Awan tersenyum puas karena rencananya berhasil. Begitu pun dengan Sekretaris Diana yang saat ini tengah girang setengah mati melihat raut wajah kusutnya Sagara.
Sagara kini mulai menyuarakan pendapatnya yang menentang keras pernikahan ini. "Aku tidak mau menikah dengan Viona." ucap pemuda tampan itu lantang.
'Bagus, bagus, bagus," batin Sekretaris Ken mendukung penuh keputusan Tuan Mudanya.
"Kenapa kamu tidak mau menikah dengan Viona? Apa karena dia tidak secantik dan tidak sepintar Viola, hm?" cecar Awan pada Adiknya.
"Bukan begitu," sergah Sagara. "Aku hanya tidak mau merusak masa depan Viona saja. Dia masih duduk di bangku sekolah menengah atas, bukan? Tidak mungkin baginya untuk menikah denganku saat ini."
"Bukankah Viona sebentar lagi akan lulus sekolah? Jadi tidak masalah jika dia menikah saat ini."
"Tapi ...,"
"Kalau kamu ingin tetap membatalkan pernikahan ini. Baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi, Ga." Awan memilih menyerah.
'Arghhh, menyebalkan.' batin Sagara mengumpati Awan.
Saat ini pemuda tampan itu seperti berada di tepi jurang dan sedang terpojok oleh Singa yang lapar.
Jika dia loncat, maka dia akan mati. Jika dia tidak loncat maka tubuhnya akan dicabik-cabik oleh Singa lapar itu.
Situasinya saat ini sama-sama tidak menguntungkan bagi dirinya mau memilih jalan yang mana.
Jika Sagara menerima Viona sebagai Istrinya, maka karirnya semakin suram saja karena memiliki seorang Istri yang tidak berguna sama sekali.
Namun jika dia gagal menikah hari ini, maka kemungkinannya dia ditunjuk untuk menjadi CEO kembali di rapat direksi selanjutnya akan sangat kecil peluangnya.
Tuan Smith pemilik saham terbesar di Samudra Group terkenal tidak menyukai orang yang mempunyai riwayat kegagalan dalam hidupnya.
Katanya laki-laki itu tidak pernah menunjuk orang yang pernah gagal dalam hidupnya untuk menjabat sebagai pemimpin di Perusahaan-Perusahaan miliknya.
Meskipun itu hanya kabar angin belaka namun Sagara tidak mau mengambil risiko. Dia tetap harus memilih jalan yang aman, yang tidak membahayakan posisinya sebagai CEO di Samudra Group.
Dengan kata lain, Sagara harus bersedia menikah dengan Viona secara sukarela ataupun secara terpaksa demi jabatannya itu.
'Sungguh cerdas sekali jalan pikirannya Awan. Bisa merencanakan sebuah skema yang brilian seperti ini.' batin Sagara. 'Sepertinya Awan sedang berjaga-jaga agar dia bisa merebut kursi CEO dari tanganku. Dia mungkin belum yakin seratus persen dengan kecacatanku ini. Jadi dia mencoba mencari cara lain agar aku terlihat cacat prestasinya di mata Tuan Smith. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Biarlah untuk sementara waktu -aku menikah dengan gadis jelek itu. Toh setelah aku terpilih kembali menjadi seorang CEO untuk tiga puluh tahun kedepan, aku bisa dengan mudah menceraikan gadis bodoh itu -kapan pun aku mau. Lalu aku bisa menikah dengan wanita yang memang aku cintai.'
Kini keputusan Sagara sudah bulat. "Aku bersedia menikah dengan Viona." ucapnya mantap.
Semua orang yang ada di sekitar pemuda tampan itu langsung terbelalak kaget mendengar perkataannya.
"Tuan!" seru Sekretaris Ken yang keberatan dengan keputusan Sagara.
"Cepat dandani Viona dan nikahkan kami segera! Aku sudah lelah berada di gedung ini." ucap Sagara tegas.
"Baik, Tuan." sahut Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira dengan semangat empat lima.
Tuan Sofyan dan Nyonya Nadira langsung mendekati anak bungsunya yang saat ini sedang memakan salad buah di dalam sebuah kotak plastik.
"Viona sayang," panggil Nyonya Nadira kepada gadis itu.
Viona menghentikan aktivitas makannya dan mendongakkan wajahnya ke arah Ibunya.
"Ayo ikut kami!" Kamu akan didandani oleh seorang make up artist yang handal."
"Buat apa, Ma? Lagipula Vio udah cantik gini kok. Nggak perlu lagi didandani sama make up artist. Selain itu Vio juga lebih suka dengan hasil dandanan tangan ajaibnya Vio sendiri." tolak Viona.
"Ayolah sayangku, cintaku, manisnya Mama yang paling kiyut kiyut! Mau ya!" bujuk Nyonya Nadira. "Kamu itu mau dinikahin sama Tuan Muda Saga lho ... jadi harus tampil cantik mempesona."
"Oemji~ Vio yang cantik bak Bidadari ini -mau dinikahkan dengan Tuan Muda Saga yang tampan itu?"
"Iya, sayang. Kamu mau ya ... nikah sama dia!"
"Yeay!" sorak Viona dengan suara keras sampai-sampai menarik perhatian banyak orang di sekitarnya. "Vio mau banget, Ma." angguk Viona berulang kali dengan tempo yang cepat. "Akhirnya impian Vio nikah sama pangeran tampan seperti Tuan Muda Saga bisa terwujud. Yihaaa!"
Viona saat ini tengah bersorak sambil berlari-lari kecil mengitari kedua orang tuanya saking senangnya.
"Eh, bukankah Tuan Muda Saga mau nikah sama Kak Ola, ya?" tanya gadis itu yang baru menyadari kejanggalan ini.
"Kak Ola tiba-tiba menghilang entah kemana. Jadi terpaksa kamu yang harus menggantikan posisinya, Sayang." timpal Tuan Sofyan.
"Ya sudah. Let's Go! Ayo kita ke ruang make up, Ma, Pa." ajak Viona antusias kepada kedua orang tuanya. "Vio mau dandan yang cuantik mblaem-mblaem."
Tangan gadis itu kini menggandeng lengan kedua orang tuanya dan menggeret mereka ke ruang make up dengan semangat.
***
Di bangku meja lainnya. Saat ini Sekretaris Ken sedang manyun sambil melihat ke arah Sagara yang sedang memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.
"Tuan Muda gimana sih, sudah tahu kalau aku tuh suka sama Nona Viona, kok malah ditikung sama, Tuan." ucap Sekretaris Ken sambil memaju-majukan bibirnya kedepan dan membuat wibawanya meluncur seketika ke dasar rawa-rawa.
"Mau gimana lagi. Kalau aku nolak pernikahan ini -pasti Awan akan bersorak gembira karena dia berhasil merusak prestasi dalam hidupku yang tak pernah gagal."
"Oh iya, aku baru ingat. Tuan Smith kan nggak pernah milih orang yang pernah gagal dalam hidupnya untuk jadi pemimpin di Perusahaannya, ya."
"Nah iya. Makanya aku terpaksa setuju menikah dengan Viona." sahut Sagara cepat. "Kamu tenang saja, Ken. Aku tidak akan menyentuh Viona seujung rambut pun." janji pemuda itu.
"Janji ya, Tuan!" Sekretaris Ken mengulurkan jari kelingkingnya ke arah Sagara.
"Ih, apaan sih? Nggak usah pake janji jari kelingking segala lagi, Ken. Kayak bocah aja." tolak Sagara sambil menepak pelan tangan Sekretarisnya.
"Pokoknya harus janji kelingking, Tuan!" tegas Sekretaris Ken bersikeras sambil mengacungkan jari kelingkingnya kembali.
"Iya, iya, iya," Sagara terpaksa menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking laki-laki di sebelahnya.
"Sekalian cap jempolnya juga, Tuan!" pinta Sekretaris Ken yang banyak maunya.
"Huft," Sagara langsung menempelkan ibu jarinya ke ibu jari Sekretarisnya. "Sudah puas kan?"
"Iya," angguk lelaki itu. "Tapi ...,"
"Tapi apa lagi sih?" kesal Sagara.
"Aku akan terus memantau gerak-gerik Tuan Muda agar tidak khilaf."
"Baiklah. Terserah apa katamu kamu saja, Ken." pasrah Sagara yang benar-benar kewalahan saat menghadapi sifat kekanak-kanakan Sekretarisnya.
***
Adegan dibuka dengan gerakan slow motion dari Bunda Amanda dan Asisten pribadinya Saga yang saat ini sedang ingin melerai sepasang suami istri di ruangan kamar rawat inap ini yang sedang terhanyut dalam suasana yang romantic.Grep!Ternyata Asisten pribadinya Saga bukannya melerai malah menghentikan langkah Bunda Amanda yang ingin merusak suasana romantis yang sedang terjalin diantara Saga dan Viona anaknya."Tuan ayo cepat! Saya siap mengabdikan diri supaya anda bahagia," batin Asisten pribadinya Saga yang pengertian sekali kepada majikannya itu."Lepas!" pinta Bunda Amanda yang saat ini sedang berontak agar bisa bebas."Jan
"Cepet buka!" ucap Saga yang masih tidak sabaran."Iya, sabar, Tuan!"Ceklek!Pintu kamar rawat inap VIP milik Viona dibuka oleh Asisten pribadinya Saga.Seketika Saga dan Viona saling berpandangan sesaat setelah pintu kamar itu terbuka."Suamiku," gumam Viona menyebut nama Saga."Di ... di ... di-a," ucap Saga dengan jari telunjuknya yang mengarah ke Viona dan kedua bola matanya yang membulat melihat sosok gadis di depannya.Napas Saga mulai memburu dan tanpa sadar tangannya bergerak mencekik
"Kakak mau kemana?" tanya Viona yang saat ini sudah kembali ke ruang kamar rawat inapnya sendiri.Sekretaris Ken yang saat ini sedang bersiap-siap pergi menyempatkan diri untuk menjawab pertanyaan dari Adiknya itu."Tuan Batari dan keluarganya sedang dalam masalah. Kakak harus segera menjemput mereka. Kasihan, mereka sudah tidak punya tempat bernaung lagi."Bunda Amanda yang memang tidak tahu menahu tentang keluarganya Yunita langsung mengerutkan keningnya."Mereka siapa, Ken? Kok Bunda baru dengar kamu punya kenalan yang namanya Batari," tanya Bunda Amanda."Itu temannya Kenzo, Bun. Memang jarang yang tahu sih kalau aku ini
Tuan Batari, Nyonya Sherina, dan Yunita anak perempuan mereka saat ini sedang kebingungan di depan pintu gerbang rumah mereka yang telah diambil paksa oleh Awan dan Sekretaris Diana."Beh, nasib kita gimana ini?" tanya Nyonya Sherina panik sambil mengguncang-guncangkan tubuh lelaki tua itu."Babeh juga nggak tahu, Ma. Babeh buntu," sahut Tuan Batari yang saat ini sedang memegangi kepala plontosnya yang masih ada sisa-sisa sedikit helaian rambut di beberapa area.Yunita yang tidak ingin mereka terlunta-lunta seperti ini mulai menyuarakan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini."Beh, coba Babeh telepon teman-teman Babeh buat bantuin Babeh agar bisa keluar dari masalah ini!" pinta Yunita."Babeh nggak bisa hubungin mereka, Teh. Ponsel Babeh ketinggalan di dalam rumah," jawab Tuan Batari lesu."Pakai ponsel Teh Yun aja, Beh! Inih!" ulur Yunita memberikan ponsel yang saat ini sudah dia ambil dari saku celananya.Beruntung sekali tadi Yu
Nyonya Dania dan Saga sudah berpindah tempat.Saat ini keduanya sedang duduk di dekat jendela kantor Saga sambil meminum teh hangat yang tadi diantarkan oleh salah satu Office Boy di perusahaan ini."Ma,""Hm,""Mama kok tahu kalau Saga kemarin sudah menikah? Tahu dari siapa?" tanya pemuda itu dengan pandangan menyelidik."Tahu dari temen yang datang ke resepsi pernikahan kamu," sahut Nyonya Dania enteng."Siapa?" kening Saga kini saling bertautan kerutannya."Rahasia," jawab Nyonya Dania sambil memelekan lidahnya ke arah Saga."Cih, sok rahasia-rahasiaan," gumam Saga tidak suka."Biarin." Nyonya Dania tidak peduli dan terus melanjutkan memakan snack yang ada di atas meja."Oh iya, besok kamu sama Arra datang ya ke rumah Mama," lanjut Nyonya Dania yang keceplosan bicara."Arra siapa, Ma?" tanya Saga tidak mengerti.'Aduh, mampus aku. Kalau Saga curiga, bisa-bisa aku diomelin sama Kenzo, nih,' b
Nyonya Dania telah sampai di kantor Samudra Group, meski langkahnya di hadang oleh para staf yang bertugas berjaga di kantornya Sagara, namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena mereka tahu bahwa Nyonya Dania adalah Ibu kandungnya Awan dan Sagara, selain itu posisinya yang merupakan Istri dari pemilik Perusahaan pesaing Perusahaan ini semakin menambah ciut nyali mereka."Saga!" pekik Nyonya Dania yang kini telah berhasil masuk ke dalam ruangan kantor anaknya."Ngapain kamu ke sini?" tanya Saga dengan nada yang sinis.Asisten pribadinya Sagara yang sedang menggantikan posisi Sekretaris Ken hanya bisa meremas kedua jemari tangannya karena dia telah gagal mencegah Nyonya Dania masuk."Ngapain katamu?!" ucap Nyonya Dania bertanya balik dengan raut wajah yang marah.Saga kini memberikan kode kepada Asisten pribadinya agar pergi meninggalkan ruangan ini dengan gerakan tangannya.Asisten itu pun undur diri dari ruangan ini dan menutup rapat pin
Namun yang tidak diketahui oleh Nyonya Helena adalah kenyataan bahwa bayi perempuannya telah ditukar kembali oleh perawat lain yang bernama Alia sesaat setelah perawat bayaran Nyonya Helena berlalu dari ruangan khusus bayi.Alia yang merupakan sahabat Bunda Amanda tidak rela jika anak temannya dicurangi oleh orang lain. Perempuan itu pun mengadukan hal ini kepada Bunda Amanda, tapi Bunda Amanda tidak ingin melabrak Nyonya Helena.Justru yang Bunda Amanda lakukan adalah membiarkannya berjalan seperti air, mengalir saja, dan hal seperti ini bisa dia gunakan di masa-masa mendatang agar Arrabella-nya tidak diambil paksa oleh mantan suami kejamnya itu.Tentu saja dengan menumbalkan anaknya Nyonya Helena untuk menggantikan posisinya Arrabella yang asli di sisi Tuan Smith.Persetan dengan semua harta yang dimiliki oleh mantan suaminya, jika hanya kesakitan yang dia rasakan.Sekretaris Ken saat ini langsung ditarik oleh Bunda Amanda agar berlindung di bali
Bunda Amanda menarik putra lelakinya untuk segera keluar dari ruang rawat adiknya karena dia telah mengatakan hal-hal yang menurut wanita tua itu tidak pantas dikatakan."Bunda apa-apaan sih? Kok tarik-tarik aku keluar?" protes Sekretaris Ken kepada Ibundanya."Lha kamu yang apa-apaan? Udah tahu adikmu itu masih kecil dan masih polos, pake bilang bekas-bekas segala tentang Saga," sahut Bunda Amanda seraya memukul lengan pemuda di depannya."Ih, nyatanya Tuan Muda Saga itu udah bekas kok. Ken nggak rela ya kalau Adiknya Ken nikah sama laki-laki modelan kayak Tuan Muda Saga," sungut Sekretaris Ken sambil memajukan bibirnya tanda bahwa ia tidak terima."Lah, bukannya Saga itu sahabat kamu? Bunda juga lihatnya Nak Saga itu baik, pengertian. Bunda meski dulu dalam keadaan tidak waras tapi masih ingat dengan jelas ya gimana kebaikannya Nak Saga sama Bunda," bela Bunda Amanda yang tidak terima Saganya dijelek-jelekkan."Itu kan sama Bunda. Kalau sama oran
POV VionaAku senang karena akhirnya aku bisa berkumpul kembali dengan Bundaku dan juga bisa bertemu dengan kakak laki-lakiku yang ternyata adalah kak Kenzo, Sekretaris pribadinya suamiku Sagara.Aku bersyukur karena memiliki kakak laki-laki seperti dia, yang tidak pernah memandang orang lain dari fisiknya semata.Dan saat ini aku sesungguhnya kecewa dengan suamiku, dia ternyata tipe laki-laki yang hanya peduli dengan penampilan fisik seseorang saja.Mungkin, jika aku masih Viona yang berpola pikir aneh seperti dulu, aku tidak terlalu mempermasalahkannya, tapi saat ini aku sudah normal, sudah bisa berpikir dengan jernih, dan kak Sagara bukan orang yang pantas untuk disukai.Aku masih ingat dengan jelas tatapan menjijikkannya kepadaku saat aku berdandan norak dengan make up yang sangat menor.Ugh, rasanya pengen kucakar saja wajah Kak Saga.Akan tetapi, entah kenapa aku masih suka sama dia, terlepas dari semua kelakuan buruknya.