengingatkan dia pada kamar apartemen Ken. Ya walaupun berbeda tower, tapi E
“APA?” Yuna terkejut luar biasa, ia melotot menatap suaminya itu dengan tatapan tidak percaya. “Nggak mungkin!” Leo tersenyum sinis, melangkah mendekati sang isteri yang masih duduk di depan meja rias dalam kamar mereka. Ia menyodorkan ponsel itu ke sang isteri, di mana ada riwayat percakapannya dengan Yosua plus dengan bonus foto hasil USG dan sebuah testpackdengan dua garis di sana. Yuna menatap nanar layar ponsel Leo. Jadi benar gadis itu hamil? Dihamili oleh anaknya? Astaga, cobaan apa lagi ini? “Tapi, Pa ... setahu Mama, Yosua ada pacar, yang sekarang lagi magang itu, si Gina.” Sanggah Yuna yang ingat bahwa gadis yang selama ini Yosua ceritakan tengah menjalin kasih dengan dia adalah Gina, bukan Elsa. “Lah, kalau yang terlanjur hamil Elsa, mau bagaimana lagi? Yang jelas kita sudah ditunggu.” Leo merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit-langit kamarnya sambil memikirkan sesuatu. Sementara Yuna meletakkan ponsel it