Meski pada kenyataannya kedua kaki Sagara tidak lumpuh, namun tetap saja ada rasa kesal saat mendengar semua cemoohan dan gunjingan dari mulut lemes mereka semua.
Sekretaris Ken saat ini mulai berjalan menuju ke meja berkumpulnya makanan karena Tuan Mudanya menginginkan yang segar-segar untuk merefresh otaknya agar tidak butek di saat-saat seperti ini.
Pilihan pemuda tampan itu jatuh kepada salad buah yang sudah dikemas dalam sebuah kotak plastik khusus yang terlihat sangat menarik dan juga terlihat berkelas sebab kotak plastik yang digunakan bukan kotak plastik biasa.
"Eh," ucap seorang gadis di sebelah Sekretaris Ken saat mendapati kotak incarannya juga diincar oleh pemuda tampan itu.
Saat ini tangan Sekretaris Ken memegang tangan seorang gadis itu yang sama-sama sedang memegangi kotak salad buah yang sama dengan dirinya.
Gadis itu menoleh ke arah Sekretaris Ken dan di pandangan lelaki tampan itu tiba-tiba ada kelopak-kelopak bunga mawar yang tengah bertaburan di sekitar wajah gadis itu yang turun bagaikan hujan bunga dipandangan halu pemuda itu.
"Wow," takjub Sekretaris Ken yang saat ini langsung terpesona oleh kecantikan gadis di sampingnya.
Wajah gadis itu kini mulai terlihat bercahaya dengan rambut yang berkibar-kibar ala-ala iklan shampo ketombe di televisi.
"Cantiknya," puji Sekretaris Ken tanpa sadar.
Gadis itu mulai mengerutkan keningnya saat mendengar perkataan pemuda tampan di sebelahnya.
"Kakak tampan, tolong lepasin tangan Kakak dari tangannya Viona yang cantik ini bagai Bidadari." ucap gadis itu dengan suara cemprengnya sambil mengibaskan rambut panjangnya ke arah belakang menggunakan tangan kirinya yang menganggur.
"Eh, maaf, maaf," Sekretaris Ken langsung tersadar dari keterpesonaannya dan dalam sekejap mata semuanya pandangan halunya menghilang seketika.
Dengan canggung pemuda tampan itu melepaskan tangannya dari tangan Viona yang diiringi dengan ketidakrelaan dalam hatinya.
Sekretaris Ken sedikit mengusap sayang tangan kanannya yang baru saja memegang tangan pujaan hatinya.
'Sepertinya semua orang di kota A ini kedua matanya buta kali ya. Sampai-sampai tidak menyadari betapa cantiknya Bidadari yang saat ini ada di hadapanku.' batin Sekretaris Ken yang masih setia melihat ke arah Viona yang saat ini telah melenggang pergi.
Semua orang di kota A ini memang menganggap bahwa Viona adalah gadis terjelek dan terbodoh seantero kota ini karena dandanannya gadis itu sangat menyakitkan mata dan dia juga kerap melakukan hal-hal bodoh yang tidak pantas dilakukan oleh anak seumurannya.
Meskipun Viona mengenakan make up yang menor seperti ondel-ondel, namun Sekretaris Ken masih bisa melihat dengan jelas kecantikan yang terpancar dari gadis itu.
Kalau masalah otaknya yang bodoh, pemuda tampan itu juga meragukan hal tersebut.
Dia masih ingat betul saat kejadian keran air di taman kota yang tiba-tiba rusak langsung didandani oleh Viona dengan peralatan seadanya di taman itu dan berhasil.
Pertemuan hari ini antara Sekretaris Ken dan Viona memang bukan pertama kalinya bagi mereka.
Mereka berdua sebenarnya sering berpapasan saat sedang lari pagi mengelilingi taman di kota ini, tapi Viona tidak perah ngeh dengan kehadiran pemuda tampan itu, hanya lelaki itu saja yang memperhatikan kehadiran Viona di sekitarnya.
"Huft," Sekretaris Ken menghela napasnya karena dia menyesal kenapa dia tadi tidak menahan Viona lebih lama lagi di sisinya. "Kenapa aku bodoh sekali ya." rutuknya. "Harusnya tadi aku tahan dia dan kuajak berkenalan. Haissh~"
Dengan lemas tangan pemuda itu meraih kotak salad buah yang lain di meja itu dan segera kembali ke mejanya dengan langkah yang gontai bagaikan orang kekurangan darah.
"Ini, Tuan," ucap Sekretaris Ken sambil meletakkan kotak salad buah itu di hadapan Sagara.
"Hei, kau kenapa, Ken? Lesu banget keliatannya." tanya Sagara dengan kening yang berkerut.
"Aku tidak apa-apa, Tuan."
"Kenapa kamu terlihat seperti orang yang patah hati saat ini? Harusnya aku yang terlihat menyedihkan seperti itu karena calon istriku telah kabur dari pernikahan kami."
"Aku juga sedang sedih, Tuan." ucap Sekretaris Ken dengan kepala yang menunduk.
"Wah, setia kawan sekali kamu, Ken. Hahaha," kekeh Sagara. "Makasih ya sudah mau peduli padaku dan ikut bersedih juga bersamaku."
"Aku bukan sedih karena masalah itu, Tuan. Aku itu sedih karena masalahku sendiri."
"Kamu lagi punya masalah apa, Ken?"
"Aku baru saja ditinggal pergi oleh V-"
"Vacarmu?"
Sekretaris Ken menjep karena Sagara memotong ucapannya.
"Hei, jangan diam aja dong!"
"Makanya Tuan jangan dulu motong ucapanku."
"Baiklah, baiklah. Silakan lanjutkan!"
"Aku baru saja ditinggal pergi oleh Viona. Padahal aku pengen ngobrol sama dia dan pengen kenalan juga. Tapi dia malah ngeloyor aja, huft,"
"Ya ampun, aku kira apaan." Sagara memutar malas kedua bola matanya. "Dia lagi, dia lagi." gumam Sagara.
Sekretaris Ken saat ini terlihat sangat menyedihkan.
"Sudah, cup, cup, cup, cup. Jangan nangis lagi ya, Ken! Nanti setelah aku menikah dengan Viola -kamu kan bisa kenalan dengan Viona. Aku akan minta Viola untuk meminta Viona sering datang ke rumahku agar kamu bisa bertemu dengan pujaan hatimu." hibur Sagara.
"Dan juga Bidadari hatiku, Tuan." lanjut Ken.
"Iya, iya, pokoknya itulah." angguk Sagara. "Tapi yang jadi permasalahannya adalah ... aku kan tidak jadi menikah karena calon istriku kabur, hahaha," gelak Sagara yang membuat Sekretarisnya kembali menangis dalam hati.
***
Beberapa puluh menit kemudian Pak Penghulu yang hari ini memiliki jadwal yang padat merayap tidak bisa lagi menunggu terlalu lama lagi di Gedung ini.
Dia harus segera pergi mendatangi tempat pesta pernikahan kliennya yang lain.
"Maaf, Pak. Saya tidak bisa menunggu terlalu lama lagi. Banyak pasangan muda-mudi yang harus saya nikahkan hari ini juga."
"Tolonglah, Pak. Jangan pergi dulu! Tunggulah beberapa saat lagi. Saya yakin sebentar lagi calon mempelai wanitanya akan segera ditemukan." cegah Sekretaris Ken yang tidak rela kalau pernikahannya Sagara dengan Viola batal.
"Maaf, Pak. Saya harus pergi." tegas Pak Penghulu itu yang tidak bisa diganggu gugat.
"Tenang saja, Pak. Nanti saya bayar lebih deh. Asalkan Bapak jangan pergi dulu." bujuk Sekretaris Ken.
"Dibayar lebih pun -saya tetap akan menolak. Taruhannya ini adalah nama baik para pasangan dan keluarga yang akan menikahkan anak mereka hari ini. Bisa malu berat mereka kalau sampai gagal nikah hari ini. Mereka juga -pasti sudah menyelenggarakan pesta yang meriah di hari berbahagia mereka."
"Ya sudah, daripada begini terus mending kita ganti saja pengantin wanitanya dengan gadis yang lain." celetuk Awan memberikan opsi jalan keluar. "Kalau pernikahannya Sagara gagal, maka Adikku akan menanggung malu juga. Ditambah lagi sudah banyak tamu yang jenuh menunggu prosesi akad nikahnya dimulai."
"Hah! Diganti! Yang benar saja, Tuan? Apakah semudah itu mencari seorang pengganti dengan waktu yang mepet seperti ini?" tanya Sekretaris Diana yang pura-pura terkejut dengan saran dari Tuannya.
"Betul apa yang dikatakan oleh Sekretaris Diana, Tuan." sahut Sekretaris Ken setuju dengan pendapat wanita itu.
"Tentu saja tidak sulit. Kita bisa mengganti Viola dengan Viona. Toh sama saja kan? Sama-sama anaknya Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira, dan sama-sama perempuan juga kan?" cetus Awan.
"Betul, betul, betul." sahut kedua orang tuanya Viola kompak yang menyetujui ide dari Awan.
"Tuh ... kedua orang tuanya Viola dan Viona saja setuju dengan saranku." tutur Awan. "Sudah -pokoknya Sagara akan tetap menikah hari ini dengan Viona." tegas Awan. "Tuan Sofyan segera dandani Viona dan buat dia secantik mungkin ya -di hari yang berbahagia ini." perintah Awan.
"Baik, Tuan Awan." sahut Tuan Sofyan cepat.
"Bagus."
Kini Awan mulai beralih ke arah Pak Penghulu. "Pak, kalau menunggu beberapa menit lagi masih bisa kan?"
"Iya, masih bisa. Asalkan sebelum jam sepuluh, saya sudah harus meninggalkan tempat ini."
"Baiklah kalau begitu. Saya pastikan sebelum jam sepuluh -Bapak pasti sudah meninggalkan Gedung ini. Nanti biar anak buah saya saja yang mengantarkan Bapak ke tempat yang selanjutnya."
"Terimakasih banyak, Tuan Awan."
"Sama-sama."
Sagara yang duduk tidak jauh dari tempat mereka hanya bisa mengepalkan kedua tangannya karena merasa kesal akan dinikahkan dengan Viona si gadis jelek itu.
"Ini pasti sudah direncanakan oleh Awan sejak dulu." gumam Sagara yang langsung bisa menebak dengan jitu siapa dalang dari kekacauan saat ini.
***
Awan tersenyum puas karena rencananya berhasil. Begitu pun dengan Sekretaris Diana yang saat ini tengah girang setengah mati melihat raut wajah kusutnya Sagara.Sagara kini mulai menyuarakan pendapatnya yang menentang keras pernikahan ini. "Aku tidak mau menikah dengan Viona." ucap pemuda tampan itu lantang.'Bagus, bagus, bagus," batin Sekretaris Ken mendukung penuh keputusan Tuan Mudanya."Kenapa kamu tidak mau menikah dengan Viona? Apa karena dia tidak secantik dan tidak sepintar Viola, hm?" cecar Awan pada Adiknya."Bukan begitu," sergah Sagara. "Aku hanya tidak mau merusak masa depan Viona saja. Dia masih duduk di bangku sekolah menengah atas, bukan? Tidak mungkin baginya untuk menikah denganku saat ini.""Bukankah Viona sebentar lagi akan lulus sekolah? Jadi tidak masalah jika dia menikah saat ini.""Tapi ...,""Kalau kamu ingin tetap membatalkan pernikahan ini. Baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi, Ga." Awan memilih menyerah.
Setelah hening beberapa saat, Sagara mulai membuka suaranya kembali."Ken, bagaimana keadaan Tante Amanda? Apakah dia baik-baik saja?""Bunda Amanda keadaannya masih sama seperti dulu. Masih sering menangis jika teringat dengan insiden hilangnya Arabella." sahut Sekretaris Ken sendu. "Mungkin jika Adikku bisa ditemukan kembali, Bundaku sepertinya bisa normal kembali kejiwaannya.""Bagaimana perkembangan dari hasil penyelidikan Detektif yang kamu sewa? Apakah sudah menemukan titik terang?""Belum, Tuan. Keberadaan Adikku seolah-olah terhalangi oleh kabut hitam yang sangat pekat. Sampai-sampai secuil informasi tentangnya pun belum berhasil ditemukan oleh Detektif yang aku sewa.""Semoga Adikmu segera ditemukan ya." harap Sagara."Aamiin, mudah-mudahan, Tuan." angguk Sekretaris Ken."Ngomong-ngomong, Adikmu tahun ini kira-kira sudah sebesar apa ya? Em, maksudku usianya.""Harusnya dia sudah kuliah semester pertama.""Woah, ternyata
Pembawa acara pernikahan Sagara dan Viona di Gedung B ini mulai mengumumkan bahwa prosesi akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan akan segera dimulai."Akhirnya acara akad nikahnya dimulai juga." seru pada tamu undangan yang bersorak senang karena setelah ini mereka bisa cepat-cepat pulang ke rumah masing-masing."Berarti Viola sudah ditemukan ya?" bisik mereka bertanya-tanya."Nggak tahu juga tuh. Tapi tadi aku sempet denger katanya Tuan Muda Saga mau dinikahkan dengan Viona.""What! Hahaha," kikik mereka semua yang merasa bahwa fenomena ini sangat lucu."Kalau Tuan Muda Saga yang lumpuh itu nikah sama Viona si gadis jelek dan bodoh itu, sungguh cocok sekali. Aku setuju sih kalau ini beneran terjadi." kikik mereka."Iya, Jeng. Aku juga setuju banget."***"Ma
"Ayo Vio antar!" Viona bersikeras."Ken, Ken!" Sagara segera memanggil Sekretaris-nya agar segera mendekat. "Aku sama Ken aja." tolak Sagara kepada Viona."Yah," ucap Viona kecewa."Sudah, kamu di sini aja temenin para tamu!" perintah Sagara kepada Viona. "Ayo, Ken!" ajak Sagara kepada Sekretaris-nya itu."Baik, Tuan." jawab Sekretaris Ken.Sekretaris Ken mulai memindahkan Sagara ke atas kursi rodanya dan segera mendorong kursi roda itu ke arah ruang kamar mandi di gedung ini."Permisi, Nona." pamit Sekretaris Ken kepada Viona.Viona hanya bisa mengangguk saja.***Di sepanjang perjalanan Sagara mual-mual parah. Dengan sekuat tenaga pemuda itu menahan dirinya agar mulutnya tetap tertutup rapat."Tahan, Tuan!" ucap Sekretaris Ken.Saat ini Sagara dan Sekretaris Ken sudah berada di dalam kamar mandi dan mereka mulai masuk ke dalam salah satu bilik yang lumayan luas.Sagara langsung bangkit dari duduknya dan la
Di gedung B, kedua orang tuanya Viola sedang panik setelah mendapatkan telepon dari penculik itu. Meski hati mereka merasa lega karena tahu keberadaan Viola, namun dengan keadaannya saat ini malah semakin membuat waswas kedua hati orang tua itu."Gimana ini, Pah?" tanya Nyonya Nadira panik."Tenang, Ma! Kita pasti bisa nyelametin anak kita, Ma.""Itu Viola sampai nangis-nangis gitu, Pah. Ayo cepetan kita selametin dia dan bawa uang seratus juta buat tebusannya." guncang Nyonya Nadira yang sudah tidak sabar untuk bertemu dengan putrinya lagi."Tidak bisa sekarang, Ma. Kita hanya bisa bertemu sesuai jadwal yang diatur oleh para penculik itu. Salah, salah, malah nanti Viola yang akan jadi korban karena kita dikira berniat memberontak."Sagara dan Sekretaris Ken yang baru saja kembali dari toilet mendengar percakapan antara Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira yang tengah panik karena Viola diculik."Hah, diculik!" ucap Sagara yang volume suaranya bisa diden
Saat ini Sagara sudah duduk kembali di kursi pelaminan. Untuk sejenak pemuda tampan itu memang duduk di kursi itu. Dia baru bisa pergi meninggalkan kursi pelaminan saat Sekretaris Ken telah selesai mengurus pekerjaan yang tadi dia perintahkan."Suamiku," ucap Viona yang saat ini tengah memeluk lengan Sagara di kursi pelaminan.Sagara merasa risih saat dipeluk lengannya dan tubuhnya disenderi oleh Viona. Beberapa kali Sagara melepaskan pelukan lengan Viona dari tubuhnya yang dibarengi dengan senyum yang kaku, namun Viona selalu nemplok kembali bak kumbang yang hinggap di sebuah bunga yang harum nan menawan."Vio, tolong lepaskan pelukanmu itu! Aku sedang kegerahan." ucap Sagara."Wokeh, Suamiku. Kamu mau sekalian dikipasin nggak?" tanya Viona antusias."Nggak usah."Viona tidak menggubris penolakan dari Sagara, gadis itu tetap mengambil kipas dan mengipaskannya kuat-kuat ke arah Sagara sampai membuat bulu mata laki-laki itu melengkung-melengkung ka
Petugas Polisi yang sudah selesai memintai keterangan dari Viola segera pergi dari Rumah Sakit Citra Husada. Viola memandangi punggung Pak Polisi itu yang kini mulai menjauh dari tempatnya berdiri.Viola tersenyum sinis. 'Tidak akan aku biarkan penabrak mobil itu ditemukan. Jika pengemudi mobil itu ditemukan maka aku pasti akan terkena getahnya juga.'Viola sadar betul bahwa di setiap mobil kemungkinan ada dashboard camera yang terpasang di dalamnya, yang berfungsi untuk merekam kondisi jalanan yang mereka lalui. Tidak menutup kemungkinan di camera itu terekam saat Viola mendorong Viona ke tengah jalan. Untungnya di sekitar daerah itu tidak ada CCTV yang terpasang, sehingga Viola bisa bernapas lega.Perihal Viona, Viola yakin bahwa Adiknya itu pasti mengalami kerusakan yang parah pada bagian otaknya, mengingat banyak darah yang keluar dari bagian kepala Viona.Lagipula jika Viona masih ingat betul tentang peristiwa tadi siang, Viola akan dengan mudah me
Sagara yang tidak nyaman dengan perilaku Viona langsung menjauhkan tangan gadis itu dari dadanya dan menyentak kasar tubuh Viona dengan tangannya."Ma-maaf," ucap Sagara kepada Viona yang kini telah nyungsep ke ujung kursi pelaminan itu.Beberapa pasang mata memperhatikan kejadian itu, namun Sagara memilih untuk cuek saja."Suamiku, kok kamu seksi banget sih kalau sedang kasar kayak gitu." ucap Viona dengan kedua matanya yang berbinar.Viona segera mendekat lagi ke arah Sagara dan langsung nemplok ke tubuh laki-laki itu, mirip seperti uler keket yang nemplok ke sebuah dahan kecil di pepohonan."Huft," Sagara hanya bisa menghela napas lelahnya saat ditemploki lagi seperti ini oleh gadis jelek itu.'Ken kemana sih? Kenapa lama banget ngurus masalah itu.' batin Sagara.Sarmila yang ada di dekat mereka berdua juga hanya menghela napas panjangnya saat melihat tingkah Viona yang tidak merasa sakit hati sedikit pun dengan sikap kasar Sagara.