Beranda / Romansa / The CEO's Baby Project / 7. Melanggar Kontrak?

Share

7. Melanggar Kontrak?

Penulis: Alpha Arietis
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-16 22:09:27

“Bulan madu?” gumamnya tak percaya. “Kau tidak pernah memberitahuku tentang ini.”

“Kita sudah menikah. Meskipun pernikahan ini hanya sebatas kontrak, tapi untuk meyakinkan semua orang, maka kita harus melakukannya.”

“Apa ini tidak terlalu berlebihan?” tanya Tamara, meskipun dia tahu pertanyaannya mungkin sia-sia.

Davis mengeluarkan smirk-nya, matanya memperhatikan reaksi Tamara dengan cermat. “Berlebihan? Bukankah setiap pasangan yang baru menikah memang seharusnya berbulan madu? Lagipula apa yang kau takutkan? Bukankah kau sudah pernah tidur denganku? Bahkan dua kali.”

Tamara terdiam dengan wajah merona. Sesuatu tentang cara Davis mengatakan hal itu membuatnya sungguh tidak bisa berkata-kata. Bersamaan dengan itu, hatinya bergejolak dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Antara kesal dengan sikapnya yang semena-mena, dan malu karena dia terus mengungkitnya, Tamara tidak tahu apa yang sebenarnya dia rasakan.

 “Aku rasa kau tidak memiliki alasan lagi untuk menolak rencana ini,” ujarnya sambil menatap Tamara dengan pandangan tajam.

 “Kenapa kau tidak pernah memberitahuku tentang rencana bulan madu ini sebelum kita menikah? Kau membuat keputusan sepihak, Davis. Itu jelas melanggar kontrak yang sudah kita sepakati sejak awal.”

Davis menaikkan sebelah alisnya, lalu dengan tenang, dia bersandar ke kursinya dan menatap Tamara dengan tatapan yang sulit ditebak.

“Melanggar kontrak?” ulang Davis, nada suaranya penuh skeptisisme. “Apa kau lupa, Tamara? Dalam kontrak itu juga tertulis bahwa aku berhak membuat keputusan apapun selama itu mendukung rencana kita. Termasuk keputusan sepihak, jika aku anggap perlu.”

Tamara terdiam, kata-kata Davis menghantamnya seperti pukulan telak. Dia tahu Davis benar. Kalimat itu ada di dalam kontrak, sebuah klausul yang saat itu terasa seperti formalitas, namun kini terbukti menjadi senjata ampuh Davis.

“Sekarang kau tidak bisa berargumen lagi, kan? Pokoknya persiapkan semuanya nanti malam. Kita akan berangkat besok pagi.”

*

Tamara duduk di tepi ranjang, tangannya memegang kartu kredit hitam yang diberikan oleh Davis beberapa saat yang lalu. Kartu itu adalah simbol yang mengingatkannya bahwa ia terikat oleh sebuah kontrak yang dijalaninya dengan mempertaruhkan harga dirinya.

Tamara menghela napas dan memasukkan kartu tersebut ke dalam tasnya. Ia berdiri perlahan, matanya melirik cermin besar yang bersandar di dinding kamar pengantinnya. Penampilannya sudah rapi, gaun sederhana berwarna biru pastel yang dia pilih, memeluk tubuhnya dengan anggun. Selain itu, wajahnya tampak cantik dengan sedikit polesan make up yang tampak natural.

Tepat ketika dia hendak melangkah keluar dari kamar, pintu ruang ganti terbuka, dan Davis keluar dengan langkah mantap.

Mata Tamara langsung tertuju pada sosok Davis yang kini sudah mengenakan setelan jas rapi.

Jas hitam yang dijahit khusus itu menonjolkan posturnya yang gagah, sementara dasi perak yang melengkapi penampilannya menambah kesan formal yang tak bisa diabaikan. Kemunculannya benar-benar menyita atensi Tamara hingga wanita itu tanpa sadar terdiam sambil menatapnya dengan begitu intens.

"Kau terlihat rapi. Kau akan pergi ke mana?" Tamara tersentak dari lamunannya ketika pertanyaan itu terlontar dari mulut Davis.

"A-aku memiliki urusan penting di luar, " jawabnya singkat.

Davis kemudian melirik jam tangannya sejenak sebelum menatap Tamara lagi. "Tunggu aku di luar sebentar.”

“Untuk apa?” Tamara terdiam, bingung mengapa Davis memintanya menunggu.

“Ikuti saja perintahku!”

Melihat keseriusan di wajahnya, Tamara lantas memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut. Dia tidak ingin berdebat dengan Davis hanya untuk hal sepele. Dia mengangguk pelan dan melangkah keluar dari kamar, menuju ruang tengah.

*

"Ke mana aku harus mengantarmu?" tanya Davis tanpa menoleh, pria itu langsung berjalan dengan Tamara yang mencoba mengimbangi langkahnya. Mereka berjalan bersama keluar rumah, dan melangkah menuju mobil hitam mengkilap yang diparkir di luar rumah.

“Kau mau mengantarkanku?” Tamara baru mengerti kenapa Davis memintanya menunggu sebentar. Ternyata karena lelaki itu berniat untuk mengantarkannya.

Davis terdiam tanpa menjawab. Bukankah sudah cukup jelas bahwa dia berniat mengantarkannya?

"Ah… aku ingin ke rumah orang tuaku,” ujar Tamara kemudian.

Davis meliriknya sekilas, dia tampak sedikit terkejut. "Rumah orang tuamu? Kau sama sekali tidak memberitahuku sebelumnya."

"Aku punya urusan pribadi yang harus diselesaikan di sana. Jadi aku rasa kau tidak perlu tahu karena seperti yang tertulis di kontrak, kita tidak perlu terlibat dengan urusan masing-masing, kan?" jawabnya datar.

Davis terdiam sejenak, mencerna kalimat itu. Tanpa berkata apa-apa, Davis membuka pintu depan untuk Tamara, dan wanita itu masuk tanpa menunggu lama. Deru halus mesin terdengar saat mereka mulai melaju keluar dari halaman rumah.

Perjalanan dilanjutkan dalam keheningan yang canggung. Tamara sesekali melirik ke arah Davis, tetapi wajah pria itu tidak memberikan petunjuk apapun tentang apa yang dia pikirkan. Tamara sendiri merasa aneh, seperti ada jarak yang semakin lebar di antara mereka. Dia tahu bahwa hubungan mereka bukanlah hubungan pernikahan yang normal, tetapi tetap saja, dia tidak bisa mengabaikan perasaan ini.

Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa dia mau mengantarkanku untuk ke rumah orang tuaku?

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • The CEO's Baby Project   75. Kembali

    Bellatrix menghela napas dalam-dalam. Udara malam yang begitu dingin terasa begitu menusuk hingga membuatnya tidak tahan berlama-lama di luar. Wanita paruh baya itu langsung melangkah masuk ke dalam gedung tempat dimana biasa anak-anak buahnya berkumpul. Tiba di sana, kedatangannya langsung disambut oleh Ollie yang sudah menunggunya sejak tadi.“Selamat malam, nyonya.”“Tidak perlu basa-basi. Aku tidak ingin membuang-buang waktu. Langsung antarkan saja aku pada mereka!” ucap Bellatrix tanpa menoleh sama sekali. Wanita berpakaian serba hitam itu kini berjalan dengan tergesa-gesa dengan Ollie yang mencoba mengimbangi langkahnya.“Mereka sudah menunggu di ruang biasa, nyonya. Begitu tiba, aku langsung meminta mereka berkumpul di sana sesuai dengan permintaan anda.”“Bagus! Lalu bagaimana dengan tugas lain yang aku berikan padamu?”“Saya sudah berhasil mendapatkan informasi yang anda minta. Hanya saja…, ada beberapa hal, nyonya,” gumam Ollie dengan kepala tertunduk. Bellatrix yang mendeng

  • The CEO's Baby Project   74. Antara Janji Dan Perasaan

    “Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan denganku, sayang?” Bellatrix menatap wanita di hadapannya dengan raut wajah bingung. Tidak biasanya wanita di hadapannya ini memasang ekspresi serius seperti ini.“Kau sudah tahu kalau dia kembali, kan?” Hailey melontarkan pertanyaan retoris. Bellatrix sama sekali tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Akan tetapi, walau terlihat begitu jelas, dia masih tetap berusaha untuk tenang seolah tidak mengerti dengan maksud dari perkataannya.“Apa maksudmu?”“Kau tahu apa maksudku. Orang yang selama ini menjadi penghalang! Kau sudah tahu dia kembali, kan? Maka dari itu, kau meneleponku kemarin, ya kan?” Hailey menatap wajah Bellatrix intens. Dugaannya tidak akan mungkin salah. Bellatrix pasti sudah bertemu dengan Serena. Itulah kenapa dia meneleponnya kemarin.“I-Itu…, darimana kau tahu? Apakah jangan-jangan kau…”“Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi lagi. Sekarang aku mengerti alasan kenapa kau menghubungiku kemarin. Itu pasti karena kau suda

  • The CEO's Baby Project   73. Dilema

    Hugh terdiam memandang Serena yang kini duduk di hadapannya sambil melahap makanan yang baru saja di sajikan di hadapan mereka. “Bagaimana? Kau menyukainya?” tanya Hugh, sambil menunggu respon darinya.Serena mengunyah makanan di mulutnya sebelum mengutarakan pendapatnya. “Ini enak. Aku menyukainya.” Serena tersenyum simpul.“Sudah aku duga kau pasti akan menyukainya!”“Darimana kau tahu ada restoran seenak ini?”“Aku tidak sengaja menemukannya ketika aku dan Shawn pergi ke taman hiburan beberapa waktu lalu. Tempat ini sangat ramai, jadi aku pikir tidak ada salahnya untuk berkunjung ke sini. Selain itu, aku juga sempat melihat review di internet tentang restoran ini, dan ternyata memang bagus.”“Oh, begitu… tapi ini sungguh enak!” Serena kembali melahap makanannya. Sekarang ini, Serena dan Hugh sedang berada di restoran. Mereka sedang menikmati waktu makan siang bersama. Saat di rumah, Hugh melihat Serena sangat kelelahan dengan pekerjaannya, dan karena sudah saatnya jam makan siang,

  • The CEO's Baby Project   72. Tidak Akan Menyerah

    “Kalau begitu, saya permisi.” Aiden tersenyum lantas berlalu meninggalkan ruangan tersebut. Dia berniat untuk menemui putrinya sebelum meninggalkannya, dan membiarkan dia belajar bersama teman-teman barunya.Langkah Aiden mendadak terhenti saat dia melihat Rhys yang berdiri di koridor dengan wajah panik. Pria itu tampak kebingungan mencari sesuatu. Karena tidak melihat Loui bersamanya, Aiden bergegas menghampiri pria itu. “Rhys!”“Aiden, gawat!” Rhys mendekat dengan wajah cemas. “Loui hilang.”“Apa?” Aiden membelalakan mata begitu mendengar penuturannya barusan. “Tadi aku meninggalkan barangku di mobil, dan aku berniat untuk mengambilnya. Tapi Loui tidak mau dan bersikeras ingin menunggu di sini, jadi aku memintanya untuk duduk di sini sebentar sementara aku pergi. Begitu aku kembali, dia sudah tidak ada.”“Astaga, kau seharusnya tidak boleh lengah. Loui itu anak yang tidak bisa diam. Sekarang ayo cari dia sebelum dia melakukan sesuatu yang bisa membahayakannya!” Aiden dan Rhys lantas

  • The CEO's Baby Project   71. Penolakan

    “Jadi maksudmu adalah wanita jalang itu tidak sendirian?” Bellatrix mengalihkan perhatiannya pada Ollie. Lelaki itu sudah menjelaskan semuanya, dan begitu Bellatrix mengetahui cerita lengkap dari Ollie, dia segera meminta Ollie pulang.“Betul, nyonya. Dan sepertinya dia yang melindunginya selama ini.”Bellatrix termangu sambil mencerna ucapan Ollie barusan. Dia sungguh tidak menyangka kalau Serena akan memiliki seorang pelindung seperti yang diceritakan Ollie. Siapa pria yang dia maksud sebenarnya? Tidak mungkin itu Rhys, kan?“Aku ingin kau terus memantau Serena! Ikuti dia secara diam-diam dan terus pantau dia. Selain itu, coba juga untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai lelaki yang kau maksud. Cari tahu siapa namanya, bagaimana latar belakangnya, dan berikan aku seluruh detail informasi tentangnya. Pokoknya aku harus tahu semua yang tentang lelaki itu, agar aku bisa menilai apakah pria ini bisa menjadi ancaman atau tidak. Jika dia tidak menjadi ancaman, maka kita aka

  • The CEO's Baby Project   70. Pernyataan Cinta

    Ollie melirik jam di ponselnya. Sudah hampir lewat dari jam pulang kantor, dan wanita yang menjadi targetnya sama sekali belum juga terlihat. Matanya yang terus mengawasi semakin sadar bahwa pegawai kantor yang ada semakin berkurang.Ada yang aneh, sepertinya aku harus memastikannya. Ollie melangkah turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam. Begitu tiba di dalam, dia dapat melihat beberapa pegawai yang baru tiba di lobi dan sedang berjalan mengarah ke pintu dimana dia datang.Tepat saat matanya mengedar ke sekeliling, Ollie menangkap pemandangan tidak biasa. Matanya melihat seorang pegawai wanita yang berjalan menuju arah yang berbeda dari pegawai yang lain. Begitu diamati lebih seksama, Ollie baru sadar bahwa wanita yang dilihatnya adalah Serena. Orang yang ditunggunya sejak tadi. Sial! Sepertinya dia sudah sadar bahwa aku mengikutinya sejak tadi. Kalau sampai nyonya Bellatrix tahu, maka ini akan menjadi masalah besar. Aku harus segera mengikutinya!Ollie mempercepat langkah kakin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status