Share

Chapter 3. Pernikahan

“Kamu punya keluarga?” Tanya Zev.

Mia menggeleng.

“Lalu siapa perwakilan dari keluargamu untuk menyaksikan pernikahan ini?” tanya Zev lagi.

Mia tersenyum. “Karena aku tidak punya keluarga, bagaimana jika kita batalkan saja pernikahan ini?” Mia mencari alasan. Zev menggeleng, lelaki itu memegang sebuah dokumen dan menandatangani dokumen tersebut.

Wajah Zev teralihkan dari lembar kertas untuk menatap Mia. “Kau yakin tidak punya keluarga sama sekali?” katanya. Mia mengangguk.

Zev menyodorkan dokumen ke arah Mia agar gadis itu tanda tangani. Mia tidak melihat isi dokumen tersebut, ia langsung saja menandatanginya tanpa membaca lebih dulu. Zev tersenyum tipis, Mia menutup kembali dokumen itu dan mengembalikan pada Zev.

“Aku di besarkan di sebuah panti asuhan. Saat usiaku menginjak angka delapan belas tahun, aku keluar dari sana untuk hidup mandiri. Apa kamu masih menganggap aku berbohong? Aku punya dua sahabat, aku akan menghubunginya.” Mia mengeluarkan ponsel, segera ponsel itu di rebut oleh Zev.

“Tidak perlu, sahabatmu tidak di butuhkan.” Zev menarik tangan Mia untuk mengikutinya. Mia lemas, tubuhnya tidak bersemangat untuk melewati hari yang panjang ini.

“Mereka sahabatku, tapi aku sudah seperti keluarga bagi mereka.” Ucap Mia, namun tak di hiraukan oleh Zev. Mia berusaha melepaskan tangan Zev darinya, tapi tangan Zev sangat kuat sampai Mia harus kembali pasrah di geret oleh lelaki satu ini.

Zev membawa Mia ke sebuah ruangan, ada sebuah gaun putih cantik di ruangan tersebut dan juga ada dua orang wanita yang akan membantu Mia mempercantik diri sebelum pernikahan.

“Buat dia secantik mungkin, ini adalah hari istimewa yang harus dia lewati.” Pesan Zev pada dua wanita selain Mia. Kemudian, Zev pun meninggalkan Mia.

“ZEV!” Mia ingin menyusul atau lebih tepatnya melarikan diri. Namun, dua wanita yang ada di sana menahan Mia, memaksa gadis itu duduk untuk di percantik. Sekali lagi Mia pasrah, ia tidak bisa menghubungi Allexin ataupun Linda saat ponselnya di bawa oleh lelaki bermata biru itu.

Minta tolong di tempat ini juga sepertinya akan sia-sia.

Hampir dua jam Mia di rias oleh dua wanita. Kini, tubuh Mia telah terbalut gaun putih cantik yang tadinya sedikit kebesaran. Namun, karena dua wanita tadi sepertinya sudah ahli dalam hal seperti ini, gaun tersebut akhirnya pas di tubuh Mia.

Jujur Mia mengagumi penampilannya saat ini saat memakai balutan gaun indah pernikahan. “Sayang sekali, Linda dan Allexin tidak melihatku memakai gaun ini.” Batin Mia.

Tiba-tiba kedua bola mata Mia melebar. “Linda, Allexin?” Mia pun melihat ke arah pintu, berjalan ke sana untuk meminta ponselnya yang di sita oleh Zev.

“Nona. Tuan tidak mengijinkan Anda keluar sampai orang suruhan beliau datang.” Tegur satu dari dua wanita yang membantu Mia merias diri, sedangkan wanita yang lain menahan pintu yang akan di buka oleh Mia.

“ZEV! Berikan ponselku! Aku harus menghubungi Linda dan Allexin!” teriak Mia. Masa bodoh pada dua wanita yang ada di sana menganggapnya gila. Tapi, Mia dan dua sahabatnya sudah seperti keluarga.

Di hari pernikahan seperti ini, tidak mungkin Mia tidak mengundang mereka berdua untuk datang. Teriakan Mia berakhir sia-sia, Zev tidak muncul dan ia juga tidak bisa keluar dari tempat itu.

Mia ingin menangis. Tapi ia kasihan pada dua wanita yang sudah membantunya merias selama satu jam lebih jika riasannya rusak.

“Nona, duduklah. Tuan Zev pasti akan kembali.”

Mia menatap wanita yang berbicara padanya. “Menurutmu, Zev bagaimana?” tanya Mia.

Wanita itu mengernyitkan keningnya. “Tuan Zev adalah orang tampan. Dia juga orang yang cukup populer.” Jawab wanita itu.

“Kalau begitu ... bagaimana kalau kamu saja yang menikah dengan Zev?” Mia tersenyum lebar, seolah mendapat ide paling jenius yang pernah ada dalam pikirannya.

“Kamu tidak akan pernah bisa menggantikan posisimu pada wanita lain, Mia.” Suara Zev terdengar di belakang Mia. Sontak saja tubuh Mia membeku seperti di freezer. Dua wanita yang membantu Mia tadi lantas keluar membiarkan Zev berdua dengan Mia.

Zev mendekat, berdiri tepat di depan Mia yang hanya setinggi dagunya. Mia mendongak, ia merasa lebih tinggi berkat sepatu heels yang di pakainya, menakjubkan. Zev tinggi sekali.

“Apa kamu berubah pikiran untuk menikahiku?”

“Tidak.”

“Lalu kapan kamu akan berubah pikiran?”

“Tidak akan pernah.”

Mia memanyunkan bibirnya. “Kalau begitu biarkan aku menghubungi Linda dan Allexin. Mereka harus tau kalau aku menikah.”

“Tidak perlu. Dengan datang atau tidaknya mereka, kamu tetap akan menjadi istriku hari ini juga.”

“Kenapa kau memaksa sekali, Zev!?” protes Mia.

Bukannya merasa bersalah, Zev justru tersenyum sambil menawarkan lengan untuk Mia gandeng.

“Ayo, pastor dan yang lain sudah menunggu.” Kata Zev.

Mia menggeleng, ia lebih memilih berjalan mendahului Zev tapi lelaki itu mengikuti Mia dan memaksa tangan Mia untuk melingkari lengannya. Saat Mia ingin menarik tangan dari Zev, lelaki itu mengapit tangan Mia sampai tidak bisa lepas.

“Jangan membuat masalah, atau kamu akan tau akibatnya.” Suara Zev kali ini terdengar mengerikan, Mia akhirnya memilih diam dan masuk ke dalam mobil hitam milik Zev.

Kendaraan tersebut melaju ke arah sebuah gereja, tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Beberapa orang telah menunggu di sana termasuk seorang pastor. Terlihat pula ada seorang wanita yang duduk di kursi roda dengan selang infus tertancap di salah satu tangannya.

Zev menggandeng Mia menuju altar. Debaran jantung Mia semakin cepat, ia tidak menyangka akan menikah secepat ini. Usianya saja baru akan dua puluh tahun dua minggu kemudian.

Berdiri saling berhadapan. Mia menatap Zev yang memakai setelan tuksedo hitam, kemeja putih lengkap dengan sebuah dasi hitam kupu-kupu melingkari lehernya. Apa ia akan menikah dengan lelaki itu? Pikiran konyol tersebut masih saja menghiasi otak Mia. Jelas-jelas sekarang ia dan Zev berada di depan seorang pastor, dan tentu saja sedang mengucapkan janji pernikahan, bukan makan siang.

Zev menatap lekat ke kedua manik mata kecoklatan milik Mia. Mendengarkan pastor yang mengucapkan kalimat-kalimat sakral, sedangkan Mia balas menatap Zev. Lelaki itu seperti sedang menghipnotisnya untuk terus terpesona sampai tanpa sadar Mia mengiyakan apapun yang Pastor ucapkan.

Tanpa di sadari, tiba waktu untuk ciuman pernikahan. Mia syok, ia refleks bergerak mundur sampai gaun-nya terinjak oleh heels yang cukup tinggi itu. Zev menangkap tubuh Mia layaknya di sebuah film layar lebar.

Mia hampir merasakan indahnya jatuh di altar tepat setelah pernikahan. Untungnya Zev bergerak cepat, lebih cepat lagi saat lelaki itu menempelkan bibirnya dengan bibir Mia, hanya saja sedikit  terhalang oleh ibu jari Zev.

Suara tepuk tangan menyadarkan Mia. Debaran jantungnya jauh lebih cepat dari yang tadi saat melihat Zev sedekat ini dengannya. Bibir mereka hampir bersentuhan jika tidak ada ibu jari tangan lelaki itu.

Zev sedikit menarik diri lalu berbisik. “Akan aku berikan ciuman yang menggairahkan saat kau sudah menerimaku nantinya.” Lalu kembali berdiri normal. Mia gugup, sangat gugup dengan apa yang terjadi dan apa yang Zev katakan barusan.

_____

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status