Share

Chapter 2. Paksaan

Kesialan ataukah keberuntungan. Di beri tawaran sebuah pernikahan oleh lelaki tampan bergelar boss, saat ini Mia sedang di tatap oleh Zev dengan sorot mata tajam kebiruan milik lelaki itu.

Glekk.

Mia tak berani berkata di depan lelaki bernama Zev ini, Mia sadar jika ia telah melakukan kesalahan di pertemuan pertama. Bukan sekali ia membuat ke salahan, tapi dua kali di waktu yang berdekatan. Pertama Mia mengigit lengan Zev lalu memukuli Zev dengan tongkat sapu pel dengan sekuat tenaga berkali kali.

“Aku minta maaf. Aku tidak tau jika Anda adalah pemilik restauran ini.” Mia berucap sambil menunduk, Mia benar-benar sadar akan kesalahannya kali ini.

Zev mendekat. Mia refleks bergerak mundur hingga tubuhnya tak bisa mundur lagi ketika di belakang sudah ada dinding. Dua tangan Zev mengunci kedua sisi Mia, wajahnya condong ke depan menatap gadis di depannya dengan seksama.

Aneh. Zev baru bertemu dengan Mia, tapi ia di buat begitu tertarik dengan gadis seperti ini. Zev semakin mendekati wajah Mia, gadis itu spontan memalingkan wajah dengan mata terpejam. Tak lama terdegar suara Zev berbisik di depan telinganya.

“Apa yang akan kamu lakukan untuk membayar kesalahanmu setelah memukuliku?”

“Aku akan bekerja lebih giat lagi.” Sahut Mia cepat, angin pun seolah kalah cepat dengan ucapannya barusan.

Zev tersenyum miring. “Setelah kejadian tadi, apa mungkin aku akan memperkerjakanmu lagi?”

Sial! Ini bukan keberuntungan. Mia sudah tiga kali di pecat dalam satu minggu ini dalam pekerjaan, tapi begitu ia sudah mendapat pekerjaan lagi apa harus di pecat kembali?

Tenggorokannya Mia tercekat. Kepalanya sedikit terangkat menatap wajah tampan lelaki bernama Zev, sorot mata biru yang menenangkan bagaikan air laut di samudra. 

Double sial! Bisa-bisanya di saat seperti ini Mia tertarik dengan pesona Zev.

“K-kamu ingin aku melakukan apa?”

Salah satu sudut bibir Zev terangkat. “Menikah denganku. Aku rasa itu cukup untuk membayar kesalahanmu beberapa saat lalu.”

“Itu tidak adil!” Mia mendorong Zev, Zev yang tidak siap berhasil mundur satu langkah dari Mia. “Aku hanya memukul dan mengigitmu. Aku tidak tau kamu adalah boss. Tapi, bayaran atas kesalahanku itu tidak bisa di sama ratakan dengan pernikahan!” ujar Mia.

Zev melipat tangan di depan perut. “Lalu aku harus apa? Melaporkanmu dengan tuduhan kekerasan? Jadi kamu lebih suka mendekam di penjara dari pada menikahi pria tampan sepertiku?”

Ada benarnya. Zev tampan, dia juga kaya. Menikahi lelaki yang mendekati sempurna sepertinya tidak akan membuat Mia rugi.

Zev kembali mendekat, menyentuh dagu Mia untuk mendongak menatapnya. “Menikah denganku atau mendekam di penjara? Aku rasa orang bijak akan memilih untuk—“

“Aku lebih milih di penjara dari pada menikahimu!”

Bola mata Zev membola. Dalam sehari, ia sudah di tolak mentah-mentah oleh gadis yang sama. Sebelumnya ia bahkan tak pernah mendapat penolakan dari wanita manapun, tapi gadis muda ini beraninya menolak ajakan pernikahan yang di lontarkan oleh Zev.

Terdiam, rahangnya mengeras. Tangan Zev mencengkeram lengan Mia kuat, hal itu membuat Mia meringis sakit.

“Kalau itu pilihanmu maka baiklah. Aku akan membawamu ke kantor polisi sekarang juga. Aku rasa cctv sudah cukup membuatmu berada di dalam jeruji besi selama beberapa bulan, atau mungkin beberapa tahun.” Ucap Zev.

Mia berjalan kesusahan saat Zev menariknya kasar. Beberapa karyawan melihat Mia yang di tarik oleh Zev, tapi mereka tidak ada yang berani menegur atau membantu Mia lepas dari Zev.

Perlakuan kasar di terima oleh Mia ketika Zev mendorongnya masuk ke dalam mobil, Zev ikut masuk lewat pintu sebelah, badannya condong ke arah Mia. Spontan Mia menyilangkan kedua tangan di depan dada.

 

Zev menatap Mia, ia lantas menarik sabuk mengaman untuk Mia sebelum mulai mengemudikan kendaraan beroda empat tersebut.

Debaran jantung tak bisa Mia kendalikan. Saat ini ia sedang di bawa menuju kantor polisi, jika Zev benar-benar menuntutnya maka bukan hanya sekedar di penjara, Mia juga pasti akan membayar denda.

Lantas siapa yang membayar denda itu? Mia bahkan tidak punya keluarga, ia hanya memiliki dua sahabat, terlebih sangat tidak mungkin Mia merepotkan kedua sahabatnya itu yang keadaannya juga seperti Mia, tidak punya keluarga.

Dengan tangan mencengkeram sabuk pengaman, menatap lurus ke depan di mana mobil melaju ke arah kantor polisi. Tubuhnya bergetar, Mia takut di penjara. Kedua bola matanya terpejam, menarik nafas dalam sebelum mobil memasuki gerbang area kepolisian.

“AKU SETUJU UNTUK MENIKAH!” teriaknya.

Ciitttt....

Mobil di rem mendadak, Zev menoleh ke arah Mia. Nafas gadis itu naik turun tak seirama karena ketakutan yang menyerbu. Zev tersenyum miring.

“Pilihan yang bagus, kau tidak bisa menarik kata-katamu barusan.” Zev pun lantas memutar balik kendaraan menuju rumah sakit. Mia mendesah lega, ia lalu memberanikan diri menoleh ke arah Zev yang tersenyum puas.

Sialan lelaki ini, dia menang banyak. Batin Mia.

“Kau puas!” bentak Mia.

Zev menoleh. “Belum cukup.” Katanya, Mia pun melebarkan bola mata.

Menyandarkan bahu sembari menormalkan detak jantungnya. Ponsel Zev berdering, lelaki itu menerima panggilan tersebut lewat bluetooth mobil sehingga Mia pun bisa mendengar suara orang yang berbicara dengan Zev.

“Tuan Zev, Nyonya Jeslyn sudah sadar.”

“Aku akan segera kesana. Katakan padanya jika aku sudah membawa calon istriku, sekalian juga kamu persiapkan altar untuk pernikahan kami.”

“Apa perlu saya mengundang orang lebih banyak?”

“Tidak perlu, cukup sediakan hal-hal yang di perlukan untuk pernikahan. Ibu harusnya senang jika aku menikah hari ini.” Kemudian Zev mematikan panggilan dan menoleh ke arah Mia.

Wajah gadis itu tak bisa di deskripsikan lagi, wajahnya pucat dan syok. Namun, bagi Zev itu terlihat menggemaskan.

“K-kau ingin menikahiku hari ini juga?” tanya nya, suara Mia terdengar hambar karena syok mendengar pembicaraan Zev dengan orang yang menelfonnya tadi.

“Kenapa? Kamu tidak sabar untuk menjadi istri dari lelaki tampan sepertiku?” dengan santainya Zev mengedipkan sebelah mata jahil ke arah Mia.

“Kita baru bertemu! Bagaimana bisa langsung menikah begitu saja!” pekik Mia kemudian.

“Lantas kenapa? Jika kamu sudah siap dan aku juga sudah siap, apa lagi yang di tunggu? Bukan masalah pertemuan pertama atau pertemuan yang ke sepuluh, yang jelas hari ini kita akan menikah. Satu hal yang perlu kamu tau, kau akan menjadi istri dari seorang pria bernama Zeveran Alcander.”

“Apa tidak bisa menunggu beberapa hari lagi? Maksudku, biarkan kita saling mengenal lebih dulu selama beberapa hari sebelum mengadakan pernikahan. Ini. Ini terlalu mendadak buatku. Kamu muncul hari ini untuk pertama kalinya, dan untuk pertama kalinya juga kamu langsung membuatku terikat sebagai istrimu?” kata Mia mencoba bernegosiasi.

Zev menoleh dengan begitu tampannya, Sialan. Mia kembali terpesona oleh sosok Zev untuk ketiga kalinya dalam waktu kurang dari tiga jam.

“Kita akan belajar saling mengenal setelah pernikahan. Bukankah setiap pasangan akan merasa lebih dekat setelah menikah? Tidak ada hal istimewa untukku menunda waktu pernikahan lebih lama lagi. Semakin cepat, itu semakin bagus.” Jelasnya, kalimat tersebut terlontar dengan begitu santai dan tidak bisa di bantah.

Mia menahan nafas menatap wajah Zev yang fokus menyetir. Ada rasa kesal di benak Mia karena ulah Zev yang dadakan seperti ini. Beberapa menit Mia menatap Zev dengan perasaan kesal, Mia pun menolehkan wajahnya perlahan ke arah jedela mobil, gerakannya seperti robot. Kemudian kepala serta bahu bersandar lemas di kursi mobil.

“Ini gila. Aku baru bertemu dengan boss mesuum yang tiba-tiba mengajakku menikah. Lebih gilanya lagi jika hari ini juga aku akan menikah? Apa ini yang namanya negeri dongeng?” gumam Mia, dan tentu saja suara lirih gadis itu masih dapat Zev dengarkan. Zev hanya tersenyum sambil mengemudikan mobil ke arah rumah sakit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status