공유

9. Ciuman

작가: Alpha Arietis
last update 최신 업데이트: 2024-08-18 22:14:28

Tamara sibuk mengemasi barang-barangnya untuk keberangkatan besok hari. Setiap kali ia menoleh ke arah Davis, dia melihat suaminya itu masih saja diam, tenggelam dalam pikirannya sendiri. "Davis pakaian apa yang harus aku siapkan untukmu? Aku ingin memastikan semuanya siap sebelum kita pergi."

Ucapan Tamara barusan seketika membuat Davis tersadar dari lamunannya. Dengan wajah bingung, dia menatap Tamara. "Kau bilang apa?" tanyanya, suaranya sedikit serak.

"Pakaian," ulang Tamara dengan sabar. "Apa saja yang harus aku persiapkan untukmu? Aku bisa membantu mengemasi barang-barangmu."

"Persiapkan saja pakaian yang nyaman dan pas untuk bersantai," jawabnya akhirnya, meski pikirannya masih belum sepenuhnya kembali.

“Okay…” Tamara mengangguk pelan sambil terus memperhatikan wajah Davis. Dia benar-benar bingung kenapa malam ini Davis bersikap tidak seperti biasanya. "Aku akan siapkan semuanya," katanya sambil kembali ke ruang pakaian untuk membantu mempersiapkan pakaian Davis.

Tidak biasanya dia melamun seperti itu. Kira-kira apa yang sedang dia pikirkan? Tamara membatin. Dia merasa penasaran kenapa Davis bersikap aneh malam ini. Tapi dia segera mengusir pikiran itu. Dia tidak ingin terlalu memusingkannya, setidaknya tidak untuk sekarang. Fokusnya saat ini adalah memastikan semuanya siap untuk perjalanan mereka ke Aqualuna Isles.

*

Begitu kakinya menapaki karpet tebal yang membentang di sepanjang kabin, matanya langsung terpaku pada interior mewah di sekelilingnya.

“Wow…” desahnya pelan, masih terperangah. Matanya mengelilingi setiap sudut kabin. Tidak pernah dalam hidupnya dia membayangkan akan berada di tempat seperti ini, apalagi di dalam jet pribadi milik suaminya.

 “Duduklah di sini,” ujar Davis yang kini mengambil duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Tamara menurut dan duduk di kursi yang ditunjukkan oleh Davis.

“Seberapa kaya sebenarnya dirimu sampai bisa memiliki jet pribadi seperti ini?” tanya Tamara sambil menatap lelaki yang menjadi suaminya itu dengan wajah penasaran.

Davis terkekeh pelan mendengar pertanyaan itu. “Kau tidak akan bisa membayangkan seberapa kaya keluargaku, dan sebaiknya kau tidak tahu. Karena aku tidak ingin terdengar sombong atau pamer.”

Tak lama setelah pembicaraan singkat itu, suara mesin jet mulai mengaum pelan, menandakan bahwa mereka akan segera lepas landas. Tamara merasakan sedikit getaran ketika jet mulai bergerak, meninggalkan landasan pacu dan melesat ke langit biru. Dia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri dari rasa gugup yang menyelinap saat jet mulai menanjak.

Dalam beberapa menit, jet sudah berada di ketinggian jelajah, dan Davis kemudian menoleh ke arah Tamara yang masih duduk diam di kursinya. “Apakah kau sudah pernah ke Aqualuna Isles sebelumnya?” tanya Tamara, mencoba memulai percakapan agar kebersamaan mereka tidak terlalu sepi.

“Aku sudah sering ke sana.”

“Begitu rupanya…, aku sendiri belum pernah ke sana. Ini pertama kalinya, dan sebetulnya aku sudah ingin sekali ke sana sejak lama. Tapi, aku tidak pernah memiliki kesempatan. Orang-orang bilang Aqualuna Isles adalah tempat yang sangat indah, dan itu selalu membuatku penasaran.” Tamara tersenyum.

“Kau akan menyukai tempat itu. Karena tempatnya sangat nyaman dan indah,” kata Davis.

Tamara tersenyum, membayangkan keindahan yang akan dia saksikan di sana. “Aku sudah tidak sabar untuk melihatnya.”

Perjalanan mereka di dalam jet itu diwarnai dengan obrolan ringan. Hidangan lezat yang disajikan selama penerbangan juga menambah kenyamanan mereka, membuat suasana semakin hangat dan intim.

Namun, seiring waktu berlalu, rasa lelah mulai merayap di tubuh Tamara. Matanya mulai terasa berat, meskipun dia berusaha keras untuk tetap terjaga. Tapi akhirnya, tanpa sadar, kepala Tamara mulai terkulai ke samping, dan dia tertidur di kursinya.

Davis yang melihat Tamara tertidur lantas menarik selimut tipis yang terlipat di kursi sebelahnya dan dengan hati-hati menyelimuti Tamara agar dia tetap hangat selama tidur.

*

Jet pribadi yang membawa Davis dan Tamara akhirnya mendarat mulus di landasan Aqualuna Isles. Sinar matahari yang hangat dan angin sepoi-sepoi dari laut tropis menyambut kedatangan mereka. Namun, di dalam jet, Tamara masih tertidur lelap.

Davis menoleh ke arah Tamara yang terbaring di kursinya. Melihat Tamara yang begitu tenang membuat Davis tak ingin membangunkannya dari tidur yang tampak begitu nyaman. Perlahan, Davis melepaskan sabuk pengaman Tamara, kemudian dengan hati-hati mengangkat tubuh istrinya itu ke dalam pelukannya.

Begitu keluar dari jet, Davis disambut oleh sekelompok staf yang sudah ditugaskan untuk melayani mereka selama di Aqualuna Isles. Mereka berdiri dengan sikap hormat, siap melayani setiap kebutuhan pasangan itu. Salah satu dari mereka segera membuka pintu mobil yang telah disiapkan, memberi jalan bagi Davis yang masih menggendong Tamara.

Mereka mengantar Davis dan Tamara menuju penginapan mewah yang telah dipersiapkan khusus untuk mereka. Setibanya di penginapan, Davis segera dibantu masuk, dan staf membuka pintu kamar yang megah dengan pemandangan laut langsung.

Tanpa banyak bicara, Davis melangkah masuk ke kamar yang luas itu, masih menggendong Tamara yang tertidur pulas. Ranjang besar dengan sprei putih bersih menanti mereka di tengah ruangan. Dengan hati-hati, Davis membaringkan tubuh Tamara di atas ranjang, memastikan bahwa kepalanya bersandar nyaman pada bantal empuk.

Dia berdiri disana sejenak, menatap wajah istrinya yang masih terlelap. Tamara terlihat begitu damai, seolah-olah dunia di sekelilingnya tidak ada. Mata Davis mengikuti garis wajahnya, dari dahi, alis, hingga hidung mancung yang membelah wajahnya dengan sempurna. Baru kali ini Davis benar-benar memperhatikan betapa cantiknya Tamara. Rambutnya yang sedikit berantakan justru menambah pesona alami wanita itu.

Saat pandangan Davis turun ke arah bibir Tamara, dia tanpa sadar tertarik oleh keindahan bibir mungil itu. Bibir yang tampak begitu lembut dan menggoda, seolah memanggilnya untuk mendekat. Tanpa disadari, Davis perlahan menundukkan kepalanya, mendekatkan wajahnya ke wajah Tamara yang masih tertidur.

Bibir mereka bersentuhan lembut, dan seketika ada perasaan hangat yang menjalar di dada Davis. Dia merasakan sentuhan lembut itu hanya sesaat, sebelum tiba-tiba kesadarannya kembali. Davis tersentak mundur, menyadari apa yang baru saja dia lakukan. Matanya membelalak, dan dengan cepat dia melepaskan diri dari Tamara, melangkah mundur dengan wajah penuh kebingungan.

“Apa yang aku lakukan? Kenapa aku melakukan itu?”

***

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • The CEO's Baby Project   75. Kembali

    Bellatrix menghela napas dalam-dalam. Udara malam yang begitu dingin terasa begitu menusuk hingga membuatnya tidak tahan berlama-lama di luar. Wanita paruh baya itu langsung melangkah masuk ke dalam gedung tempat dimana biasa anak-anak buahnya berkumpul. Tiba di sana, kedatangannya langsung disambut oleh Ollie yang sudah menunggunya sejak tadi.“Selamat malam, nyonya.”“Tidak perlu basa-basi. Aku tidak ingin membuang-buang waktu. Langsung antarkan saja aku pada mereka!” ucap Bellatrix tanpa menoleh sama sekali. Wanita berpakaian serba hitam itu kini berjalan dengan tergesa-gesa dengan Ollie yang mencoba mengimbangi langkahnya.“Mereka sudah menunggu di ruang biasa, nyonya. Begitu tiba, aku langsung meminta mereka berkumpul di sana sesuai dengan permintaan anda.”“Bagus! Lalu bagaimana dengan tugas lain yang aku berikan padamu?”“Saya sudah berhasil mendapatkan informasi yang anda minta. Hanya saja…, ada beberapa hal, nyonya,” gumam Ollie dengan kepala tertunduk. Bellatrix yang mendeng

  • The CEO's Baby Project   74. Antara Janji Dan Perasaan

    “Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan denganku, sayang?” Bellatrix menatap wanita di hadapannya dengan raut wajah bingung. Tidak biasanya wanita di hadapannya ini memasang ekspresi serius seperti ini.“Kau sudah tahu kalau dia kembali, kan?” Hailey melontarkan pertanyaan retoris. Bellatrix sama sekali tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Akan tetapi, walau terlihat begitu jelas, dia masih tetap berusaha untuk tenang seolah tidak mengerti dengan maksud dari perkataannya.“Apa maksudmu?”“Kau tahu apa maksudku. Orang yang selama ini menjadi penghalang! Kau sudah tahu dia kembali, kan? Maka dari itu, kau meneleponku kemarin, ya kan?” Hailey menatap wajah Bellatrix intens. Dugaannya tidak akan mungkin salah. Bellatrix pasti sudah bertemu dengan Serena. Itulah kenapa dia meneleponnya kemarin.“I-Itu…, darimana kau tahu? Apakah jangan-jangan kau…”“Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi. Sekarang aku mengerti alasan kenapa kau menghubungiku kemarin. Itu pasti karena kau suda

  • The CEO's Baby Project   73. Dilema

    Hugh terdiam memandang Serena yang kini duduk di hadapannya sambil melahap makanan yang baru saja di sajikan di hadapan mereka. “Bagaimana? Kau menyukainya?” tanya Hugh, sambil menunggu respon darinya.Serena mengunyah makanan di mulutnya sebelum mengutarakan pendapatnya. “Ini enak. Aku menyukainya.” Serena tersenyum simpul.“Sudah aku duga kau pasti akan menyukainya!”“Darimana kau tahu ada restoran seenak ini?”“Aku tidak sengaja menemukannya ketika aku dan Shawn pergi ke taman hiburan beberapa waktu lalu. Tempat ini sangat ramai, jadi aku pikir tidak ada salahnya untuk berkunjung ke sini. Selain itu, aku juga sempat melihat review di internet tentang restoran ini, dan ternyata memang bagus.”“Oh, begitu… tapi ini sungguh enak!” Serena kembali melahap makanannya. Sekarang ini, Serena dan Hugh sedang berada di restoran. Mereka sedang menikmati waktu makan siang bersama. Saat di rumah, Hugh melihat Serena sangat kelelahan dengan pekerjaannya, dan karena sudah saatnya jam makan siang,

  • The CEO's Baby Project   72. Tidak Akan Menyerah

    “Kalau begitu, saya permisi.” Aiden tersenyum lantas berlalu meninggalkan ruangan tersebut. Dia berniat untuk menemui putrinya sebelum meninggalkannya, dan membiarkan dia belajar bersama teman-teman barunya.Langkah Aiden mendadak terhenti saat dia melihat Rhys yang berdiri di koridor dengan wajah panik. Pria itu tampak kebingungan mencari sesuatu. Karena tidak melihat Loui bersamanya, Aiden bergegas menghampiri pria itu. “Rhys!”“Aiden, gawat!” Rhys mendekat dengan wajah cemas. “Loui hilang.”“Apa?” Aiden membelalakan mata begitu mendengar penuturannya barusan. “Tadi aku meninggalkan barangku di mobil, dan aku berniat untuk mengambilnya. Tapi Loui tidak mau dan bersikeras ingin menunggu di sini, jadi aku memintanya untuk duduk di sini sebentar sementara aku pergi. Begitu aku kembali, dia sudah tidak ada.”“Astaga, kau seharusnya tidak boleh lengah. Loui itu anak yang tidak bisa diam. Sekarang ayo cari dia sebelum dia melakukan sesuatu yang bisa membahayakannya!” Aiden dan Rhys lantas

  • The CEO's Baby Project   71. Penolakan

    “Jadi maksudmu adalah wanita jalang itu tidak sendirian?” Bellatrix mengalihkan perhatiannya pada Ollie. Lelaki itu sudah menjelaskan semuanya, dan begitu Bellatrix mengetahui cerita lengkap dari Ollie, dia segera meminta Ollie pulang.“Betul, nyonya. Dan sepertinya dia yang melindunginya selama ini.”Bellatrix termangu sambil mencerna ucapan Ollie barusan. Dia sungguh tidak menyangka kalau Serena akan memiliki seorang pelindung seperti yang diceritakan Ollie. Siapa pria yang dia maksud sebenarnya? Tidak mungkin itu Rhys, kan?“Aku ingin kau terus memantau Serena! Ikuti dia secara diam-diam dan terus pantau dia. Selain itu, coba juga untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai lelaki yang kau maksud. Cari tahu siapa namanya, bagaimana latar belakangnya, dan berikan aku seluruh detail informasi tentangnya. Pokoknya aku harus tahu semua yang tentang lelaki itu, agar aku bisa menilai apakah pria ini bisa menjadi ancaman atau tidak. Jika dia tidak menjadi ancaman, maka kita aka

  • The CEO's Baby Project   70. Pernyataan Cinta

    Ollie melirik jam di ponselnya. Sudah hampir lewat dari jam pulang kantor, dan wanita yang menjadi targetnya sama sekali belum juga terlihat. Matanya yang terus mengawasi semakin sadar bahwa pegawai kantor yang ada semakin berkurang.Ada yang aneh, sepertinya aku harus memastikannya. Ollie melangkah turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam. Begitu tiba di dalam, dia dapat melihat beberapa pegawai yang baru tiba di lobi dan sedang berjalan mengarah ke pintu dimana dia datang.Tepat saat matanya mengedar ke sekeliling, Ollie menangkap pemandangan tidak biasa. Matanya melihat seorang pegawai wanita yang berjalan menuju arah yang berbeda dari pegawai yang lain. Begitu diamati lebih seksama, Ollie baru sadar bahwa wanita yang dilihatnya adalah Serena. Orang yang ditunggunya sejak tadi. Sial! Sepertinya dia sudah sadar bahwa aku mengikutinya sejak tadi. Kalau sampai nyonya Bellatrix tahu, maka ini akan menjadi masalah besar. Aku harus segera mengikutinya!Ollie mempercepat langkah kakin

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status